Menjaga Gunung Guntur: Gunung Berapi Aktif yang Terlelap Ratusan Tahun

Menjaga Gunung Guntur: Gunung Berapi Aktif yang Terlelap Ratusan Tahun
info gambar utama

Kota Garut dikelilingi oleh banyak gunung yang membuatnya dijuluki Swiss van Java oleh orang-orang Belanda di masa lalu. Kota Garut dikelilingi oleh Gunung Papandayan, Cikuray, Haruman, Talaga Bodas, dan Guntur.

Salah satunya adalah Gunung Guntur yang menjadi bagian dari kawasan Cagar Alam Blok Kamojang Timur yang luasnya 5426,19 hektare. Gunung Guntur telah menjadi ikon pendakian di Garut Jawa Barat, selain Papandayan dan Cikuray.

Gunung Guntur merupakan gunung api aktif yang tertidur sejak erupsi terakhirnya di 1847. Sejak akhir abad ke 17, yaitu dari tahun 1690 hingga 1847 setidaknya tercatat ada 19 letusan tetapi semenjak itu Gunung Guntur belum pernah meletus.

Gunung Slamet: Fakta Sains, Flora Fauna, dan Tujuan Pendakian di Indonesia

Naturalis kelahiran Jerman, F Junghuhn menggambarkan gunung ini sebagai gunung api teraktif di Jawa pada waktu itu, setelah Gunung Lamongan di Jawa Timur. Adapun Gunung Merapi menempati urutan ketiga.

“Gunung ini sangat ditakuti penduduk, kawahnya bergerigi. Setiap tahun meletus, dibarengi suara gemuruh, melontarkan abu, pasir, dan batu menutup dataran hijau di sekitarnya,” tulis Junghuhn yang dimuat Kompas.

Gunung yang tertidur

Tetapi bahaya Gunung Guntur telah dilupakan oleh warga karena sudah terlelap 165 tahun. Apalagi ketinggiannya yang hanya 2.249 meter, relatif rendah dibandingkan dengan gunung api lain di Nusantara.

Hal itulah yang kerap kali membuat banyak pendaki meremehkan gunung ini. Namun siapapun yang meremehkan gunung ini pasti akan menyesal. Tubuh gunung yang nyaris mengerucut sempurna sehingga membuat jalur pendakian terus menanjak.

Misteri Kuncen Berkepala Anjing di Gunung Sanggabuana

Di beberapa tempat, asap samar menguar dari tanah dan bau belerang menyengat. Tak terdengar kicau burung ataupun kehidupan lain. Kesunyian ini pernah dicatat oleh Junghuhn ketika mendakinya pada 24 Mei 1840.

“Selain ingar gunung yang gemeretak, semuanya sunyi, tiada angin terasa, alam seperti bungkam. Tidak terdengar satupun burung bersuara…Saya merasa tercekam,” paparnya.

Menjaga Gunung

Nana Rohana menjadi seorang yang bertugas untuk menjaga Gunung Guntur. Dia ditemani Ilham Mardikayanta bertugas memantau Gunung Tangkuban Perahu. Walau berusia lebih dari setengah abad, Nana mendaki trengginas.

“Hampir setiap bulan saya mendaki Guntur untuk cek alat,” katanya.

Mengenal 10 Gunung Berapi Tertinggi di Benua Asia, ada Dua dari Indonesia

Di kawah Sangiang Buruan, Nana dan Ilham bergegas memasang panel surya dan baterai baru. Mereka harus bekerja dalam balutan mantel hujan dan jaket tebal karena hujan disertai angin kencang tiba-tiba menyergap.

Menurut Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono, mereka harus terus mengamati aktivitas Gunung Guntur. Dikatakannya tak boleh sedetik pun berkedip karena ancamannya tak main-main.

“Guntur adalah gunung yang berada di dekat kota, yang memiliki jejak letusan besar,” ucapnya.



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini