10 Fauna Endemik Indonesia yang Tersebar di Indonesia, Wajib Dijaga!

10 Fauna Endemik Indonesia yang Tersebar di Indonesia, Wajib Dijaga!
info gambar utama

Fauna endemik Indonesia atau yang biasa disebut sebagai hewan khas Indonesia sampai sekarang masih menjadi salah satu kelompok hewan yang menarik untuk dipelajari. Indonesia sebagai salah satu negara yang mempunyai ribuan pulau menjadi tempat yang cocok bagi hewan-hewan untuk tumbuh dan berkembang biak.

Fauna endemik Indonesia tersebar di seluruh wilayah dari timur sampai barat. Hal dipengaruhi oleh iklim dan kondisi alam yang mendukung. Persebarannya pun merata. Artikel ini akan membahas tentang pengertian fauna endemik Indonesia dan contoh hewan khas Indonesia yang sampai sekarang masih menjadi perhatian.

Pengertian Fauna Endemik Indonesia: Hewan Khas Asli Indonesia

Fauna endemik Indonesia merupakan spesies fauna asli khas Indonesia. Endemik artinya hewan ini secara alami memiliki habitat hanya di wilayah tertentu secara terbatas, dan tidak ada di daerah lain.

Kekayaan satwa endemik di Indonesia semakin besar apalagi karena wilayah negara ini terdiri dari gugusan pulau yang membentang panjang. Meliputi kawasan zona asia, peralihan, dan zona australia. Kekayaan ini pun menjadikan Indonesia kaya akan variasi fauna endemik yang unik tidak ditemukan di daerah lainnya.

10 Contoh Hewan Endemik Indonesia

Pixabay
info gambar

Hewan endemik Indonesia ada banyak. Namun, keberadaan beberapa hewan tersebut sudah mulai terancam. Beberapa di antaranya bahkan sudah terancam punah. Berikut ini adalah contoh hewan endemik di Indonesia.

1. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)

Harimau sumatera merupakan fauna endemik Pulau Sumatera. Harimau ini memiliki ciri ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan harimau pada umumnya. Sedangkan corak dari harimau sumatera adalah loreng hitam gelap. Hewan ini diketahui masih ada sampai sekarang, akan tetapi populasinya sudah mulai terancam. Harimau sumatera sekarang menjadi salah satu hewan yang dilindungi.

2. Elang Jawa (Nisaetus bartelsi)

Burung elang jawa ini termasuk fauna endemik di Pulau Jawa. Inilah burung yang menjadi lambang negara Indonesia. Fauna endemik Indonesia inilah yang biasa disebut sebagai burung Garuda. Namun, hewan ini sudah terancam keberadaannya. Hewan ini khas dengan jambulnya yang menonjol sekitar 2-4 helai. Dengan panjang 12 cm..

3. Orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus)

Orang utan Kalimantan adalah satwa endemik Kalimantan dengan habitat hutan hujan tropis. Ciri khas dari orang utan adalah seluruh tubuhnya diselimuti oleh bulu berwarna merah kecoklatan. Kepalanya juga besar dan posisi mulutnya yang tinggi. Namun, sayangnya hewan ini sudah jarang sekali ditemui dan statusnya sekarang sudah terancam punah.

4. Bekantan (Nasalis larvatus)

Monyet bekantan merupakan fauna endemik Indonesia yang mempunyai wajah unik. Ciri khasnya yang paling menonjol adalah bahwa hewan ini mempunyai hidung yang besar. Monyet ini juga dijuluki sebagai monyet Belanda. Keberadaannya masih tersebar di hutan-hutan Kalimantan. Akan tetapi, monyet ini juga sangat rentan dengan kepunahan karena habitatnya yang semakin lama semakin berkurang.

5. Burung Cenderawasih Papua (Paradisaeidae)

Burung cendrawasih dikenal juga sebagai burung surga. Fauna endemik Indonesia ini bahkan menjadi ikon Tanah Papua. Burung ini memiliki corak warna yang mencolok pada bagian kepalanya. Habitatnya berada di dataran tinggi. Namun, perburuan terhadap burung cenderawasih sangat marak sehingga bisa mengancam populasi burung ini di Indonesia.

6. Komodo NTT (Varanus Komodoensis)

Komodo merupakan biawak berukuran besar yang menjadi satwa encemik di Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami, Nusa Tenggara Timur (NTT). Hewan asli Indonesia termasuk reptil kadal terbesar di dunia dengan ukuran komodo dewasa yang bisa mencapai 2 hingga 3 meter. Seekor komodo memiliki bobot hingga 100 kg dan merupakan hewan karnivora yang berbahaya.

7. Anoa Sulawesi(Bubalus)

Anoa termasuk satwa yang hanya ditemukan di Pulau Sulawesi dan Pulau Buton. Hewan ini mirip dengan kerbau tetapi berukuran mini, hewan ini pun dijuluki sebagai kerbau kerdil. Anoa umumnya memiliki ciri fisik yakni kecoklatan atau hitam dengan dua tanduk. Anoa terdiri dari dua jenis, yaitu Anoa Pegunungan dan Anoa Dataran Rendah. Hewan ini termasuk famili bovidae dan merupakan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora).

8. Owa Jawa (Hylobates moloch)

Owa jawa adalah primata khas yang menghuni terbatas di Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah. Status owa jawa termasuk yang terlangka di dunia karena tersisa hanya sekitar 2000 ekor saja. Primata yang suka bernyanyi ini termasuk satwa yang beraktivitas penuh di pepohonan termasuk makan dan tidur. Karena reproduksinya yang lambat dan rendah, serta berkurangnya hutan sebagai habitat asli owa jawa, menjadikan satwa monogami ini semakin langka.

9.Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)

Gajah Sumatera mendiami kawasan yang menjadi habitat alami secara endemik di Pulau Sumatera. Gajah ini bisa ditemukan tersebar dari DI. Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, dan Riau. Populasi gajah sumatera semakin berkurang akibat perpindahan kelompok gajah ke daerah yang semakin sempit. Diperkirakan satwa langka ini hanya tersisa sekitar 2.500 ekor.

10. Macan Dahan Kalimantan (Neofelis diardi)

Macan dahan kalimantan adalah macan yang kemungkinan hanya hidup di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Ukuran badannya kecil tetapi kekar dengan berat dewasa mencapai 25 kg dan panjang kurang dari 1 meter. Macan ini tak jarang terlihat di kawasan dataran rendah dan hutan hujan. Sementara di Sumatera, hewan ini bisa ditemukan di pegunungan atau perbukitan. Macan dahan kalimantan (Neofelis diardi borneensis) sejak 2006 menjadi spesies tersendiri setelah sebelumnya dianggap sebagai bagian dari spesies macan dahan benua (Neofelis nebulosa) yang hidup di kawasan Asia Tenggara.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Farih Fanani lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Farih Fanani.

MF
RP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini