Mengenal Ragam Kebudayaan dan Wisata Lokal di Desa Laksana Bersama Tim KKN-PPM UGM 2023

Mengenal Ragam Kebudayaan dan Wisata Lokal di Desa Laksana Bersama Tim KKN-PPM UGM 2023
info gambar utama

Desa Laksana adalah salah satu desa di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Desa Laksana terdiri dari 4 Dusun, yaitu Dusun Sangkan, Pasirhuni, Garung, dan Kamojang dengan total luas wilayah sebesar 9,4 km2. Desa Laksana memiliki potensi wilayah yang luar biasa besar. Berdasarkan situs Jejaring Desa Wisata (Jadesta) milik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Desa Laksana menjadi salah satu dari 18 Desa Wisata di Kabupaten Bandung dengan potensi lokal yang melimpah, mulai dari potensi wisata, seni budaya, kuliner tradisional, dan lain-lain.

Tim Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat Universitas Gadjah Mada (KKN-PPM UGM) yang bertugas di Desa Laksana melakukan serangkaian program kerja dalam rangka pengembangan dan penguatan produktivitas sumber daya lokal yang ada. Salah satu fokus kegiatan yang dilakukan adalah melakukan branding terhadap kebudayaan lokal dan potensi wisata yang ada di Desa Laksana.

Berdasarkan situs Kemenparekraf dari tahun 2021, Desa Laksana sebagai desa wisata tidak pernah masuk ke dalam nominasi Anugerah Desa Wisata (ADWI) yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf sebagai ajang penghargaan bagi desa-desa yang berprestasi di bidang wisata. Maka dari itu, kegiatan branding potensi lokal di sektor kebudayaan dan wisata perlu dilakukan agar makin dikenal khalayak banyak. Lalu, apa aja sih kebudayaan dan tempat wisata di Desa Laksana?

Yang pertama adalah kesenian ketangkasan domba. Desa Laksana merupakan salah satu desa penghasil domba tangkas yang sering ditandingkan dalam acara kesenian ketangkasan domba. Pada Sabtu (09/07/2023) pagi pukul 08.00 WIB, salah satu padepokan peternak domba di Desa Laksana yaitu padepokan ”Tirta Anyar” mengikuti dalam ajang lomba “SENI KETANGKASAN DOMBA SE-JAWA BARAT TAHUN 2023” yang diselenggarakan oleh Kapolda Jawa Barat.

UGM Utus 7 Ribu Mahasiswa KKN Berdayakan 400 Desa di Seluruh Indonesia

Menurut mantan Lurah Desa Laksana, Yaitu Pak Fandi, ajang domba tangkas sering diadakan. “Kesenian domba tangkas atau domba garut untuk peserta lombanya bukan hanya dari daerah garut saja, tetapi dari daerah luar garut juga banyak yang mengikuti ajang lomba domba tangkas ini.” Tutur Pak Fandi.

Dalam satu pertandingan Domba Tangkas biasanya terdapat tiga juri, penonton, dan wasit. Pertandingan diiringi lantunan musik yang dimainkan oleh para nayaga. Kelas Domba terdiri dari tiga kelas yaitu yang A,B, dan C. Kelas A diperuntukan bobot melebihi 75 kg, Kelas B diperuntukkan bobot 65-75 kg, dan kelas C diperuntukan bobot kurang dari 65 kg.

kompetisi domba tangkas
info gambar

Setelah ‘menyaksikan’ kesenian domba tangkas, destinasi selanjutnya yang menarik dikunjungi Kawan GNFI di Desa Laksana adalah Kerajinan Borondong. Borondong merupakan oleh-oleh khas Desa Laksana, tepatnya di Kampung Sangkan sebagai pusat sentra kerajinan Borondong. Lalu, apakah Borondong merupakan produk yang berbahan dasar jagung? tentu saja tidak. Borondong adalah snack dengan bahan baku dari beras ketan.

Menurut pemilik salah satu usaha kerajinan Borondong di Kampung Sangkan saat ditemui pada Minggu (10/07/2023), yaitu Pak Cucu Supriatna, Kerajinan Borondong sendiri sudah ada sejak tahun 1940-an dan pada tahun 1960-an baru dikomersilkan di pasaran.

Awalan Kisah Pengabdian Unit KKN-PPM UGM Arunika Madani di Kecamatan Anyar

“Borondong ini sudah ada sejak 1940-an dan baru dijual ke masyarakat sekitar tahun 1960-an. Jenis Borondong itu ada dua. Pertama Borondong Ketan, itu rasa Borondong yang Original. Kedua Borondong Enten. Borondong Enten itu bahannya dicampur sama kelapa,” tutur Cucu Supriatna, Pemilik Usaha Borondong Ma Erah di Kampung Sangkan, Desa Laksana.

Kerajinan Borondong menjadi oleh-oleh yang wajib dibeli apabila Kawan GNFI mengunjungi Desa Laksana. Hal tersebut karena Borondong sudah menjadi salah satu ikon Desa Laksana. Rasa Renyah dan gurih dapat dirasakan dalam Borondong Khas Kampung Sangkan ini!

Proses pembuatan Kerajinan Borondong
info gambar

Selanjutnya ada kebudayaan Marawis. Marawis adalah kebudayaan paduan musik perkusi yang didalamnya kental dengan unsur keagamaan islam. Marawis merupakan sebuah kebudayaan yang berasal dari Timur Tengah yang kemudian menyebar dan dikembangkan di Indonesia yaitu di Dusun Pasirhuni, Desa Laksana.

Alat musik yang digunakan dalam kegiatan marawis di Desa Laksana terdiri dari marawis, terbangan, jimbe, keyboard, dan dipadukan dengan alat musik tambahan bernama kendang yang merupakan alat musik khas yang berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Kegiatan Marawis di Desa Laksana dilakukan dengan jumlah personil antara 7-10 orang. Lagu-lagu marawis yang dinyanyikan merupakan sholawat bahasa Arab yang dipadukan dengan kalimat-kalimat berbahasa Sunda yang biasanya dinyanyikan oleh anggota Marawis.

Kegiatan Marawis dilakukan di Desa Laksana setiap ada acara-acara besar seperti hajatan, pengajian, serta peringatan hari-hari besar. Tak hanya di Desa Laksana, kelompok Marawis dari Pasirhuni juga sering pentas di daerah-daerah lain ketika ada yang mengundangnya. Dengan adanya kelompok Marawis di Desa Laksana tersebut, masyarakat Desa Laksana dapat menumbuhkan rasa kekeluargaan dan menjaga warisan budaya daerah.

kegiatan marawis yang dilakukan di Kampung Pasir Huni, Desa Laksana.
info gambar

Selain beragam potensi yang telah disebutkan di atas, Desa Wisata Laksana memiliki beragam potensi wisata menarik, seperti Kawah Kamojang, Kamojang Ecopark, Hutan Pinus, dan Pemandian Air Panas. Sektor pariwisata di desa ini dibina dan dikembangkan oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang dipimpin oleh Bapak Ucup.

Salah satu tempat wisata yang cukup terkenal adalah Kawah Kamojang. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 170/Kpts-Um/3/1979 yang menetapkan bahwa Cagar Alam Kawah Kamojang seluas 7.500 Ha dan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang seluas 500 Ha menjadi Taman Wisata Alam Kawah Kamojang.

KKN UGM, Memaknai Kebahagiaan Sederhana dari Anak-Anak Desa Ngemplak

Kawah ini merupakan destinasi wisata yang menawarkan keindahan berbagai kawah yang mengandung sulfur yang memiliki sejuta manfaat untuk kesehatan, salah satunya untuk menyembuhkan penyakit paru-paru. Kawah Kamojang terletak di perbatasan Kabupaten Garut-Bandung yang ada di dalam area geothermal PLTU Kamojang. Destinasi wisata ini memiliki beberapa kawah di dalamnya, seperti Kawah Manuk, Kawah Kereta Api, dan Kawah Hujan.

Destinasi wisata Kawah Kamojang memiliki fasilitas yang cukup lengkap, seperti ATM, balai pertemuan, cafetaria, jungle tracking, kamar mandi, mushola, outbound area, dan spot foto. Harga tiket masuk per orang dibandrol Rp15.000,00 dengan biaya parkir Rp2.000,00. Apabila wisatawan hendak berendam di air panas, maka wisatawan perlu membayar sekitar Rp4.000,00. Wisatawan akan disuguhkan dengan keindahan semburan hawa panas yang terdengar seperti desisan keras.

Kawah Manuk, merupakan salah satu kawah yang termasuk di kawasan Kawasan Kamojang
info gambar

Serangkaian program kerja tim KKN-PPM UGM dalam rangka mengenalkan kebudayaan lokal yang ada di Desa Laksana diharapkan mampu mengangkat potensi sumber daya lokal secara optimal dan mampu menggaungkan Desa Laksana sebagai desa wisata yang dapat meningkatkan ekonomi kreatif, terciptanya lapangan kerja yang lebih banyak. Selain itu, diharapkan kegiatan yang dilakukan tim KKN-PPM UGM mampu membangkitkan kegiatan pariwisata sehingga dapat berbicara banyak dalam nominasi Anugerah Desa Wisata (ADWI).

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

W
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini