Bosscha, Juragan Teh nu Bageur Tur Dipikanyaah, Tokoh yang Dicintai Masyarakat Priangan

Bosscha, Juragan Teh nu Bageur Tur Dipikanyaah, Tokoh yang Dicintai Masyarakat Priangan
info gambar utama

Sejak memutuskan untuk melaksanakan program KKN di Pangalengan, sudah banyak hal yang disiapkan termasuk menyiapkan banyak baju hangat untuk membantu tubuh kami bertahan hidup di dataran tinggi dengan suhu belasan derajat itu. Bayang-bayang keindahan desa wisata ini pun kerap kali membuat kami tidak sabar untuk segera menginjakkan kaki di sana.

Hari demi hari berlalu, persiapan demi persiapan telah dilakukan, hari keberangkatan pun tiba. Berbekal antusiasme yang kuat, malam itu sekitar pukul 22.00 WIB, kami berangkat menuju Pangalengan menggunakan bus. Sesampainya di Pangalengan, ribuan dedaunan hijau bergerak-gerak terbawa angin seolah turut menyambut kedatangan kami.

Mata kami nyaris tak berkedip. Ah, rasanya indah sekali! Perjalanan kami dikelilingi oleh jajaran perkebunan teh yang menyejukkan mata. Namun, di balik keindahan hamparan hijau itu, tersimpan sejarah menarik tentang seorang ikon Belanda yang tak banyak orang tahu, lho!

Tahukah Kawan GNFI, sebelum dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, perkebunan teh seluas 2022 hektar yang mengisi daerah Pangalengan ini merupakan peninggalan Bosscha. Bosscha merupakan salah satu warga Belanda keturunan Jerman yang lahir dari pasangan Johannes Bosscha dan Paulina Emilia Kerkhoven. Sosok dengan nama lengkap Karel Albert Rudolf Bosscha ini dilahirkan di Belanda pada tanggal 15 Mei 1865.

Semua bermula dari perjalanannya ke tanah Jawa pada tahun 1887 untuk bekerja di perkebunan teh milik pamannya yang bernama Edward Julius Kerkhoven, di Sukabumi, Jawa Barat. Bermodalkan pengetahuan dan pengalaman yang ia miliki selama bekerja, pada tahun 1896, Bosscha akhirnya membangun perkebunan teh Malabar secara luas lengkap dengan pabriknya dan mempekerjakan pribumi sebagai karyawannya.

Mungkin menurut Kawan GNFI, tokoh Belanda pada masa itu dikenal sebagai penjajah yang keji dan menyiksa pribumi. Namun, Bosscha justru mempekerjakan warga lokal dengan sangat manusiawi dan tentu membuat sejahtera warganya. Bosscha sangat ramah kepada penduduk pribumi, bahkan sering bergaul bersama mereka.

Sifat yang sangat kontradiktif dengan kebanyakan tokoh Belanda saat itu. Tak hanya ramah, kedermawanan juga melekat pada diri lelaki ini. Banyak kontribusi yang diberikan oleh seorang Bosscha kepada pribumi.

Selain memberikan pekerjaan, beliau juga memfasilitasi pendidikan untuk masyarakat sekitar. Pada tahun 1901, beliau mendirikan sekolah dasar bernama Vervoloog Malabar. Kepeduliannya terhadap pendidikan tak hanya sampai di situ. Beliau juga menjadi salah donatur pembangunan sekolah Technische Hoogeschool te Bandoeng atau yang saat ini dikenal dengan sebutan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Bosscha juga menjadi tokoh penting dibalik pembangunan teropong bintang raksasa yang berada di Lembang. Dengan kebaikan dan kedermawanannya, tak heran jika sosoknya hingga saat ini masih mengisi hati masyarakat Priangan.

Sepeninggal Bosscha pada tanggal 26 November 1928, jasadnya dimakamkan di perkebunan teh Malabar, tepatnya di desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan. Hingga saat ini, makam raja teh priangan ini masih ramai dikunjungi masyarakat.

Berbekal segelintir cerita singkat tentang diri Bosscha, akhirnya kami membayar rasa penasaran dengan mengunjungi makam Bosscha di Desa Banjarsari yang letaknya tidak terlalu jauh dari pondokan kami yang berada di Desa Sukamanah. Sesampainya di sana, kami menemui Abah Aca, salah seorang pria yang menjaga makam Bosscha. Sebuah fakta menarik kami dapatkan dari beliau.

Menurut informasi dari Abah Aca, ternyata, hingga saat ini terdapat satu karyawan Bosscha yang masih hidup dan tinggal di desa tersebut. Usianya sudah mencapai ratusan tahun dan tak bisa berbahasa Indonesia. Baru saja kami meniatkan diri untuk menemui sosok yang diceritakan Abah Aca. Namun, langit sudah semakin gelap, menandakan kami harus segera pulang. Kami tak sabar ingin membagikan cerita menarik ini ke teman-teman yang lain sekaligus ingin berkunjung dan bercerita lebih lama lagi dengan Abah Aca.

Nah, Bagaimana dengan Kawan GNFI, tertarik juga bukan?

  • Daftar Pustaka :
    Wansaka, A. (2023). Sejarah Kebun Teh Malabar, Peninggalan Bosscha si Raja Teh Priangan. Harapan Rakyat. https://www.harapanrakyat.com/2023/06/sejarah-kebun-teh-malabar-peninggalan-bosscha-si-raja-teh-priangan/
  • Rahma, Y. A. (2022). Tuan Bosscha, Raja Teh Priangan yang Baik Hati. Unpaders. https://www.unpaders.id/read/2022/08/25/646/tuan-bosscha-raja-teh-priangan-yang-baik-hati

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini