Gagahnya Benteng Kalamata, Dulu Rebutan 4 Bangsa Penjajah

Gagahnya Benteng Kalamata, Dulu Rebutan 4 Bangsa Penjajah
info gambar utama

Di bawah kepemimpinan Antonio Pigafetta, bangsa Portugis membangun sebuah benteng di Pulau Ternate pada 1540. Ia diberi nama Santa Lucia. Awalnya benteng itu dibangun untuk perluasan wilayah dan monopoli perdagangan. Tapi, seiring waktu, tempat itu menyaksikan berbagai pertempuran hingga diperebutkan empat negara penjajah.

Jauh sebelum menjadi Santa Lusia, benteng itu bernama Kayu Merah. Ia terletak di tepi Selat Matiara, Jalan Kayu Merah, Kelurahan Kayu merah, Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.

Melansir Kemdikbud.go.id, kisah singkat ini dimulai dari perang antara Portugis melawan Sultan Baabullah yang tengah gencar menyebarkan ajaran Islam. Perang itu mencapai puncaknya pada 1575, Portugis diusir dari Pulau Ternate. Tak berselang lama, pasukan Spanyol yang kala itu juga tengah menjajah Maluku, mengambil alih Benteng Santa Lucia. Mereka menjadikannya sebagai pos perdagangan juga pertahanan.

Kemudian, Belanda tiba di Ternate. Kedatangan bangsa ini mengancam posisi Spanyol. Permusuhan keduanya dalam monopoli rempah, memecah peperangan. Spanyol meluncurkan serangan dari balik benteng tertua di Maluku itu. Selama puluhan tahun, mereka berebut menduduki Benteng Santa Lucia secara bergantian.

Pada 1609, di bawah kepemimpinan Pieter Both, Belanda merestorasinya dan digunakan sebagai benteng pertahanan. Lalu, Gubernur Belanda Le Febre dan Deputy Admiral Geen Huigen memperbaiki lagi benteng itu. Tapi, tak sampai selesai, benteng itu malah telantar.

Di tahun 1627, Gills Van Zeyst meninggalkan Ternate. Lalu, benteng pun kembali dikuasai oleh Spanyol hingga 1663. Setelah menyelesaikan urusannya, Spanyol pun menghancurkan Benteng Lucia. Belanda kemudian datang untuk mendirikannya kembali.

Di tangan Belanda, Santa Lucia berganti nama menjadi Kalamata, diambil dari nama Kaicil Kalamata, seorang pangeran Ternate, kakak dari Sultan Mandarsjah dan paman dari Sultan Kaicil Sibori Amsterdam. Ia wafat di Makassar pada 1676.

Kemudian, benteng itu kembali pindah kuasa setelah direbut pada 29 April 1798 oleh pasukan Sultan Tidore ke-19, Kaicil Nuku dengan bantuan kawanan Inggris.

Benteng itu lalu diperbaiki oleh Mayor Lutzow di tahun berikutnya. Sultan Tidore ternyata dikhianati. Benteng Kalamata pun jatuh ke tangan Inggris pada 1801. Tak berlangsung lama, Belanda akhirnya merebut kembali benteng itu dan menguasainya hingga 1810.

Cerita Semua Pembangunan Benteng di Ternate untuk Lindungi Cengkeh

Arsitektur Benteng Kalamata

Benteng Kalamata berbentuk segi empat tak lurus (poligon). Bangunannya bergaya Portugis, memiliki empat bastion yang dilengkapi lubang bidik. Terdapat sisa-sisa bangunan lama yang menghuni bagian dalam benteng ini. Ada jalan, anak tangga, dan sumur kuno tempat para serdadu mengambil air.

Banyak pendapat berbeda tentang bentuk benteng ini. Jika dilihat dari udara, berbagai sumber mengatakan ia mirip kura-kura, penyu, dan burung.

Kemudian, menurut penelitian yang terbit di situs core.ac.uk, benteng Kalamata ditutupi dinding dengan ketebalan 100-200 sentimeter dan tinggi 3 meter. Material benteng ini terdiri dari batu kali, batu karang, dan pecahan batu bata dengan kalero sebagai perekat—campuran kapur dan pasir. Kemudian, kapur dicampur pasir dan air rendaman kulit Pohon Lubiri.

Pemerintah Kota Ternate pernah melakukan renovasi terhadap benteng ini. Pada 2005, di dalamnya dibangun halaman dan rumah khusus untuk para penjaga benteng.

Batu Angus, Geowisata Unik di Ternate dari Letusan Gunung Gamalama

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

AH
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini