Pecah! Beruforia Tari Bapang bersama Pengunjung Car Free Day Malang

Pecah! Beruforia Tari Bapang bersama Pengunjung Car Free Day Malang
info gambar utama

Suasana di Car Free Day (CFD) Malang pada Minggu (16/7) dipenuhi dengan semangat dan keceriaan saat GR Culture Fest digelar. Acara ini menjadi ajang untuk mengapresiasi kekayaan budaya Jawa Timur, termasuk Tari Bapang yang menjadi sorotan utama. Ratusan pengunjung CFD yang hadir di acara tersebut tak hanya menyaksikan penampilan tarian yang memukau, namun juga turut berpartisipasi dengan menari Bapang bersama para penari.

GR Culture Fest merupakan event milik Greenrock Campers, yaitu salah satu campground di Coban Rondo yang memiliki fasilitas terbaik di Jawa Timur. Acara budaya ini memberikan ruang bagi para pengunjung CFD untuk terlibat dalam merayakan kebudayaan dan memperkaya pengalaman mereka.

Tari Bapang, sebuah tarian tradisional Jawa Timur yang memiliki gerakan dinamis dan penuh semangat, menjadi magnet yang menarik minat pengunjung. Tarian ini melambangkan keberanian, kekuatan, dan semangat juang prajurit dalam menghadapi tantangan hidup.

Tari Malangan ditampilkan oleh para penari berbakat, yang dengan gemilang mengenakan busana tradisional yang anggun dan warna-warni. Musik tradisional yang mengiringi tarian ini menambah nuansa magis dan memikat bagi para penonton. Melalui GR Culture Fest, Tari Malangan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Malang, dan semakin dikenal oleh wisatawan dari berbagai daerah.

Cakra Khan Perbanyak Daftar Penyanyi Indonesia yang Lolos Audisi America's Got Talent

Acara ini tidak hanya melestarikan tradisi lokal, tetapi juga memperkuat identitas budaya yang kaya dan beragam. Salah satu daya tarik utama GR Culture Fest adalah penampilan menakjubkan dari Tari Malangan. Tari Malangan adalah tarian khas suku Malangan yang berasal dari Malang, Jawa Timur.

Tarian ini menggambarkan cerita sejarah dan mitologi suku Malangan, serta dihiasi dengan gerakan-gerakan yang penuh makna dan indah.

Sebelum penampilan Tari Bapang dimulai, stage GR Culture Fest di CFD Malang juga dipenuhi dengan rangkaian acara lainnya seperti penampilan akustik, penampilan tari Beskalan, dan promosi-promosi informasi mengenai Greenrock Campers. Penampilan tari Bapang tidak sekadar menjadi pertunjukan yang memisahkan antara penari dan penonton, tetapi sejumlah penari mengajak pengunjung untuk bergabung dan menari bersama. Dengan senyuman dan tangan terbuka, para penari membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin merasakan pengalaman menari Bapang.

Di tengah-tengah acara, seorang pengunjung CFD bernama Nichoberbagi pengalamannya dalam menari tari ini. Menurutnya, Tari Bapang bukan sekadar gerakan-gerakan yang indah, tetapi juga sebuah medium untuk memperkuat ikatan antar manusia.

"Menurut saya kegiatan menari bersama ini memperkuat dan memperkenalkan budaya tari-tarian Malangan," ujar Nichodengan semangat. Reaksi penonton terhadap ajakan menari bersama ini sangat positif. Meskipun awalnya canggung dan ragu, banyak pengunjung yang akhirnya berani menari bersama para penari.

Dengan suksesnya GR Culture Fest dan penampilan yang memukau dari Tari Malangan, Car Free Day (CFD) Malang semakin memperkuat posisinya sebagai tempat yang tepat untuk memamerkan budaya yang indah dan menarik. Acara ini tidak hanya menghibur masyarakat, tetapi juga menjadi sarana untuk mempromosikan dan melestarikan kekayaan budaya Jawa Timur. Melalui seni dan budaya, GR Culture Fest telah mengukir cerita baru tentang keindahan dan kebanggaan budaya lokal.

Acara GR Culture Fest merupakan garapan Niscala, yaitu mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bersama Greenrock Campers yang berhasil memberikan pengalaman budaya yang tak terlupakan bagi pengunjungnya.

Ubud Writers and Readers Festival Segera Rayakan Ulang Tahun ke-20, Sayang Dilewatkan!

Acara budaya ini merupakan salah satu rangkaian acara Greenrock in Collaboration dan melalui Tari Bapang, para panitia berharap pengunjung dapat merasakan keindahan, semangat, dan persatuan dalam sebuah kesatuan yang tak ternilai.

Kegiatan semacam ini dapat terus diadakan, sehingga para masyarakat dapat terus menghargai dan mempromosikan kekayaan budaya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini