Dari Bunga hingga Restoran Misterius, Ini 4 Bukti Kedekatan Indonesia dengan Korea Utara

Dari Bunga hingga Restoran Misterius, Ini 4 Bukti Kedekatan Indonesia dengan Korea Utara
info gambar utama

Bagi orang Indonesia, Korea Utara mungkin lekat dengan citra negara yang tertutup. Berbeda dengan Korea Selatan, tidak begitu banyak seluk-beluk mengenai Korut yang diketahui masyarakat luas.

Kendati demikian, Indonesia dan Korut punya relasi yang telah terjalin begitu lama. Hubungan diplomatik antara kedua negara telah berlangsung selama berdekade-dekade dan masih terjaga hingga hari ini.

Siapa sangka jika produk-produk Indonesia ternyata juga laku di Korut? Bahkan ada lebih dari seratus produk Indonesia yang bisa ditemukan di sana.

“Citra Indonesia begitu baik di mata pemerintah dan masyarakat Korut. Produk kita seperti makanan dan minuman serta produk rumah tangga sangat disukai masyarakat setempat. Di Korut, kami menemukan lebih dari 160 produk Indonesia yang seluruhnya kami tampilkan pada stan Indonesia pada Pyongyang International Trade Fair dua kali dalam setahun," ujar Duta Besar Indonesia untuk Korut Berlian Napitupulu seperti dilansir laman resmi Kementerian Luar Negeri RI.

Di samping itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di ibukota Korut, Pyongyang, juga aktif melakukan promosi kuliner, budaya, dan wisata di Korut. Menurut Berlian Napitupulu, promosi ini dilakukan melalui berbagai ajang mulai dari peragaan busana hingga penayangan film.

Dekatnya hubungan Indonesia dan Korut sudah ada sejak era kepemimpinan Presiden Sukarno. Pada masanya, Sukarno sangat dekat dengan pemimpin Korut, Kim Il Sung.

Berdasarkan catatan yang dihimpun Kompas.com, Sukarno yang juga merupakan penggagas gerakan nonblok lebih sering berkomunikasi dengan negara-negara Blok Timur, termasuk Korut. Wujud dari kedekatan hubungan Indonesia dan Korut kala itu salah satunya adalah pembentukan poros Jakarta-Pyongyang-Hanoi-Peking (Beijing) yang menyuarakan solidaritas perjuangan anti-imperialisme bersama-sama.

Selain poros tersebut, ada pula bentuk-bentuk kedekatan hubungan Indonesia dan Korut lain. Sebagian telah menjadi peninggalan sejarah, dan sebagian lainnya masih ada hingga saat ini. Berikut empat di antaranya:

1. Bunga Kimilsungia

Kedekatan Indonesia dengan Korut terwakilkan oleh bunga. Adapun bunga yang dimaksud adalah anggrek.

Perlu diketahui, anggrek satu ini bukan sembarang anggrek. Sebab, anggrek tersebut diberi nama yang diambil dari nama Kim Il Sung.

Cerita bermula saat Kim Il Sung datang ke Indonesia dan berkunjung ke Kebun Raya Bogor. Seperti ditulis Asia Times, lawatan bersejarah itu terjadi pada era 1960-an di mana Kim Il Sung berjalan-jalan di Kebun Raya Bogor didampingi oleh Presiden Sukarno.

Di Kebun Raya Bogor, Kim Il Sung sangat terkesan dengan satu jenis anggrek. Setelah mengutarakan rasa terkesannya, Sukarno kemudian menamai anggrek tersebut dengan nama Kimilsungia.

Sejak itu, bunga anggrek Kimilsungia menjadi simbol penuh makna di Korut. Hingga hari ini, anggrek Kimilsungia sering ditampilkan di berbagai kesempatan oleh Pemerintah Korut, bahkan ada juga Festival Bunga Anggrek Kimilsungia yang rutin diselenggarakan setiap tahun.

2. Kedubes Korut di Indonesia

Berhubung Indonesia dan Korut menjalin hubungan diplomatik, sudah tentu Korut punya kedutaan besar atau kedubes di Indonesia. Lokasinya terletak di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Gedungnya tidak terlalu besar dan tidak tampak mencolok. Nuansa klasik cukup terasa apabila kita melihatnya. Kendati demikian, bagi Korut, kedubesnya di Jakarta punya peran penting. Kedubes Korut di Jakarta bahkan banyak melayani warga negara selain Indonesia.

Jumlah kedubes Korut di seluruh dunia memang terdikit, yakni sekitar 50. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila Kedubes Korut di Jakarta turut diandalkan oleh warga dari negara lain untuk memperoleh beragam pelayanan.

Misalnya saja, seperti dilaporkan Tempo, warga Australia mengandalkan Kedubes Korut di Jakarta untuk mengurus permohonan visa mereka untuk pergi ke Korut. Ini bisa terjadi karena Korut telah menutup kedubesnya di Canberra pada tahun 2008.

3. Prangko Bersama

Adalah hal jamak jika suatu negara memproduksi prangka dengan tema khusus. Tema yang dipilih biasanya berkaitan dengan peringatan hari besar, gelaran ajang penting, ditampilkannya ciri khas negara, sampai tokoh-tokoh penting.

Ternyata, Indonesia dan Korut pernah menerbitkan prangko bersama. Prangka tersebut diterbitkan pada tahun 2015 lalu dan diedarkan di kedua negara.

Prangko bersama Indonesia dan Korut terbit dalam rangka peringatan 50 tahun penamaan Anggrek Kimilsungia. Bagi kedua negara, pemberian nama Anggrek Kimilsungia merupakan wujud penghormatan dan persahabatan khususnya saat Kim Il Sung datang ke Indonesia berdekade-dekade lampau.

Seperti saat pemberian nama bunga anggrek Kimilsungia, penerbitkan prangko bersama masih mengusung misi yang sama, yakni menjaga kerja sama dan persahabatan antara Indonesia dan Korut.

"Selain mengingatkan pada sejarah, peneritan perangko bersama ini juga semakin meningkatkan kerjasama dan persahabatan antar kedua negara yang telah terjalin dengan baik," ujar Staf Ahli Bidang Bidang Teknologi Kominfo Woro Widiastuti saat itu, seperti diwartakan laman resmi Kominfo.

Hal senada disampaikan Dubes Korut untuk RI Jong Ryul yang melihat prangko ini adalah media belajar mengenai relasi Indonesia-Korut yang bermanfaat bagi generasi mendatang.

"Penerbitan perangko bersama ini bersejarah, karena akan mendorong peningkatan kerjasama di berbagai sektor. (Penerbitan perangko) Sangat edukatif, tidak hanya generasi sebelumnya yang mengetahui sejarah namun juga menginformasikan kepada generasi di masa depan,” kata Jong Ryul.

4. Restoran Pyongyang

Tahukah Kawan GNFI jika di Jakarta ada restoran yang menyajikan aneka masakan Korut? Namanya adalah Restoran Pyongyang.

Restoran Pyongyang berlokasi di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Namun Kawan GNFI yang penasaran sebaiknya tidak perlu mendatangi lokasi tersebut karena restorannya kini sudah tutup.

Ada cerita menarik mengenai Restoran Pyongyang ini, namun bukan soal makanan atau pelayanannya, melainkan tentang isu intel yang menyamar. Isu ini menyeruak sekitar tahun 2017 saat ramai-ramainya berita tentang pembunuhan Kim Jong-nam di Malaysia.

Diwartakan Antara, ada media massa Malaysia yang memberitakan bahwa agen rahasia Korut biasa menggunakan restoran sebagai kedok untuk kegiatan mengumpulkan materi intelijen dan memata-matai target.

Indonesia bersama dengan Malaysia dan Singapura memang pernah disebut sebagai salah satu wilayah di mana agen-agen badan intelijen Korut (RGB) melakukan operasi dan melaporkan kegiatannya kepada pemimpin Korut Kim Jong-un.

Hanya saja, sejauh ini hal tersebut belum pernah benar-benar terbukti, bahkan hingga Restoran Pyongyang tutup. Sejak masih buka, Restoran Pyongyang dikenal sebagai restoran penuh rahasia. Berbagai laporan media massa juga mengungkap jika karyawan restoran sangat sulit untuk ditanya perihal seluk-beluk tempatnya bekerja.

Hingga saat ini, belum diketahui lagi di mana restoran yang bisa didatangi masyarakat Indonesia untuk menikmati makanan Korea Utara. Ini jelas berbanding terbalik dengan makanan Korea Selatan yang mudah dijumpai dan tersedia di mana-mana.

Kampung Korea Bandung, Pilihan Pecinta Drakor

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini