Nani Wartabone, Sosok Pahlawan dari Gorontalo, Temukan Dirimu dalam Sejarah

Nani Wartabone, Sosok Pahlawan dari Gorontalo, Temukan Dirimu dalam Sejarah
info gambar utama

#WritingChallengeKawanGNFI #CeritadariKawan #NegeriKolaborasi #MakinTahuIndonesia

"Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."

Dilansir dari bpk.go.id mengatakan, sebuah kalimat di atas mungkin sudah tidak asing di telinga dan bahkan telah tertancap kuat di benak kita ini. Namun, nyatanya tidak boleh hanya sekedar menjadi angin lalu yang lewat begitu saja tanpa disorot makna indah yang ada dibaliknya.

"Perjuangan pergerakan" dan "mengantarkan rakyat indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan". Rasanya memiliki pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh para pahlawan terdahulu, bahwa keberhasilan mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan negeri ini hanyalah sampai pada mengantarkan Kawan GNFI para generasi masa depan ke depan pintu gerbang kemerdekaan, sedangkan tugas Kawan GNFI adalah membuka dan masuk kedalam pintu gerbang kemerdekaan tersebut, untuk meraih dan merasakan "kemerdekaan,persatuan, kedaulatan, keadilan, dan kemakmuran" dinegeri tercinta ini.

Kisah Ryura, Siswi SMA yang Diterima di 10 Univesitas Top Dunia

Sungguh sebuah pesan yang mengagumkan dan penuh tamparan. Pesan-pesan seperti ini senantiasa digaungkan dengan tujuan satu yaitu untuk menyadarkan para generasi hari ini maupun mendatang, agar dapat lebih serius lagi dalam meraih apa yang ada dibalik gerbang kemerdekaan tersebut.

Tidak hanya dalam bentuk elusan kalimat, tetapi pesan-pesan untuk melanjutkan perjuangan juga disematkan dalam sebuah tanggal agar semakin menguatkan ingatan kita terhadap perjuangan para pahlawan di masa lampau. Hari-hari khusus kalender yang dilaksanakan setiap tahun, ada 10 november sebagai hari pahlawan, dan 23 januari sebagai hari patriotik yang memiliki sejarah emas oleh bangsa indonesia, terkhusus daerah saya tercinta, yaitu Gorontalo.

Peristiwa 23 Januari 1942 di Gorontalo yang disebut sebagai hari patriotik, merupakan salah satu dari mata rantai rangkaian pergerakan para pahlawan yang ada di daerah Gorontalo. Aksi perjuangan rakyat yang dipelopori oleh sosok Nani Wartabone, sang inspirator yang berasal dari Gorontalo ini dapat dikatakan sebagai salah satu pilar yang memperkokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus tahun 1945.

Dikatakan demikian, karena sebelum kemerdekaan secara nasional, Gorontalo sudah terlebih dahulu mulai bebas dari penjajahan dan sudah dapat disebut sebagai bagian dari rakyat Indonesia. Perlu diketahui bahwa telah terjadi suatu proklamasi kecil di Gorontalo yang secara langsung atau tidak merupakan awal mula dari peristiwa kemerdekaan secara nasional.

Jika ditelisik lebih jauh dari sifat perjuangannya, maka peristiwa itu termasuk sebuah gerakan patriotik. Patriotik adalah semangat cinta tanah air, atau sikap yang suka berkorban segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah air (Moeliono, 1988:654). Sebuah definisi patriotik tersebut telah mewarnai peristiwa 23 Januari 1942 oleh para pahlawan saat itu, dengan tujuan mulia yakni ingin mengubah nasib rakyat dan melindungi tanah air dan kekayaannya, dari kesewenang-wenangan para penjajah.

Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari beragam macam pengorbanan yang dilakukan oleh Nani Wartabone bersama para pejuang lainnya di saat memperjuangkan Gorontalo. Ia diketahui tidak tergiur dengan jabatan yang ditawarkan oleh para penjajah, bahkan sebaliknya menjadi penentangnya merupakan contoh yang patut ditiru. sehingga dia selalu dicurigai oleh para penjajah.

Kemenparekraf dan Kemenhub Bekerjasama Luncurkan Program Mudik Gratis

Luar biasanya, sosok pahlawan Kawan GNFI ini lebih suka berkebun dengan rakyat, sambil menggembleng mereka agar menyadari makna perjuangan untuk merdeka, dibanding menerima tawaran kenikmatan jabatan dari para penjajah.

Tahun 1940, Nani Wartabone mempersiapkan beberapa pasukan yang dihadiri pemuda berjumlah sekitar 575 yang dipusatkan di Mono arah Pinogu untuk persiapan merebut kekuasaan dari tangan Belanda di Gorontalo, dan pada saat itu beliau mendapat informasi bahwasannya rencana Belanda adalah untuk membumi hanguskan Gorontalo.

Menyikapi hal tersebut, Nani langsung melontarkan ancaman dan mengkoordinir pasukkan. Ada banyak dari mereka yang bersedia bergabung dengan pasukan Nani Wartabone. Pasukkan yang dipusatkan di Pinogu ini terdiri dari campuran beberapa kaum entah orang tua dan pemuda.

Sebagaimana yang sudah disampaikan di atas, rencana penjajah yang mengancam akan membumihanguskan Gorontalo, dengan sikap kepemimpinan bapak Nani Wartabone, beliau langsung sigap dengan hal tersebut bahkan pada saat itu Nani langsung mengkoordinir dan mempengaruhi rakyat lainnya untuk bergabung dalam rangka menggagalkan rencana pengbumihangusan Gorontalo.

Pasukan yang dapat dipengaruhi oleh Nani Wartabone berasal dari pemuda Gorontalo, orang tua, orang Minahasa dan Pande Kalengkongan yang siap bergabung. Hal ini tertuang dalam sebuah paper karya Ferrari Yuliawati dalam ‘Narasi Kepemimpinan Nani Wartabone Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Di Gorontalo Untuk Penguatan Karakter Siswa SMA’.

Dari peristiwa tersebut, terdapat suatu petuah keren yang disematkan kepada para pejuang gorontalo saat itu, yaitu “Bangusatalalo” yang artinya Bangsa dijaga dan “Lipu poduluwalo” yang memiliki arti Tanah air dibela. Tokoh Nani Wartabone dan penggerak lainnya, berjuang untuk mempertahankan bangsa dan membela rakyat, agar tidak hancur oleh tindakan penjajah yang mulai kalap pada masa-masa mendekati kekalahan mereka. Pak Nani Wartabone ingin menjaga milik rakyat yang ada di Gorontalo dari upaya penghancuran, bahkan dari pembumihangusan oleh penjajah.

Luar biasanya, jika mungkin kita mengetahui ketika terjadi sebuah peperangan dalam suatu negeri tidak luput dari kerusakan yang ada, tetapi pak Nani Wartabone dengan berpegang pada budaya Gorontalo dapat menghindarkan daerah tersebut dari adanya kerusakan akibat penjajahan. Bahkan moral dan etika dipertahankan, sehingga tidak terjadi perampasan harta kekayaan, tidak ada penjarahan, dan tidak terjadi pembalasan dendam terhadap para penjajah dan keluarga mereka. Inilah yang menyebabkan peristiwa itu berwujud sebagai gerakan kemerdekaan yang tidak berdarah.

76 Tahun yang lalu, ada sejarah panjang dari para pahlawan, yang telah berjuang membebaskan kita dari jeratan para penjajah. Para pahlawan berjuang menggunakan senjata dan bambu runcing. Sekarang kita pun dapat bahkan harus melanjutkan perjuangan mereka tersebut.

Tulisan ini ditulis dengan harapan, agar kita tidak lupa akan para pahlawan yang berjasa bagi negeri tercinta ini, terkhusus Gorontalo sebagai daerah yang menjadi penakluk pertama terbebasnya dan merdekanya kita dari penjajahan. Dahulu jika ada masalah, Nani Wartabone bersama teman-teman seperjuangannya mengambil pilihan untuk menjadi bagian dari orang-orang yang mengatasi masalah tersebut.

Pembangunan Jalan Lintas Batas Papua Kembali Dilanjutkan

Di masa kini, juga ada banyak masalah yang belum terselesaikan, seperti tawuran, sex bebas, narkoba, korupsi, kolusi, nepotisme, dan masih banyak lagi. Pertanyaannya, Kawan GNFI berada di posisi yang mana? Apakah seperti para pejuang terdahulu yang mengambil peran sebagai agen perubahan? Atau hanya menjadi orang-orang yang tidak peduli akan masalah hari ini bahkan menjadi pelaku utama masalah tersebut?

Maka “TEMUKAN DIRIMU DALAM SEJARAH” Mari bergerak, dan saling bergandengan tangan, untuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri, agar mampu membawa perubahan, untuk Indonesia yang lebih baik.

Referensi:

  • bpk.go.id, ‘UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945’, 105.3 (1945), 129–33
  • Ferrari Yuliawati Samsudin, ‘Narasi Kepemimpinan Nani Wartabone Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Di Gorontalo Untuk Penguatan Karakter Siswa SMA’, Paper Knowledge. Toward a Media History of Documents, 3.April (2015), 49–58.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

EY
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini