Ratnawati Sutedjo, Sosok Kartini Masa Kini yang Berdayakan Kaum Disabilitas

Ratnawati Sutedjo, Sosok Kartini Masa Kini yang Berdayakan Kaum Disabilitas
info gambar utama

Tepat di hari ini, setiap tanggal 21 April masyakarat Indonesia tengah memperingati momen istimewa dari kelahiran sosok pahlawan yang menginspirasi, terutama bagi kaum perempuan, yakni Raden Ajeng (R.A.) Kartini.

Selama puluhan tahun, sosoknya kerap dipandang sebagai panutan akan gerakan emansipasi yang dilakukan banyak perempuan. Berkat semangatnya yang menunjukkan bukti keberdayaannya di masa lampau, tak heran jika kini banyak sosok-sosok perempuan menginspirasi yang secara nyata dapat memberikan gerakan perubahan yang berarti, dan bermanfaat bagi orang banyak.

Ada ratusan, ribuan, bahkan jutaan perempuan di Indonesia yang terekspos atau tidak terekspos telah berdaya baik untuk dirinya sendiri, atau orang-orang di lingkungan sekitar. Dari sekian banyak sosok yang dimaksud, salah satu yang kerap diperbincangkan dan memang layak disorot adalah seorang perempuan bernama Ratnawati Sutedjo.

Namanya populer, karena gerakan pemberdayaan yang dilakukan cukup istimewa. Bukan memberdayakan orang biasa, Ratna melakukan gerakan pemberdayaan untuk orang-orang luar biasa, yakni para penyandang disabilitas.

Simak 5 Cara Kartini untuk Menjadi Perempuan Independen

Ratna dan Precious One

Saat ini banyak orang yang mendedikasikan diri untuk memulai suatu bisnis yang berorientasi kepada keuntungan, dan menjadi sumber penghidupan. Hal tersebut yang pada dasarnya barsifat naluriah dan normal bagi setiap orang tentu tidak salah.

Tapi bagi beberapa kalangan, ada yang di saat bersamaan memiliki prinsip untuk berkontribusi menyelesaikan permasalahan sosial yang ada di tengah masyarakat. Hal tersebut yang pada akhirnya melahirkan istilah sekaligus kalangan sociopreneur, yakni sebuah bentuk usaha yang tujuan utamanya tidak untuk memperkaya diri sendiri, melainkan dapat memberi kebermanfaatan secara sosial.

Dan dari segelintir kalangan sociopreneur yang ada, Ratna salah satunya. Perempuan kelahiran tahun 1974 ini dikenal sebagai pendiri Precious One, sebuah yayasan yang berfokus pada penguatan disabilitas, dan bertujuan agar mereka dapat menemukan potensi diri sekaligus menyadari bahwa setiap manusia diciptakan dengan sebuah tujuan dan memiliki nilai.

Ia membangun yayasan tersebut dengan harapan untuk memberi masa depan yang layak lewat target mengurangi angka pengangguran bagi para penyandang disabilitas. Gerakan utamanya, adalah menciptakan sebuah industri hasil karya kerajinan tangan berkualitas, yang dibuat oleh para penyandang disabilitas.

Mengutip majalah Money&I edisi 123 yang terbit di bulan Mei 2020, Ratna menyebut jika saat ini ada sebanyak 23 orang disabilitas yang bergabung dengan industri kerajinan rumahan yang dia bangun. Selain disabilitas, Precious One juga membantu program pengembangan untuk para penderita down syndrome yang kerap datang kepadanya.

Down Syndrome dan Bukti Nyata Kemampuan Berprestasi Bagi Para Penderitanya

Nazar yang mengubah hidup

Bicara mengenai bagaimana awal mula bisa tergerak untuk membuat sebuah yayasan yang memberdayakan kalangan penyandang disabilitas, terungkap jika semua itu berawal dari kondisi Ratna yang sempat jatuh sakit pada kisaran tahun 2000-an.

Kerap membagikan ceritanya lewat berbagai kesempatan, Ratna mengungkap jika ia pernah didiagnosis menderita hepatitis A pada tahun 2001. Dirinya yang semula disibukkan dengan berbagai pekerjaan sebagai seorang wanita karier akhirnya tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa dan harus beristirahat total selama dua bulan.

“Saya memiliki anggota tubuh lengkap, tapi hari itu saya tidak bisa melakukan apa pun. Hidup saya terasa tidak berguna. Lalu saya berpikir, bagaimana dengan teman-teman disabilitas? Mereka punya telinga, tangan, dan kaki, tetapi tidak dapat memakainya.” ujar Ratna.

Hingga saat itu ia bernazar, jika diberi kesempatan hidup lebih lama, ia akan menyelami kehidupan kaum disabilitas lebih dalam. Akhirnya setelah pulih dari sakit, Ratna bertekad untuk belajar bahasa isyarat. Ia mendalaminya selama 1,5 tahun di bawah bimbingan almarhum Baron Sastradinata.

“Singkat cerita, akhirnya saya belajar bahasa isyarat, lantas bertemu, ngobrol dan berteman dengan mereka. Lalu mereka cerita ingin kerja, sudah lamar ke sana-sini tapi enggak dikasih kesempatan,” kenang Ratna lagi.

Akhirnya, kondisi tersebut yang membuat Ratna berfikir jika dirinya tidak bisa lagi hanya berperan sebagai teman untuk para penyandang disabilitas. Ada tantangan hidup lebih besar yang dihadapi oleh teman-teman disabilitas dan harus dibantu, dan kondisi itu yang kemudian melahirkan Precious One.

Pertama Kali, Penyandang Disabilitas Netra Dilatih Jadi Barista

Penolakan dan impian

Saat ini yayasan dan industri kerajinan rumahan yang Ratna bangun memang sudah banyak dikenal dan diperhitungkan. Dalam artian, karya yang mereka buat sudah tidak lagi dipandang sebelah mata.

Pasalnya, dulu saat sedang berjuang untuk memasarkan hasil karya yang sudah dihasilkan oleh teman-teman penyandang disabililtas, dirinya kerap mendapat penolakan yang bisa dibilang pahit dan bahkan tak terlupakan.

Perempuan asal Semarang tersebut bercerita, jika dirinya pernah menawarkan kerajinan tangan para karyawan Precious One ke salah satu department store ternama yang ada di Jakarta. Namun saat itu yang didapat adalah penolakan mentah-mentah karena produk tersebut dianggap tidak sesuai image dan dibuat oleh orang-orang “cacat”.

Belum lagi, dulu keinginan Ratna untuk menyeriusi upaya mendirikan Precious One juga sempat ditolak oleh keluarga, yang ingin dirinya kembali berkarier di bidang yang menurut banyak orang lebih baik atau menjanjikan.

Berangkat dari kondisi tersebut akhirnya Ratna menyadari, jika tantangan yang dia hadapi bukan hanya sekadar menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang disabilitas, melainkan juga memberikan edukasi kepada masyarakat umum, bahwa penyandang disabilitas juga berhak mendapatkan hak hidup yang layak, dan mendapat kesempatan yang sama.

Hingga pada akhirnya perlahan tapi pasti, apa yang ia perjuangkan mulai disadari oleh masyarakat umum dan tidak lagi dipandang sebelah mata. Salah satu kesempatan besar yang didapat adalah saat Precious One dipercaya untuk membuat ratusan pajangan maskot Asian Games yang berlangsung di Indonesia pada tahun 2018.

Waktu itu, ratusan pajangan yang dibuat bahkan diperuntukkan bagi sebanyak 300 tamu VIP di perhelatan internasional tersebut. Memang, berdasarkan cerita Ratna kala itu prosesnya cukup sulit karena panjangnya birokrasi.

“Kita memberanikan diri untuk datang bertemu panitia, kami sudah siapkan produk bonekanya. Ketika kita meeting, kita sudah bawa produknya dan kita ceritakan. Pertemuan kedua kita bersyukur banget ketemu orang yang tepat. Jadi akhirnya dia oke, enggak pakai lama.” jelasnya.

Akan terus berjuang, Ratna mengaku masih memiliki banyak mimpi yang ingin diwujudkan untuk semakin memberdayakan para penyandang disabilitas binaannya.

“Salah satunya saya ingin Precious One menjadi pusat wisata, ikon produk disabilitas terbaik di Indonesia, kebanggaan buat Indonesia,” pungkas Ratna.

Memahami Pentingnya Peran Para Penyandang Disabilitas untuk Membangun Negeri

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

Terima kasih telah membaca sampai di sini