Ritual Larung Perahu Upaya Orang Bangka Belitung agar Laut Bisa Rehat

Ritual Larung Perahu Upaya Orang Bangka Belitung agar Laut Bisa Rehat
info gambar utama

Masyarakat Bangka Belitung memiliki upacara adat dengan melarung hasil bumi ke laut sebagai ucapan syukur. Tetapi hal yang unik adalah upacara melarung ini sekaligus juga dengan perahunya.

Ritual ini biasa dilakukan setiap tahun oleh Suku Sawang yang tinggal di Desa Kumbung, Kecamatan Lempar Pongok, Kabupaten Bangka Selatan. Ritual adat ini oleh warga setempat disebut sebagai Ritual Buang Jung.

Dinamika Sosial-Politik Tambang Timah Inkonvensional di Kepulauan Bangka Belitung

Dikatakan bahwa Jung adalah perahu kecil, sehingga ritual ini biasanya dilakukan dengan melarung miniatur perahu yang berisi sesaji seperti ayam berbulu hitam ke laut. Ritual ini menunjukkan kearifan lokal di daerah tersebut.

“Ada suku laut yang mendiami Pulau Lepar. Mereka tidur di perahu. Nanti di jung itu ada ayam hitam dan dilepas di tengah laut. Akan terbawa arus dan akan dipantau di mana jung itu nyangkut,” jelas Justiar Noer, Bupati Bangka Selatan pada tahun 2017 yang dimuat Okezone.

Dewi Penguasa laut

Orang Sawang sangat mempercayai bahwa lautan yang luas ada yang menguasai, yakni dewa-dewi penguasa laut. Dukung jong di Desa Selinsing, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur menyebutkan ada tiga makhluk halus.

“Merupakan satu keluarga penguasa laut di sekitar Kepulauan Bangka Belitung yang bernama Bujang sebagai kepala keluarga, Dayang Senani istri Bujang, dan anak mereka yang bernama Terang,” tulis Aep Sepuloh dalam Tradisi Upacara Adat Buang Jong dalam Konteks Budaya Masa Kini.

Mengenal "Kelekak", Agroforestri Berbasis Kearifan Lokal

Setelah upacara berasik usai, dilanjutkan dengan pergelaran Tarian Ancak yang diperagakan oleh seorang pemuda. Pemuda yang menari tersebut melakukan gerakan tari menggoyang-goyang ancak atau replika rumah tempat tinggal orang Sawang.

Dalam rangkaian upacara buang jong ini juga dimanfaatkan oleh komunitas orang Sawang mengenang hal-hal yang memiliki nilai penting dalam sejarah panjang orang Sawang yang pernah hidup di laut.

Upaya istirahatkan laut

Justiar menyatakan bahwa ritual itu bertujuan supaya mengistirahatkan laut. Artinya selama satu minggu tidak boleh ada kegiatan yang dilakukan pasca Ritual Buang Jung. Biasanya ritual ini dilakukan sekitar bulan Juni sampai Agustus.

“Selama seminggu tidak boleh bermain di laut, seminggu setelah acara, istirahatkan laut satu minggu dalam setahun,” lanjutnya.

8 Nama Martabak di Dalam dan Luar Negeri: Kalau Sama Kok Namanya Beda?

Pada satu minggu itu, kata Justiar para nelayan tidak menangkap ikan, tidak mencari karang dan hal-hal lainya. Dalam seminggu itu pula, para wisatawan dilarang melakukan kegiatan di laut seperti snorkeling maupun menyelam.

Sehingga dalam seminggu itu, harapannya semua biota laut dapat beristirahat, bereproduksi, bertelur bagi ikan-ikan, kepiting dan yang lainnya. Sehingga keanekaragaman hayatinya tetap terjaga, terutama pasokan pangan mereka yang bersumber dari laut.

“Kalau zaman itu ada ikan bertelur dan kepiting bertelur. Ikan banyak di sana. Jadi stop (kegiatan) dulu,” ujarnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini