Kantong Semar, Flora Endemik Kalimantan yang Terancam Punah

Kantong Semar, Flora Endemik Kalimantan yang Terancam Punah
info gambar utama

Bernama ilmiah Nepenthes sp., kantong semar merupakan flora endemik Indonesia yang banyak ditemukan di Kalimantan Barat. Dilansir dari laman resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kantong semar telah dinyatakan terancam punah. Oleh karenanya, proteksi dan pelestarian flora endemik yang satu ini perlu digencarkan.

Sebagai negara yang dilintasi garis khatulistiwa, Indonesia tidak ayal memiliki beragam flora endemik. Iklim tropis dan tanah yang subur merupakan faktor utama tumbuhnya flora tersebut. Salah satu dari banyaknya flora endemik Indonesia ialah kantong semar.

Baca Juga: Budi Daya Jamur, Berbisnis Sekaligus Menjaga Lingkungan

Mengenal Apa Itu Kantong Semar dan Keunikannya

Kantong semar atau Nepenthes sp. memiliki banyak jenis. Melansir LIPI, dari total 83 spesies kantong semar yang ada di dunia, 55 di antaranya terdapat di Indonesia. GoodMates, hal ini berarti lebih dari 60 persen spesies kantong semar dunia ada di tanah air kita.

Kantong semar terkenal dengan keunikannya. Bagaimana tidak, tanaman yang bentuknya menyerupai kantong ini dikenal sebagai tumbuhan karnivora, yakni tumbuhan pemakan daging. Dengan kantong yang menjulur dari ujung daunnya itu, kantong semar bisa menangkap serangga-serangga kecil. Adapun kantong yang terdapat pada tumbuhan ini disebut sebagai pitcher

Keunikannya ini membuat beberapa ahli dunia tertarik meneliti bagaimana kantong semar bisa memakan serangga. Dikutip dari laman LIPI, penelitian Slack (1979) menunjukkan bahwa pada bagian tutup kantong terdapat kelenjar nektar yang bisa menarik serangga, khususnya semut, masuk ke rongga kantong. 

Selain itu, penelitian Merbach dan tim (2002) menemukan bahwa kantong semar jenis Nepenthes albomarginata memiliki rambut halus berwarna putih pada bibir kantongnya. Rambut halus tersebut berlapis lilin yang licin dan bisa dimakan semut, sehingga sekaligus menjadi umpan oleh kantong semar untuk memangsa serangga.

Keunikan kantong semar tidak berhenti sampai di situ. Di dalam kantongnya, terdapat cairan yang fungsinya menyerupai cairan lambung manusia. Cairan tersebut bersifat asam dengan pH 2,8–4,9, sehingga tubuh serangga yang masuk ke dalam kantong semar menjadi rusak.

Baca Juga: Konservasi Tukik Untuk Pelestarian Ekosistem Laut

Kondisi Kantong Semar di Indonesia Saat Ini

Baru-baru ini, sekelompok ilmuwan dari Palacký University, Ceko menemukan adanya spesies kantong semar baru di kawasan hutan Kalimantan Utara. Spesies baru tersebut diberi nama Nepenthes pudica. Spesies yang baru ini memiliki keunikan yang tidak ditemukan pada spesies kantong semar yang pernah ada.

Keunikan utamanya terletak pada kantong. Alih-alih tumbuh atau menjalar di atas tanah, Nepenthes pudica justru bersembunyi di dalam tanah. Spesies yang ditemukan di ketinggian 1.100-1.300 mdpl ini memiliki kantong yang panjangnya 11 sentimeter di bawah tanah untuk menjebak serangga yang hidup di sana, seperti tungau, semut, dan kumbang.

Penemuan kantong semar spesies baru ini sayangnya tidak menutup fakta bahwa kantong semar di Indonesia terancam punah. Kantong semar sudah dinyatakan terancam punah bahkan sejak bertahun-tahun yang lalu. Mengutip LIPI, kantong semar mendapat prioritas konservasi tertinggi di Indonesia pada tahun 2009 di antara 100 spesies tanaman prioritas lainnya.

Menurut LIPI, cara terbaik untuk menjaga kantong semar dari kepunahan ialah dengan konservasi ex situ. Konservasi tersebut dilakukan dengan mengambil kantong semar dari habitat dan dibudidayakan ke lokasi lain. Selain dengan metode itu, cara lainnya ialah dengan menjaga kantong semar dari perburuan liar.

Baca Juga: Terapkan 5 Cara Ini untuk Selamatkan Iklim Bumi

GoodMates, flora endemik Indonesia merupakan tanggung jawab kita semua untuk menjaganya. Jangan biarkan kekayaan alam ini punah begitu saja.

Referensi: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan | LIPI [1], [2], [3] | GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini