Keris sebagai Simbol Mental Baja Suku Bugis ketika di Negeri Orang

Keris sebagai Simbol Mental Baja Suku Bugis ketika di Negeri Orang
info gambar utama

Manusia Bugis sejak lahir hingga menapaki kedewasaan dan menjalani kehidupan tak jauh dari besi. Bagi masyarakat Bugis, besi adalah salah satu pelengkap ritual kehidupan masyarakat.

Besi merupakan simbol dari kekuatan, kejantanan, nilai keperwiraan yang diantaranya terdapat pada polo besi. Dan keris, salah satu polo besi yang banyak dimiliki orang Sulawesi bukanlah senjata tajam belaka.

“Ia juga senjata budaya pendamping jiwa, dia adalah benda seni, dia adalah senjata hati untuk menjadi orang yang lebih baik. Dan tuntunan nilai dalam kehidupan itu dapat ditemukan dalam sebuah polo bessi (tosan aji), pusaka, atau besi mulia,” kata Ahmad Ubbe peneliti utama hukum adat Bugis yang dimuat Kompas.

Hadiah dari Sri Paku Alam V, Kris of Knaud Jadi Keris Tertua di Dunia

Menurut Ubbe, ada sebuah pepatah di Bugis yang melukiskan orang yang tidak fokus dalam hidupnya, seseorang yang tidak tuntas menunaikan tanggung jawabnya, karena itu dia dikatakan, dasar orang tak berbaja.

Terinspirasi hal itu, Makmur, warga Desa Massepe, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan dibekali ayahnya sebilah keris ketika hendak merantau ke Kalimantan Selatan.

“Begitu saya memutuskan untuk merantau, orang tua langsung mengingatkan untuk serius dan giat dalam bekerja sehingga bisa membawa manfaat bagi diri dan orang lain,” kata Makmur.

Riwayat keris

Ubbe yang melakukan penelitian dan menyusuri seluk-beluk polo bessi, tak hanya keris Bugis tetapi juga senjata-senjata tradisional Bugis lainnya, seperti badik bangkung, pedang, alameng, parang dan tombak.

Sementara itu berdasarkan warisan keluarganya, Ubbe juga mempunyai kitab-kitab lontar yang berisi berbagai catatan lama perihal polo bessi. Di sana bertuliskan huruf-huruf Bugis kuno yang mengungkapkan nilai-nilai keutamaan Bugis.

“Polo bessi dapat difungsikan sebagai arsip untuk melihat kembali kandungan nilai-nilai tentang kepahlawanan, kekayaan, serta kekuasaan seperti lazimnya dicerminkan pada pola pamor dalam sebilah badik, keris, pedang, parang, atau tombak,” ungkapnya.

Heru Susilarto, Sang Pembuat Keris dari Magelang

Berdasarkan buku itu, Ubbe mengingatkan bahwa budaya keris tidak hanya terdapat di Jawa, seperti pengertian orang selama ini. Buku itu mengungkapkan berbagai corak dan bentuk senjata tradisional Bugis.

Keris ini begitu melekat sebagai senjata yang nyaris dimiliki setiap orang laki-laki Bugis. Dari nilai-nilai budaya yang melihat keberanian, kejantanan, dan kepahlawanan sebagai sesuatu yang baik dan layak dihormati.

“Tidak heran jika hingga sekarang pun masih banyak laki-laki Bugis yang menyenangi, memiliki, dan membawa badik atau keris sebagai simbol sosial kultural untuk menjadi lelaki (hero),” ungkap Ubbe.

Tradisi pembuat keris

Tradisi membuat senjata pusaka Bugis terus terjaga secara turun temurun di wilayah seperti Luwu, Sidrap, Pangkep, Barru, Soppeng, dan Bone. Komunitas pandai besi di Sulsel diperkirakan mencapai 1.000 orang.

Para pandai besi itu biasanya mengawali karier dengan secara berjenjang dari tingkat paling dasar, yakni badik hingga keris. Ambotuwo misalnya meski telah mengenal pekerjaan pandai besi sejak usia 11 tahun, dia baru membuat keris ketika hampir 20 tahun.

Museum Tosan Aji dan Upaya Merawat Keris Berusia Ratusan Tahun

Iwan Sumantri arkeolog dari Universitas Hasanuddin mengungkapkan pada abad ke 14, orang-orang Luwu mengeksploitasi besi sebagai peranti kehidupan. Kandungan besi dari Luwu yang lekat dengan meteorit dan nikel dikirim ke Kerajaan Nusantara, India, dan China.

“Para empu keris di Trowulan (Jawa Timur) pusat kerajaan Majapahit mengagumi pamor keris yang dibuat dari besi kiriman asal Luwu. Terjadilah interaksi antara Kerajaan Majapahit dan Kedatuan Lawu hingga membuahkan varian baru dalam produk persenjataan. Semula orang Bugis hanya membuat dan mengenal badik, lalu kemudian membuat keris sebagai hasil akulturasi,” ujarnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini