Kisah Ponpes Sukamiskin, Pondok Pesantren Tertua di Kota Kembang

Kisah Ponpes Sukamiskin, Pondok Pesantren Tertua di Kota Kembang
info gambar utama

Pondok Pesantren Sukamiskin yang berada di kawasan Sukamiskin atau Jalan AH Nasution sangat familiar bagi masyarakat Bandung. Bangunannya terbilang awet dan masih berdiri kokoh walaupun sudah berumur ratusan tahun.

Dinukil dari Detik, Pondok Pesantren Sukamiskin merupakan salah satu pesantren tertua yang ada di Bandung. Pesantren ini didirikan oleh KH Raden Muhammad bin Alqo pada tahun 1881 Masehi.

“Sepintar terlihat dari depan seperti bukan sebuah pesantren dengan tetap mempertahankan gaya arsitektur bangunan lama. Tapi, siapa sangka ternyata bangunan tersebut merupakan bangunan Pondok Pesantren tertua di Kota Bandung,” dalam artikel Jejak Penyebaran Islam Ponpes Sukamiskin 136 Tahun Sebarkan Islam.

Tetesan Tinta Kiai Pembaharu dalam Modernisasi Pesantren di Indonesia

Ketua Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin KH Abdul Aziz menjelaskan Kiai Muhammad bin Alqo memimpin pesantren ini selama 36 tahun. Dirinya kemudian menyerahkan kepemimpinannya kepada menantunya yang bernama Kiai Kholil.

Sepanjang perjalanan, Ponpes Sukamiskin terus mengembangkan ilmu-ilmu tentang tariqah. Namun setelah kedatangan dari penimbaan ilmu di Mekkah, Kiai Dimyati, anak Kiai Muhammad bin Alqo pesantren ini lebih terarah.

“Dari sana kemudian ada imtihan (percobaan) kepada para santri hingga pada Minggu (21/5/2017) kami gelar imtihan ke 100 tahun,” kata KH Abdul Aziz yang dinukil dari Bandung Bergerak.

Mencetak ulama

Pada masa kepemimpinan KHR Ahmad Dimyati, Ponpes Sukamiskin ini melakukan modernisasi, salah satunya dalam memberikan pembelajaran kepada santri. Pesantren Sukamiskin juga satu-satunya yang suda menggunakan Bahasa Sunda.

“Pertama pakai Bahasa Sunda, kan asalnya pakai logat Jawa, Pesantren Sukamiskin pertama Sunda. Sekarang bacaan, masih pakai Sunda, doa setelah saat istilahnya wirid yang dipakai itu, sapinahnya sama, juruniyahnya sama,” ujarnya.

Dalam catatan sejarah, Ponpes Sukamiskin ini telah banyak mencetak alumni santri yang sukses, seperti K.H Zaenal Mustofa, pahlawan nasional dari Tasikmalaya. Ada juga Abah Sepuh, Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya.

Pencak Dor: Tradisi Bela Diri Pesantren yang Lahirkan Pendekar Silat

Tetapi selama berdirinya Ponpes Sukamiskin banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan, seperti pada tahun 1942. Ketika itu terjadi pengeboman oleh Belanda yang membuat Ponpes Sukamiskin ini luluh lantak dan menyisakan puing-puing.

“Ya mungkin itu semata-semata bukan karena takut, melainkan terlebih dahulu mencari keselamatan dengan tetap memberikan komando dari jauh. Sebab, jika tetap diam di Bandung, sama saja bunuh diri,” ujarnya.

Bertahan hingga kini

Sepeninggal Kiai Dimyati, kepemimpinan Ponpes Sukamiskin beralih ke Kiai Ahmad Haedar Dimyati, putranya sendiri. Dirinya mencoba membangun kembali puing-puing pondok yang dibom Belanda, hingga saat ini diurus keturunannya.

Peninggalan yang masih tersisa bisa dilihat dari penggunaan keramik lama dengan dekorasi bagian dalam, yakni dindingnya tampak kokoh, serta bagian kubah rumah yang memakai gaya rumah zaman dahulu.

KH Abdul Aziz menegaskan selain dari arsitektur, peninggalan yang masih ada ialah kurikulum (sistem), seperti wiridan ba'da salat, pelajaran fikih, pelugatan kitab kuning menggunakan dialek Sunda.

Pelajaran Menarik yang Hanya Ada di Pesantren!

“Pertama yang menggunakan logat Sunda, ya zaman Mama Dimyati, tetapi tetap ketika menerangkan memakai bahasa Indonesia,” ucapnya.

Kini pria yang kerap disapa Kang Ee mengemban amanah untuk mempertahankan ajaran leluhurnya yang masih eksis. Apalagi santri-santri yang hadir menimba ilmu datang dari berbagai daerah Indonesia.

Dirinya menegaskan bahwa menimba ilmu di Pondok Pesantren akan membuat mental santri jadi kuat. Walau ada yang tidak betah, namun presentasi sangat sedikit misalkan dari 100 hanya 2-3 orang santri yang keluar.

“Kita tumbuhkan mental, jangan cengeng. Menimba ilmu di pesantren juga harus timbul dari anak kalau mondok, makanya tanya dulu apakah ini kemauan anak apa orang tua,” ujarnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini