Rayuan Minyak Goreng Kelapa yang Puluhan Tahun Terlupa

Rayuan Minyak Goreng Kelapa yang Puluhan Tahun Terlupa
info gambar utama

Hingga saat ini, minyak goreng masih menjadi barang yang langka di pasaran. Karena kelangkaan ini, harganya terus merangkak naik. Bahkan minyak goreng bermerek harganya sempat naik hingga Rp24 ribu per liter pada November 2021.

Kenaikan harga minyak goreng telah terjadi sejak akhir 2021 dan hingga sekarang belum terselesaikan. Pemerintah pun sampai turun tangan untuk mematok kebijakan satu harga untuk minyak goreng yakni Rp14 ribu per liter.

Di tengah ramainya perhatian masyarakat pada minyak goreng kelapa sawit, tahukah kalian bahwa Indonesia pernah ratusan tahun menggunakan minyak kelapa untuk menggoreng masakan? Komoditas ini pun pernah membawa kejayaan bagi pemiliknya.

Sederet Fakta Mencengangkan Tentang Industri Sawit di Indonesia

Rayuan minyak kelapa

Tanah airku Indonesia…Negeri elok amat kucinta..

Tanah tumpah darahku yang mulia..Yang kupuja sepanjang masa..

Tanah airku aman dan makmur…Pulau Kelapa yang amat subur..

Melambai lambai..Nyiur di pantai..Berbisik bisik…Raja Kelana..

Itu sebagian lirik lagu wajib nasional berjudul Rayuan Pulau Kelapa ciptaan Ismail Marzuki. Lirik ini melukiskan begitu berjayanya kelapa pada era sebelum 1970. Bahkan sampai ada lagu nasional yang tercipta untuk tanaman tempatan ini.

Sejarawan Effendi Wahono menyebut cerita-cerita tentang kelapa sudah lama dikenal di wilayah Nusantara, meskipun dalam kata yang berbeda-beda. Dalam bahasa Melayu tua, kelapa dikenal dengan nama nyiur.

Masyarakat Jawa rendah mengenal kelapa dengan nama krambil, sedangkan pada masyarakat Jawa tinggi disebut kalapa atau klapa. Dalam masyarakat Sunda, kelapa lebih dikenal dengan nama klapa. Kata klapa ini dilafalkan oleh orang Belanda menjadi klapper.

Menurut Effendi, kelapa menjadi sumber kesejahteraan penduduk di Nusantara dalam beberapa tahun. Hampir semua perkebunan kelapa yang besar di kepulauan Nusantara dikuasai oleh orang-orang China dan Arab.

“Akan tetapi penduduk pribumi juga mempunyai prestasi dalam penanaman kelapa meskipun hanya dengan sedikit perawatan,’ tulisnya dalam artikel berjudul Minahasa dalam Jaringan Perdagangan Kopra di Hindia Belanda 1900 - 1941.

Sederet Fakta Mencengangkan Tentang Industri Sawit di Indonesia

Kelapa pun dikenal sebagai pohon kehidupan. Sejak zaman dahulu, masyarakat Indonesia mampu bertahan hidup sehat serta menikmati kehidupannya hanya dari kelapa. Kelapa memang bisa dijadikan apa saja, salah satunya adalah minyak kelapa.

Minyak kelapa berasal dari kopra yaitu daging buah kelapa yang dikeringkan. Kopra ini sangat penting karena merupakan bahan baku pembuatan minyak kelapa dan turunannya. Sebelum terkenalnya minyak dari kelapa sawit, warga Indonesia memang lebih dahulu menggunakan minyak kelapa.

Penanaman paksa pohon kelapa pertama kali dilakukan pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Van Imhoff (1743 - 1750) yang mewajibkan penanaman kelapa bagi warga Kampung Baru Jakarta 300 pohon per keluarga.

Di daerah lain, seperti di Bogor, kompeni mengeluarkan aturan setiap orang yang melakukan pernikahan akan mendapatkan beberapa bibit kelapa dari penghulu yang harus ditanam oleh kedua mempelai di tanah milik pejabat.

“Di Priangan, setiap orang yang melakukan pernikahan harus menanam satu atau dua bibit kelapa di tanahnya sendiri,” jelasnya.

Anugerah dari bisnis kopra

Melihat pentingnya kopra, pemerintah Hindia Belanda menjadikannya sebagai komoditi ekspor penting. Tetapi hingga tahun 1908 belum ada literatur yang baik mengenai komoditi kelapa, khususnya kopra.

Baru pada tahun 1908, E Bolen menulis tentang kelapa dengan judul Een Pracische Handdleiding over de Cocos Cultuur. Sedangkan pada 1916, F.W.T Hunger menyebut pelopor pengembangan kelapa di Hindia Belanda, terutama di wilayah timur adalah Moluksche Handles Maatschappij (MHM).

Dari tulisan Hunger dapat diketahui banyaknya pendapat mengenai asal usul kelapa. Ada yang menyebutnya berasal dari Pantai Barat Amerika, terutama di Panama dan di Pulau-pulau sekitar Pasifik.

“Tetapi ada yang berpendapat bahwa kelapa tidak berasal dari Amerika, namun dari Hindia (Indonesia), baru kemudian dikembangkan ke Amerika,” jelasnya.

Kelapa merupakan jenis tanaman keras yang berumur panjang. Pohon ini akan berbuah setelah berumur minimal delapan tahun, dan akan menghasilkan buah yang maksimal pada usia 18 atau 20 tahun.

Dalam catatan Effendi, produksi kopra di Minahasa telah tampak pada dasawarsa 1890 an. Untuk seluruh Manado, pada tahun 1896 diekspor kopra sebesar 6.000 ton dan naik menjadi 10.296 ton pada 1900. Sedangkan di Jawa pada tahun yang sama telah mencapai 35.257 ton.

Menilik Dampak Invasi Rusia dan Persoalan Pasokan Minyak yang Dihadapi Indonesia

Besarnya kontribusi kelapa dibenarkan Rasyid Asba dalam bukunya Kopra Makassar, Perebutan Pusat dan Daerah yang menyatakan bahwa 40 persen pendapatan pemerintah Indonesia pada masa kemerdekaan berasal dari kopra.

“Kopra merupakan komoditas unggulan, negara-negara Eropa dan Amerika banyak mengimpor kopra. Pabrik minyak kelapa yang mengolah kopra bisa ditemui di Jerman, Belanda, bahkan Amerika,” tulisnya.

Kelapa ketika itu menjadi tumpuan hidup banyak petani. Banyak petani kelapa yang naik haji, bisa membiayai pendidikan keluarga, dan menginvestasikan modal mereka melalui perluasan areal perkebunan.

Kelapa juga mendidik dan melahirkan pengusaha besar dan handal di Indonesia. Sebut saja Eka Tjipta Widjaja yang memulai usahanya berdagang kopra di Makassar. Dirinya bahkan dengan gigih mencari kopra di pusat produksi kelapa di Selayar, pulau kecil di selatan Sulawesi.

Selain itu ada nama lain seperti Ciputra yang ayahnya adalah pengusaha kopra, Sudono Salim dan Peter Sondakh juga pernah menyentuh kopra. Bahkan Peter sudah sejak muda diwarisi usaha kopra sepeninggal ayahnya di Surabaya.

Ada juga konglomerat, Mochtar Riady pendiri Lippo Group yang pada usia 25 tahun telah memiliki beberapa armada kapal pengangkut kopra di Tembilahan Riau. Tempat ini memang pusat penghasil kelapa terbesar di Indonesia, hingga kini.

Membunuh minyak kelapa

Crude Coconut Oil (CCO) alias minyak kelapa mentah merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia. Sejak dahulu, CCO asal Indonesia dikenal sebagai yang terbaik di dunia. Maka tidak heran jika CCO Indonesia sampai dipasarkan ke mancanegara.

CCO asal Indonesia menjadi andalan bagi pabrik pengolahan kopra di luar negeri. Minyak mentah ini akan diproses kembali menjadi berbagai produk turunan seperti minyak goreng, margarin, detergen, sehingga bahan bakar biodiesel.

Tetapi ketika meletus Perang Asia Timur Raya (1940-1945), Filipina yang selama ini memasok kebutuhan minyak kelapa bagi Amerika Serikat berhasil diduduki Jepang. AS lantas mengembangkan minyak dari bahan kedelai.

Namun setelah Perang Dunia II usai, produk minyak kelapa kembali lancar dan populer mengalahkan minyak kedelai yang sedang dikembangkan AS. Lantas pada periode 1960, bermunculan banyak penelitian yang menyimpulkan minyak kelapa bisa meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah.

“Kemudian American Soybean Association mulai mengkampanyekan bahaya minyak kelapa. Apa yang cocok sebagai gantinya yang paling sehat? Menurut mereka tentu saja, minyak kedelai,” tulis Abhisam DM dan kawan-kawan dalam artikel berjudul Membunuh Indonesia (2012).

Inovasi Anak Bangsa yang Mampu Olah Limbah Minyak Goreng, Bagaimana Caranya?

Menurut Abhisam serangan ini terus berlangsung hingga 1990 an, minyak kelapa dianggap minyak goreng tropis yang berbahaya. Padahal masyarakat Asia telah mengkonsumsinya selama ribuan tahun.

Hal ini berimbas pula ke Indonesia yang menelan mentah-mentah kampanye tersebut. Tidak ada upaya serius untuk mengembangkan produk kelapa. Hasilnya berpuluh tahun kemudian, minyak kelapa susah ditemukan dan minyak sawit merajai pasar.

Sawit mula-mula jadi komersil pada tahun 1911, masih relatif kecil, sekitar 5.000 hektare. Luas kebun kelapa mencapai puncak pada 1998 dan terus turun. Berbanding dengan sawit yang kini naik 4,3 kali lipat.

Tetapi bagi Mawardin M Simpala, Ketua Sahabat Kelapa Indonesia (SKI), sawit hanya membangun ekonomi konglomerat, sedangkan kelapa membangun ekonomi rakyat. Industri kelapa bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja dan ramah lingkungan.

“Tanpa pupuk, kelapa akan berbuah sepanjang tahun. Pupuk kelapa cukup garam, karena itu dia tumbuh subur di Nusantara,” jelasnya yang dimuat di Mongabay Indonesia.

Tentu banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mengembalikan kejayaan kelapa, hal ini membutuhkan partisipasi semua pihak, terkhusus dari pimpinan daerah. Bila tidak keindahan pulau-pulau kelapa yang dipertontonkan sebagai kejayaan, nyatanya tidak lagi akan merayu masyarakat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini