Emansipasi Wanita dan Pendamping Hidup

Emansipasi Wanita dan Pendamping Hidup
info gambar utama

Saat ini khususnya di media sosial, banyak sekali berseliweran komentar dari para perempuan yang ingin mendapatkan pasangan hidup yang telah mapan. Katanya, mereka berpikir demikian karena mempertimbangkan realita kehidupan yang menunjukkan bahwa segalanya pasti butuh uang sehingga seorang perempuan harus pandai ketika mencari pasangan hidup. Akan tetapi, benarkah pemikiran yang terlintas dalam diri mereka betul-betul atas dasar realistis, atau justru matrealistis berkedok realistis?

Dengan berkembangnya zaman dan emansipasi, perempuan yang memilih untuk berkarier di dunia kerja sudah menjadi hal yang lumrah. Tidak sedikit dari mereka yang justru mampu mencapai kesuksesan bahkan menjadi seorang pemimpin di lingkungannya. Semakin tinggi pencapaian perempuan tersebut, pasti akan semakin tinggi pula pendapatannya. Dalam kasus ini, maka tidak heran jika perempuan tersebut mungkin sudah memiliki standar minimal pendapatan dari lelaki yang akan mendampinginya nanti.

Ditambah, semakin tinggi posisi jabatan perempuan, biasanya akan semakin besar pula tuntutan kebutuhan hidupnya dan semakin berkelas lingkungan juga pertemanannya. Mereka pasti akan mencari lelaki yang setidaknya memiliki level yang sama dengannya karena mereka merasa bahwa seluruh jerih payah yang mereka lakukan dengan usaha sendiri saja sudah dapat membawa mereka pada level kehidupan yang tinggi.

Tingkatkan Perekonomian Daerah, Libur Iduladha Diusulkan Tambah 3 Hari

Sebagai contoh, jika seorang perempuan sudah dapat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari penghasilannya, merupakan hal yang wajar bila ia juga mengharapkan lelaki yang mampu memenuhi apa yang memang telah ia penuhi dari usahanya sendiri sebelumnya. Begitu pun apabila seorang perempuan telah memiliki kemampuan untuk membeli tas mewah dengan uangnya sendiri, maka tidak heran jika ia berusaha mencari lelaki yang dapat memberikannya hal yang sama bahkan lebih dari itu.

Namun, bagaimana jika seorang perempuan tidak berusaha untuk meningkatkan value dan skill yang dimilikinya, hanya berdiam diri, bermalas-malasan, atau berdalih berserah diri kepada takdir, tetapi berharap akan datang seorang lelaki kaya raya yang secara sukarela mau memberikannya taraf hidup yang lebih baik? Bukankah ini justru menjadi suatu masalah? Apakah sikap seperti ini masih bisa dikatakan sebagai 'realistis'?

Faktanya, biaya hidup saat ini dan yang akan datang memang semakin mahal sehingga merupakan suatu hal yang wajar apabila semua orang menginginkan kehidupan yang baik dan berusaha agar mampu tercukupinya semua kebutuhan hidup, setidaknya kebutuhan primer.

Apalagi dengan banyaknya unggahan yang memamerkan kemewahan dan kehedonan di media sosial, menyebabkan semakin banyak orang termasuk para perempuan merasa jika mereka harus mendapat kehidupan yang sempurna seperti itu.

Sebetulnya bukanlah hal yang salah bilamana seorang perempuan menginginkan pendamping hidup yang sudah mapan, khususnya apabila melihat tensi kehidupan yang semakin tinggi ini. Akan tetapi, perlu juga untuk diperhatikan bahwa esensi sesungguhnya dari mencari lelaki kaya adalah memperkaya diri sendiri terlebih dahulu. Karena sadar atau tidak, mereka para lelaki mapan juga pasti akan berusaha mendapatkan perempuan yang sepadan dengan dirinya.

Saat Endemi, Biaya Berobat Covid-19 Tak Lagi Ditanggung Pemerintah

Oleh karena itu, alangkah baiknya seorang perempuan juga terus berusaha memaksimalkan kapasitas diri, meningkatkan pengetahuan, serta mengasah potensi yang dimiliki. Bila kita memperkaya hal-hal tersebut, tanpa perlu dengan keras berusaha mencari, sosok lelaki mapan itu yang justru akan menghampiri kita dengan sendirinya. Sebab seperti apa yang pernah dikatakan oleh pepatah, jodoh adalah cerminan diri.

Dengan begitu, tidak perlu lagi adanya ketergantungan terhadap seorang lelaki dari perempuan dengan anggapan 'realistis' melihat kehidupan karena diri kita sendiri saja sudah cukup mapan untuk dapat menghadapi realita kerasnya kehidupan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

QN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini