Hantam Asia Selatan, Amankah Indonesia dari Fenomena Gelombang Panas?

Hantam Asia Selatan, Amankah Indonesia dari Fenomena Gelombang Panas?
info gambar utama

Istilah gelombang panas bukan hal baru di bidang lingkungan. Fenomena alam satu ini didefinisikan sebagai kondisi di mana suhu cuaca pada suatu wilayah, lebih tinggi dibandingkan suhu rata-rata atau suhu maksimal berdasarkan catatan historis dan pola iklim wilayah yang dimaksud.

Awalnya fenomena gelombang panas terjadi dalam kondisi wajar yang masih bisa diantisipasi. Atau lebih tepatnya, kejadian ini merupakan salah satu fenomena alam dari siklus perputaran udara di bumi yang bersifat anomali.

Disebutkan bahwa dalam kondisi wajar, kondisi gelombang panas biasanya terjadi di suatu wilayah selama dua hingga lima hari atau lebih. Namun seiring berjalannya waktu, bersamaan dengan semakin seriusnya kondisi krisis iklim, gelombang panas menjadi semakin ekstrem dan tidak bisa diantisipasi.

Kini fenomena gelombang panas terjadi secara lebih lama, lebih sering, dan lebih esktrem. Tingkat tidak wajarnya menimbulkan dampak lebih serius seperti kekeringan, kebakaran hutan, hingga kematian.

Baru-baru ini, sebagian negara di dunia juga sedang dihadapkan dengan hantaman gelombang panas ekstrem yang dimaksud.

Konferensi Perubahan Iklim Butuh Aksi Nyata, Bukan Sekadar Klaim Semata

Gelombang panas di berbagai negara

Gelombang panas di india (T. Narayan/Getty Images via CNBC)
info gambar

India menjadi negara yang sejak lama ‘langganan’ melaporkan dampak gelombang panas paling merugikan. Tidak hanya dari segi materi berupa kerugian ladang atau kebakaran hutan, tapi juga terenggutnya puluhan nyawa saat fenomena ini terjadi.

Terbaru di tahun 2022 ini, gelombang panas yang terjadi di kawasan Asia Selatan termasuk India dan Pakistan berlangsung selama lebih dari 30 kali, hanya dalam kurun waktu dua bulan sejak Maret dan April.

Lebih detail pada bulan April, suhu di sebagian besar negara tersebut dilaporkan mencapai hampir 50 derajat celsius (122 derajat fahrenheit). Bahkan di beberapa bagian India utara dan Pakistan, setidaknya ada sebanyak 90 orang meninggal akibat tidak kuat menahan gelombang panas yang terjadi.

Roop Singh selaku penasihat risiko iklim di Pusat Iklim Palang Merah menjelaskan, kalau orang-orang di Asia Selatan sebenarnya sudah terbiasa dengan kondisi panas tertentu. Namun ketika suhu ekstrem sudah mencapai 45 derajat celsius, sangat sulit bagi mereka untuk beraktivitas seperti biasa.

Tak hanya India, kondis serupa juga melanda sejumlah negara di kawasan Eropa seperti Prancis dan Spanyol. Di beberapa kota Prancis seperti Chateaumeillant Lembah Loire dan Toulouse, kenaikan suhu ekstremnya mencapai 11-14 derajat celsius.

Sementara di Spanyol, gelombang panas telah menyebabkan kebakaran lahan di dua wilayah seluas 20.000 hektare dan 25.000 hektare.

Hal yang sama juga terjadi di Arab Saudi, di mana gelombang panas negara tersebut mencapai 50 derajat celsius, dan menjadi situasi yang memiliki tantangan tersendiri bagi para jemaah yang sedang melakukan ibadah Haji.

Terakhir yang paling ekstrem adalah di Amerika Serikat. Dua danau yang berada di bagian barat negara tersebut mengalami kekeringan dengan tingkat air yang berada pada level terendah, yakni 30 persen. Sementara itu di Arizona, gelombang panas yang terjadi membuah suhu di wilayah tersebut mencapai angka 186 fahrenheit, atau sekitar 85 derajat celsius--rekor suhu terpanas di AS bahkan dunia.

Mengenal Bima, Wilayah Terpanas di Indonesia

Memahami penyebab gelombang panas

Udara yang terperangkap penyebab gelombang panas
info gambar

Bicara pembentukannya, secara sederhana gelombang panas terbentuk akibat udara yang terperangkap di wilayah tertentu, dalam jangka waktu cukup lama.

Alih-alih udara melakukan siklusnya dengan berputar ke berbagai wilayah dunia, udara yang dimaksud hanya terperangkap pada wilayah tertentu sehingga menghangat seperti udara dalam oven. Kondisi lain yang jadi penyebab gelombang panas adalah melemahnya pola cuaca yang menarik udara untuk bergerak, sehingga membuat udara diam di tempat.

Tidak semua cuaca panas dapat disebut sebagai gelombang panas. Menurut Badan Meteotologi Dunia (WMO), suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik, misalnya lima derajat celsius lebih panas dan setidaknya telah berlangsung dalam lima hari berturut-turut. Jika sudah memenuhi ciri tersebut, baru kondisi yang terjadi dikategorikan sebagai gelombang panas.

Sebaliknya, apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama maka tidak dikatakan sebagai gelombang panas. Seperti yang terjadi di Indonesia pada pertengahan bulan Mei lalu, yang nyatanya hanya dikategorikan sebagai fenomena suhu panas terik.

Mendesaknya Mitigasi Jangka Panjang untuk Hadapi Perubahan Iklim

Tidak terjadi di Indonesia

Meski pada beberapa waktu lalu dikonfirmasi oleh BMKG bahwa fenomena yang terjadi adalah suhu panas terik dan bukan gelombang panas, namun tetap menimbulkan pertanyaan akankah gelombang panas juga terjadi di Indonesia?

Menjawab pertanyaan tersebut, BMKG menyebut jika fenomena gelombang panas tidak akan terjadi di Indonesia. Lebih detail, dijelaskan bahwa fenomena tersebut biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika.

Sementara itu di sisi lain, Indonesia diuntungkan karena secara geografis berada di sekitar wilayah ekuatorial, sehingga memiliki karakteristik dinamika atmosfer yang berbeda dengan wilayah lintang menengah-tinggi. Lain itu, wilayah Indonesia juga memiliki variabilitas perubahan cuaca yang cepat. Berbeda dengan wilayah sebelumnya yang kerap mengalami penurunan pola perubahan cuaca.

Yang terjadi di wilayah Indonesia adalah kondisi suhu panas harian yang umumnya disebabkan oleh kondisi cuaca cerah pada siang hari, dan relatif lebih signifikan pada saat posisi semu matahari berada di sekitar ekuatorial.

Pada akhirnya dengan penjelasan perbedaan karakteristik dinamika atmosfer di atas, dapat dikatakan bahwa di wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena yang dikenal dengan gelombang panas atau heat wave.

Memahami Fenomena Suhu Panas Terik yang Melanda Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

Terima kasih telah membaca sampai di sini