Lebih dari Bumbu Masak, Banyak Cerita di Balik Sebotol Kecap

Lebih dari Bumbu Masak, Banyak Cerita di Balik Sebotol Kecap
info gambar utama

Kecap bukanlah sekedar bumbu masak. Lebih dari itu, kecap menyimpan banyak cerita yang bahkan bisa dilacak hingga ratusan tahun silam.

Siapa tak mengenal kecap? Bumbu masak satu ini seakan tak pernah absen hadir di dapur setiap rumah di Indonesia. Ya, bagi orang Indonesia, kecap seakan sudah jadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan masak-memasak dan makan-makan sehari-hari.

Rasanya yang manis dan gurih membuat kecap banyak diandalkan untuk memperkaya cita rasa masakan. Tradisi penggunaan kecap untuk memasak juga sudah berlangsung sejak lama, bahkan sejak ratusan tahun silam.

Kecap identik dengan kecap manis. Namun sejarah mencatat kecap asin lebih dulu dikenal di Nusantara. Seperti dicatat GNFI sebelumnya, kecap asin diketahui dibawa oleh imigran atau pedagang dari China yang berbisnis dengan memanfaatkan Jalur Sutera yang pada masanya merupakan penghubung aktivitas dagang antara wilayah barat dan timur. Selain itu perusahaan perdagangan Hindia Belanda alias VOC juga pernah mengimpor kecap asin dari Jepang ke Batavia pada abad ke-18.

Kecap yang awalnya asin lalu berevolusi menjadi manis. Ini bermula saat pendatang China di Jawa mengetahui bahwa penduduk lokal menyukai makanan manis. Kecap asin yang mereka bawa pun ditambah dengan gula palem, dan jadilah kecap manis seperti yang dikenal.

Mengapa Orang Majalengka Manis? Karena Memiliki 3 Kecap yang Legendaris

Merekam Kisah dari Kecap Nusantara

Cerita di atas baru soal bagaimana kecap datang ke Nusantara dan berubah menjadi manis. Setelah kecap manis dikenal, banyak kecap yang diproduksi di banyak daerah dengan merek yang beragam, sehingga dari sini banyak pula kisah menarik tentang kecap.

Kisah itu terus diupayakan untuk dijaga dan diingat hingga masa kini. Apalagi, kecap kini bukan sekadar bumbu masak, melainkan sudah menjadi warisan budaya yang perlu dilestarikan.

Salah satu upaya melestarikan kecap sebagai warisan budaya itu adalah Pameran Kecap Nusantara “Rasa Lestari” yang digelar di Teater Pengetahuan, Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor pada 13-16 Juni 2023. Dalam pameran tersebut, ditampilkan sekitar 150 kecap dari berbagai daerah.

Pameran yang diselenggarakan atas kolaborasi antara Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unpad dan Parti Gastronomi ini menyajikan pengalaman kepada pengunjung untuk menjelajahi kecap. Tak hanya melihat deretan kecap dari berbagai daerah, ada pula kegiatan lain seperti pameran arsip atau dokumen mengenai kecap dari masa kolonial, kecap tasting , pemutaran film dokumenter, talkshow, juga demo masak.

“Di pameran kali ini kita juga menelusuri sejarah dari kecap manis, dari penelusuran dokumen Belanda sampai ke 1898,” ujar Ketua Panitia yang juga Dosen Antropologi FISIP Unpad Hardian Eko Nurseto, M.Si. seperti dilansir laman resmi Unpad.

Kerja keras panitia ini tentu bukan tanpa tujuan. Harapannya, masyarakat sadar bahwa kecap punya banyak keragaman dengan masing-masing cerita di baliknya.

“Buat Antropologi, kecap ini bisa bercerita tentang banyak hal dan saya mencoba mewujudkannya di sini,” kata Seto.

Kecap Lokal Mirama: 'Bumbu Wajib' dalam Kuliner Khas Semarang

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini