Menilik Konsep Kota Hutan yang Akan Dibangun di Ibu Kota Negara Baru

Menilik Konsep Kota Hutan yang Akan Dibangun di Ibu Kota Negara Baru
info gambar utama

Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) mengusung konsep kota hutan, spons, dan cerdas. Hal ini tertuang dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara Lampiran II. Ketiga konsep tersebut didesain untuk menciptakan kehidupan yang berdampingan dengan alam, mendukung pengelolaan lingkungan dan penyerapan karbon, serta konservasi keanekaragaman hayati.

Seperti yang tertulis dalam pasal 2 huruf a, pembangunan dan pengelolaan IKN bertujuan untuk menjadi kota berkelanjutan di dunia. Oleh sebab itu, supaya target minimal 75 persen kawasan hijau dapat tercapai, kota ini akan memanfaatkan sumber daya air dan energi secara efisien, memiliki strategi pengelolaan sampah berkelanjutan, moda transportasi terpadu, serta lingkungan yang layak huni dan sehat.

Ibarat spons, daratan IKN seluas 256.142 hektare akan dirancang mampu menahan air hujan agar tidak langsung melimpas ke drainase, melainkan meresap ke dalam tanah, sehingga banjir dapat dicegah.

Maka dari itu, untuk mewujudkan gagasan tersebut, IKN bakal dilengkapi sejumlah fasilitas, seperti ruang terbuka hijau dan biru, atap hijau skala mikro pada bangunan dan gedung, penerapan jalan dan trotoar berpori, biosengkedan, serta bioretensi.

Jalan Tol Akses IKN Segera Rampung Tahun 2024

Hutan hujan tropis dari Persemaian Modern Mentawir

Dalam misi mewujudkan IKN sebagai kota hutan, Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya Bakar mengatakan, pemerintah tengah berupaya membangun hutan hujan tropis alami. Semua tanaman akan dipasok dari Persemaian Modern Mentawir (PMM) yang terletak di Desa Mentawir Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur. Dengan luas lahan 9 hektare, persemaian ini diperkirakan mampu memproduksi bibit sekitar 15-20 juta per tahun.

Mayoritas bibit pohon yang akan disemai di PMM adalah tanaman endemik Kalimantan, terutama kelompok dipterocarpaceae, seperti kayu nyatoh, meranti, kapur, gaharu, kamper, balangeran, buah-buahan, dan beberapa pohon yang mulai hilang seperti sungkai. Pohon-pohon itu diharapkan mampu menarik satwa endemik kembali ke habitatnya.

Kemudian, dalam laman Kementerian PUPR dijelaskan bahwa bibit-bibit tanaman di sana akan dirawat dengan pemanfaatan air baku yang bersumber dari embung di dekat Persemaian Mentawir seluas 40.000 meter.

Embung yang pembangunannya menghabiskan dana Rp28,8 miliar ini memiliki kapasitas tampung sampai 160.000 meter kubik dengan luas genangan 6,3 hektare. Selain itu, embung juga memiliki kedalaman efektif 2,5 meter dengan kapasitas pengambilan 60 liter per detik.

Embung Persemaian Mentawir inilah yang akan berfungsi sebagai tempat penyediaan air baku melalui pemanfaatan aliran Sungai Mandahan yang memiliki lebar 5x0,3 meter dan debit air 225 liter per detik.

Beberapa Daerah yang Sempat Diusulkan Menjadi Ibu Kota Sebelum IKN Nusantara

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

AH
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini