Mari Berkenalan dengan Pisang Mas Kirana, Buah Asal Lumajang yang Mendunia

Mari Berkenalan dengan Pisang Mas Kirana, Buah Asal Lumajang yang Mendunia
info gambar utama

Pisang mas kirana merupakan salah satu produk buah asli asal Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, yang namanya telah dikenal dunia.

Nama Pisang Mas Kirana sendiri terinspirasi dari nama pemimpin pertama kerajaan Lamajang Tigang Juru, yaitu Nararya Kirana.

Pisang mas kirana di Lumajang dikategorikan sebagai produk indikasi geografis sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis karena pisang mas kirana memiliki khas atau karakteristik dari suatu produk yang mengindikasikan suatu daerah yaitu Lumajang sebagai tempat asal terdapatnya produk tersebut.

Sempat Dipandang Sebelah Mata

Pisang mas kirana mulai dikembangkan di Lumajang pada 2001. Saat itu, masyarakat sudah banyak yang menanam pohon pisang mas kirana. Namun, pisang mas kirana masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Pisang ini pernah dihargai hanya Rp1.600 per kilogram atau Rp5.000-7.000 per tandan.

Padahal, pisang mas kirana memiliki potensi yang sangat luar biasa karena rasanya manis dan bisa tumbuh di pekarangan rumah warga yang berarti memiliki potensi produksi yang sangat besar.

Baca juga: Geguduh, Pisang Goreng Khas Lampung

Suatu saat, pisang mas kirana menjadi salah satu hidangan di meja istana kepresidenan pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sejak saat itu, harga Pisang Mas Kirana melonjak naik hingga 10 kali lipat tembus menjadi Rp75.000 per tandan.

Saat ini, pisang mas kirana telah berkembang pesat dan menembus pasar hingga mancanegara. Sentra produksi pisang mas kirana ada di Kecamatan Senduro, Pasrujambe dan Gucialit.

Pisang Mas Kirana Mendunia

Pisang mas kirana asal Lumajang
info gambar

Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Teten Masduki saat berkunjung ke Lumajang pada Februari 2022 mengatakan, pisang mas kirana telah banyak ditemuinya di supermarket yang tersebar di luar negeri. Menurut Teten, pisang mas kirana pernah ditemuinya di Singapura. Namun, namanya bukan mas kirana, melainkan gold finger.

“Saya di Singapura itu lihat ada pisang gold finger setelah saya lihat-lihat ternyata ini pisang mas kirana. Ini berkah bagi Lumajang dan harus dikembangkan karena potensinya luar biasa,” kata Teten seperti dikutip Kompas.

Pisang Mas Kirana Ditanam Secara Turun-Temurun

Warga telah menanam pisang mas kirana secara turun-temurun dalam jangka waktu yang lama. Meskipun pisang mas kirana belum berbasis industri seperti sekarang, penanaman pisang ini cukup membantu perekonomian warga.

Baca juga: Peluang Besar! Pisang Bisa Memajukan Perekonomian Nasional

Jenis pisang mas kirana dapat diproduksi secara optimal pada ketinggian tempat antara 475-600 mdpl dengan tingkat kelembaban lembap, curah hujan sekitar 2825,8 mm/tahun, dengan bulan kering (<100 mm) kurang dari 3 bulan dan tekstur tanah lempung berdebu. Itulah beberapa syarat penanaman pohon pisang mas kirana.

Pada 2005, Pisang mas kirana telah ditetapkan sebagai varietas unggul nasional oleh Kementerian Pertanian. Selain itu, pisang ini juga mendapatkan Sertifikasi Prima 3 yang dikeluarkan oleh Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) Provinsi Jawa Timur.

Kemudian, pisang mas kirana telah mendapatkan sertifikasi Global Good Agricultural Practices (GAP) yang merupakan sertifikat internasional yang berlaku di seluruh dunia untuk keamanan produk. Sertifikat ini dikeluarkan oleh Control Union Certification (CUC) dari Belanda dan Sertifikat Organik dari Lembaga Sertifikasi Pertanian Organik Indonesia.

Pisang mas kirana sangat baik untuk kesehatan karena pisang ini adalah pisang organik. Pisang mas kirana bebas pestisida dan cocok untuk dijadikan menu diet karbohidrat. Pisang ini juga menjadi pilihan utama bagi para pengusaha katering atau restoran. Selain ukurannya yang sesuai selera konsumen, pisang mas kirana memiliki warna kulit buah yang cerah, rasa daging buah manis, segar, dan teksturnya lembut.

Kini, pisang mas kirana telah ditanam di lahan seluas 960 hektar dan produksinya 10.000 ton per tahun. Harganya satu tandan bisa mencapai Rp100.000.

Referensi:Surabaya.kompas.com | malangposcomedia.id | dipertan.bantenprov.go.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini