Eksistensi Corak Insang Melayu dalam Menanamkan Semangat Kebaharian Kota Pontianak

Eksistensi Corak Insang Melayu dalam Menanamkan Semangat Kebaharian Kota Pontianak
info gambar utama

#WritingChallengeKawanGNFI #CeritadariKawan #NegeriKolaborasi #MakinTahuIndonesia

Sudah kita ketahui bersama, bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki ribuan kepulauan di dunia. Berdasarkan data World Atlas pada 2020 yang termuat dalam Data Indonesia, tampaknya julukan negara kepulauan pantas dimiliki oleh negara kita dengan melihat dari urutannya pada posisi ke-6 setelah negara Swedia, Norwgia, Finlandia, Kanada, dan Amerika Serikat. Hal ini memberikan pengaruh yang signifikan pada keberagaman budaya Indonesia.

Kota Pontianak sebagai Ibu Kota Kalimantan Barat memiliki segudang ikon budaya, salah satunya motif corak insang. Dinamakan corak insang karena motif yang dipakai serupa dengan pola insang pada tubuh ikan Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, bahwa fungsi insang sebagai alat pernafasan menjadi bagian utama bagi ikan dalam mempertahankan hidupnya.

Sejarahnya, motif ini dibuat oleh masyarakat Pontianak yang tinggal di sepanjang pesisir Sungai Kapuas. Mayoritas dari mereka pada waktu itu berprofesi sebagai nelayan. Ikan yang menjadi salah satu tujuan utama sasaran penangkapan tersebut pada akhirnya menjadi sumber inspirasi bagi penduduk setempat terutama bagi para pengrajin untuk menuangkan seni dari kain tenun yang dihasilkan.

Corak insang ini pada awalnya hanya menjadi motif pada kain tenun yang khusus diperuntukkan kepada keluarga bangsawan kesultanan Kadariyah Pontianak. Pertama kali, tepatnya pada tahun 1938 kain corak insang diperkenalkan oleh Permaisuri Syarifah Maryam Assegaf, istri Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie (Sultan ke-VI) saat sultan dan permaisuri diundang oleh Ratu Wilhelmina (Ratu Belanda) untuk memperingati 40 tahun kepemimpinannya.

Kain Corak Insang | Foto: kebudayaan.kemendikbud.go.id
info gambar


Kini penggunaan motif corak insang digunakan oleh semua tingkat usia masyarakat Pontianak mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, pada baju, kain, dan tanjak untuk beragam kepentingan baik pada acara adat, peringatan hari besar nasional, bahkan sebagai seragam sekolah dan karyawan instansi pemerintah. Uniknya, motif ini tidak lagi hanya terdapat pada kain dalam bentuk tenunan saja, melainkan sudah diaplikasikan pada berbagai media dan tempat, seperti pada pot-pot bunga, corak pada dinding, hingga taman-taman Kota di Pontianak.

Jika ditilik dari segi filosofisnya seperti yang telah dijabarkan di atas, bahwa motif termotivasi dari ikan. Insang ikan yang menjadi simbol dalam corak khas Pontianak ini secara tidak langsung menunjukkan salah satu kekayaan bahari yang dimiliki Kota Pontianak. Beragam jenis ikan mudah ditemui di sungai-sungai. Ikan yang memiliki segudang manfaat bagi tubuh menjadi salah satu santapan masyarakat Pontianak sejak dulu. Sehingga banyak masyarakat yang mengambil dan membudidayakannya untuk dikonsumsi sendiri ataupun menjadi sumber penghasilan yang diperjualbelikan. Dengan demikian, filosofis yang terdapat dalam corak insang khas Kota Pontianak ini mengajarkan pentingnya untuk memanfaatkan dan melestarikan beragam jenis ikan yang menjadi sumber kekayaan bahari yang ada di sungai-sungai di Kota Pontianak.

Selain itu, corak ini juga menggambarkan aliran air pada Sungai yang telah ditetapkan menjadi sungai terpanjang di Indonesia, yaitu Sungai Kapuas. Corak ini mengidentifikasikan masyarakat kota Pontianak yang dominan sangat bergantung pada Sungai Kapuas. Bagi masyarakat Pontianak Sungai Kapuas adalah sumber kehidupan mereka. Sejak dahulu sungai inilah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan mulai dari menangkap ikan, mencuci, dan sarana transportasi.

Kini Sungai Kapuas tidak hanya digunakan sebatas itu saja. Berbagai tempat wisata dibangun dengan memanfaatkan keindahan sungai ini yang menggunakan kapal Bandong untuk mengitarinya. Kapal bandong tersebut dihias dan dijadikan tempat makan bagi para wisatawan sehingga mereka sangat menikmati keindahan yang ada. Tidak hanya itu, café-café yang sering dikunjungi para anak muda sudah banyak didirikan di sepanjang pesisir sungai Kapuas dengan tujuan agar generasi tersebut dapat sambil menikmati kekayaan yang dimiliki oleh Kota Pontianak

Dengan demikian, menurut Warisan Budaya Kemdikbud, corak insang yang terinspirasi dari insang ikan dan aliran Sungai Kapuas serta makna yang terkandung di dalamnya menginterpretasi rasa cinta masyarakat kota Pontianak terhadap kekayaan bahari dan lingkungan alam sekitar. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk selalu menjaga dan melestarikan kekayaan tersebut agar selalu ada hingga anak cucu kita.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

R
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini