Kelezatan Kopi Gayo yang Telah Jadi Warisan Seabad Masyarakat Aceh

Kelezatan Kopi Gayo yang Telah Jadi Warisan Seabad Masyarakat Aceh
info gambar utama

Menyebut nama Kopi Gayo memberikan bayangan kenikmatan kopi arabika pegunungan yang telah hampir seabad mendunia. Tetapi bagi warga di Dataran Tinggi Gayo. Aceh bukan hanya sekadar rasa melainkan warisan jiwa.

Di tanah bergunung itu, mereka menanam kopi bercita rasa tinggi yang menghidupi. Ada tiga kabupaten di dalamnya, Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Total luas tanam pada tahun 2010 mencapai sekitar 94.500 hektare.

Mimpi Petani yang Terwujud untuk Naik Haji dari Berkah Kopi Lampung

Kopi gayo ibarat nyawa bagi Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Tercatat jumlah petani kopi di Aceh Tengah 34.467 keluarga. Bila satu keluarga diasumsikan beranggotakan 4 orang, sebanyak 137.904 orang di sana menggantungkan hidup kepada kopi.

“Itu baru di petani, belum termasuk pedagang, tauke, agen kopi, dan warga yang bekerja di pengelolaan kopi. Kopi memang nyawa di Gayo,” kata Kepala Bidang Produksi dan Perlindungan Tanaman Dinas Perkebunan dan Kehutanan Aceh Tengah Hermanto yang dimuat Kompas.

Sejarah Kopi Gayo

Keberadaan Kopi Gayo tak lepas dari kedatangan Belanda di Aceh bagian tengah pada awal abad 20. Deni Sutrisna, dalam makalahnya Komoditas Unggulan dari Masa Kolonial menyebut kopi ini merupakan sisa penanaman besar varietas kopi arabika di Sumatra.

Pada tahun 1918, Belanda mulai mencanangkan Kopi Gayo sebagai produk masa depan seiring dengan tingginya minat pasar mancanegara terhadap rasa yang berbeda. Kopi kemudian sedikit demi sedikit menggeser tanaman lain sebagai komoditas unggulan.

Seiring itu, ribuan pekerja perkebunan yang sebagian besar dari Jawa didatangkan. Sejak itu, Dataran Tinggi Gayo tak hanya mengalami perubahan pola ekonomi, tetapi juga budaya seiring dengan berubahnya komposisi etnis yang ada.

Enrekang, Bibit Awal Tanaman Kopi Mengharumkan Nama Sulawesi

Produk kopi yang kian diminati pasar mancanegara dan tenaga kerja yang melimpah membuat pemerintah kolonial Belanda terus mendatangkan investor masuk ke Aceh Tengah.

“Pemerintah Belanda mengontrol setiap varietas yang ditanam dan mengontrol kualitas tanaman,” paparnya.

cita rasa

Kopi Gayo telah terkenal dengan cita rasa rendah asam, aroma wangi dan gurih. Dengan cita rasa itu, sejak dahulu kopi gayo telah melalang buana ke pasar mancanegara. Tanah yang tak asam dan ketinggian lahan di atas 1.200 mdpl membuat kopi ini bercita rasa beda.

Di hampir semua franchise kopi internasional, semacam Starbuck kita akan mudah mendapati menu kopi gayo terpampang di sana. Bahkan kopi gayo masuk kategori kopi kelas premium setingkat dengan kopi kenamaan dunia lainnya.

Biji Kopi Atasi Masalah Kemiskinan di Lereng Gunung Argopuro

Tokoh komunitas Penikmat Kopi Gayo Aceh Tengah, Win Ruhdi Bathin menjelaskan citra sebagai kopi berkelas dan permintaan pasar internasional yang masih mengalir itulah yang membuat eksistensi kopi gayo masih bertahan hingga saat ini.

“Kopi Gayo ini anugerah. Dari dulu hingga saat ini kualitasnya tak berubah. Permintaan dari luar selalu ada,” katanya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini