Menapaki Pendopo Kabupaten Jepara yang Jadi Saksi Kehidupan Kartini

Menapaki Pendopo Kabupaten Jepara yang Jadi Saksi Kehidupan Kartini
info gambar utama

Pendopo Kabupaten Jepara dijadikan kantor pemerintahan Kadipaten Jepara sekaligus tempat tinggal Adipati Jepara. Pendopo ini dibangun pada sekitar 1750, yaitu pada masa pemerintahan Adipati Citro Sumo III (1738-1760).

Pendopo ini menjadi istimewa karena pernah menjadi tempat tinggal RA Kartini dan keluarganya. Di pendopo Kabupaten Jepara ini pula RA Kartini menjalani masa pingitan dan menghasilkan gagasan emansipasi perempuan.

Kartini, Sosok yang Selalu Menginspirasi di Indonesia

Keluarga RA Kartini menghuni Pendopo Kabupaten Jepara dalam kurun waktu tahun 1881-1905. Hal ini terjadi sejak diangkatnya R.M.A.A Sosroningrat (ayah R.A Kartini) sebagai Bupati Jepara.

Kartini tinggal di Pendopo Kabupaten Jepara sejak berusia 2 tahun. Dirinya menghabiskan masa kecil hingga pingitan di rumah tersebut. Pada masa pingitan itu diisi kegiatan mengajar pengetahuan dasar dan keterampilan menjahit serta membatik kepada muridnya.

Bulan November 1903 adalah hari-hari terakhir R.A Kartini tinggal di Pendopo Kabupaten Jepara, R.A Kartini pindah ke kediaman suaminya R.M.A Djoyodiningrat di Pendopo Kabupaten Rembang setelah melangsungkan pernikahan pada tanggal 12 November.

Soal pendopo

Istilah pendopo berasal dari kata mandapa yang merujuk pada satu bagian kuil Hindu di India. Mandapa berarti suatu bangunan tambahan atau paviliun, tempat di mana upacara-upacara dengan tari-tarian dan musik diselenggarakan.

Dikarenakan adanya proses akulturasi kebudayaan fungsi pendopo tidak hanya menjadi tempat penyelenggaraan secara adat, namun juga sebagai tempat berkumpul orang banyak dan menerima tamu.

Seperti halnya kabupaten lain yang terdapat di Jawa Tengah, Pendopo Kabupaten Jepara dibangun dengan gaya arsitektur tradisional yang menggambarkan penyatuan alam makrokosmos dan mikrokosmos.

Bicara Lingkungan, Karier, dan Perempuan, Raline Shah: Peran Kita Bukan Hanya Satu

Pendopo Kabupaten Jepara menghadap ke arah barat dan terletak di pusat kota, di depan pendopo terdapat alun-alun yang cukup luas, sementara di sebelah selatan alun-alun terdapat bangunan Masjid Agung Baitul Makmur.

Perpaduan masjid dan pendopo menggambarkan menyatunya unsur ulama dan umara (penguasa). Dalam bahasa Jawa, kesatuan dua unsur ini disebut Pandito Ratu. Artinya setiap hukum, peraturan, dan ketentuan pemerintah harus memuat hukum agama.

“Kombinasi arsitektur masjid dan pendopo lengkap dengan kehadiran alun-alun. Ketiganya menjadi simbol menyatunya kekuasaan raja (sebagai kepala pemerintahan, panglima perang dan kepala agama) dengan ulama, rakyat, dan para prajurit,” tulis Kaharisma Kawijaya dalam Menapaki Jejak Kehidupan R.A Kartini di Pendopo Kabupaten Jepara.

Bangunan bersejarah

Serambi depan Pendopo Kabupaten Jepara dibangun dengan mengadopsi gaya tradisional Jawa, beratap lima dengan 8 tiang penyangga (soko guru). Dulunya serambi pendopo dijadikan lokasi pisowanan agung.

“Salah satu ciri unik pada serambi pendopo adalah masih dipertahankannya tempat untuk mengikat kendaraan dinas bupati pada masa lampau berupa kereta kencana yang ditarik oleh kuda,” paparnya.

Ada juga ruang pringgitan yang menjadi tempat Bupati sering mengadakan pementasan wayang kulit. Ruang ini hingga saat ini masih difungsikan untuk menerima tamu dan untuk tempat dhahar prasmanan.

5 Film Ini Angkat Kisah Perjuangan Para Perempuan Tangguh di Indonesia

Ruang pringgitan juga dihiasi dengan beragam motif ukiran tradisional Jepara, sehingga menambah kesan mewah pada bangunan yang telah berusia lebih dari 2 abad ini. Ruang ini sering digunakan R.A Kartini ketika masa pingitan.

Ruang tengah digunakan sebagai tempat tidur R.A Kartini sewaktu kecil (sebelum masuk usia pingitan) dengan ayah, garwo padmi, dan saudara-saudaranya. Dulu terdapat 4 kamar tidur di ruang tengah dan juga lorong memanjang, namun kini telah dirobohkan.

Ada juga kamar pingitan R.A Kartini yang mulai ditempati pada tahun 1892 ketika berusia 12,5 tahun. Dirinya telah dipingit dalam kamar pingitan yang berukuran 3x4 meter. Kamar pingitan pada masa lampau juga digunakan sebagai ruang baca.

“Kamar pingitan bagi R.A Kartini adalah juga salah satu tempat untuk membaca berbagai buku yang membuka cakrawala berfikirnya tentang kehidupan modern wanita Eropa,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini