Pelestarian Domba Garut dengan Adu Tangkas yang Bawa Keberkahan Ekonomi

Pelestarian Domba Garut dengan Adu Tangkas yang Bawa Keberkahan Ekonomi
info gambar utama

Domba Garut adalah domba yang berasal dari daerah Limbangan, Kabupaten Garut. Dalam bahasa latin disebut ovis aries yang merupakan campuran dari perkawinan antara domba lokal dengan jenis capstaad dari Afrika Selatan dan Domba merino dari Australia.

Domba capstaad sudah ada lebih dahulu di Garut, sementara domba merino baru didatangkan ke kota dodol ini pada abad abad ke-19. Dari ketiga jenis domba itulah, lahir varietas baru yang kemudian disebut domba garut.

Serupa Tapi Tak Sama, Mengenal Perbedaan Kambing dan Domba

Hastono dalam Pelestarian Domba Garut Melalui Budaya Domba Tangkas (Domba Adu) menuturkan domba garut merupakan salah satu ternak yang dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai ternak aduan.

“Selain mempertahankan budaya itu sendiri, juga mempertahankan domba garut sebagai domba aduan yang memiliki kualitas itu sendiri,” paparnya.

Awal mula tradisi adu domba

Dijelaskannya tradisi ini bermula pada tahun 1900 an, ketika seorang anak gembala yang iseng ketika melihat domba yang digembalakannya memiliki sifat agresif, maka para gembala domba di sela-sela waktu akhirnya memilih mengadu dombanya.

Selanjutnya pada tahun 1905, orang tua para gembala atau para juragan pemilik domba, mulai tertarik dan membuat agenda khusus untuk menyelenggarakan kegiatan adu domba antar kampung, sehingga kemudian menyebar ke daerah lain, seperti Kabupaten Bandung.

Hastono menyebutkan pada tahun 1920-1930 an, kegemaran adu domba ini mulai ditampilkan di daerah perkotaan, termasuk pernah diselenggarakan di alun-alun Bandung. Tahun 1942-1949 kegiatan ini vakum, karena perang kemerdekaan.

Fakta Tanduk Memukau Domba Garut yang Membuatnya Bernilai Ratusan Juta

Setelah perang kemerdekaan, tradisi ini kembali dilanjutkan hingga pada tahun 1960 an bermunculan arena-arena adu domba. Bahkan pada tahun 1970-an didirikan organisasi HPDI (Himpunan Peternak Adu Domba Indonesia).

HPDI Kemudian berubah menjadi HPDKI (Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia). Kemudian para peternak bersepakat mengubah istilah adu domba menjadi ketangkasan domba.

“Hal ini untuk mengubah citra adu domba yang negatif dan terkesan senantiasa terkait dengan perjudian menjadi istilah yang memiliki konotasi positif,” paparnya.

Potensi ekonomi

Budaya domba tangkas yang sudah mengakar sejak dulu ini ternyata dianggap bisa menjadi sumber kekuatan ekonomi Jawa Barat, khususnya Garut. Hal inilah yang disampaikan oleh Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki.

“Kebudayaan dan perekonomian pada hakikatnya memiliki kedudukan yang setara, serta saling menopang satu sama lain,” kata Teten yang dimuat Neraca.

Teten menyebut perpaduan kekuatan budaya budaya domba tangkas Garut memiliki potensi besar untuk mendorong perekonomian, baik sektor pariwisata, peternakan domba, hingga UMKM lokal.

Serupa Tapi Tak Sama, Mengenal Perbedaan Kambing dan Domba

Disebutkannya dalam Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK), budaya dan ekonomi menjadi salah satu dimensi, yakni dimensi ekonomi budaya dengan indikator penduduk yang memiliki sumber penghasilan sebagai pelaku atau pendukung pertunjukan seni.

Dirinya yang juga Ketua HPDKI menyatakan even ini adalah salah satu cara untuk melestarikan budaya dan sekaligus sebagai daya tarik untuk meningkatkan industri pariwisata yang memiliki multiplier effect sampai kepada pelaku UMKM dan koperasi.

“Saya berharap even ini dapat masuk ke dalam salah satu even nasional di sektor pariwisata. Sehingga, dapat meningkatkan kunjungan pariwisata baik untuk wisatawan mancanegara maupun wisata nusantara,” katanya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini