Tabut Bengkulu sebagai Festival Budaya

Tabut Bengkulu sebagai Festival Budaya
info gambar utama

Provinsi Bengkulu, yang memiliki ibu kota yaitu Kota Bengkulu sebagai pusat pemerintahan dari Provinsi Bengkulu, terletak di pesisir barat pulau Sumatera yang menghadap ke Samudera Hindia. Secara geografis, provinsi ini terletak pada posisi 102º14’42”-102º22’45” Bujur Timur dan 30º43’49”-30º01’00” Lintang Selatan, serta berada antara 3º45”-3º57” dari Garis Equator atau 2º48” sebelah Selatan garis khatulistiwa. Luas daratan kota ini sekitar 151,7 ha/km². Provinsi Bengkulu berbatasan dengan provinsi Sumatra Barat, Jambi, Sumatra Selatan, dan Lampung.

Provinsi Bengkulu memiliki wisata budaya, yaitu Festival/Upacara Tabut yang diselenggarakan setiap tahun pada tanggal 1 Muharam sampai 10 Muharam. Perayaan Tabut dari tahun ke tahun dilaksanakan oleh keturunan pewaris Tabut yang dikenal sebagai Keluarga Kerukunan Tabut (KKT).

Mereka meyakini bahwa upacara Tabut sudah dimulai semenjak datangnya Imam Maulana Ichsad, keturunan Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali Bin Abi Thalib, beserta rombongan yang berjumlah 13 orang di Bandar Sungai Serut pada hari Kamis, 5 Januari tahun 1336 Masehi atau 18 Jumadil Awal 736 Hijriah.

Upacara Tabut adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang kisah kepahlawanan dan syahidnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di Padang Karbala, Irak pada tanggal 10 Muharam tahun 61 Hijriah (681 Masehi). Tabut telah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya nasional dari Provinsi Bengkulu pada tahun 2013.

Perbedaan dengan tabuik di Pariaman yang pada puncak prosesinya tabuik dibuang ke laut, Tabut di Bengkulu dibuang ke rawa-rawa yang berada di sekitar pemakaman umum yang dikenal dengan nama makam Karbela.

Tempat ini diyakini sebagai tempat dimakamkannya Imam Senggolo yang juga dikenal dengan nama Syekh Burhanuddin. Bukan hanya itu, Tabut pun mengemban fungsi lebih luas, dari ritual bernuansa keagamaan menjadi festival kebudayaan, untuk kepentingan budaya dan pariwisata juga dibuat Tabut pembangunan.

Cerita Kesakralan Pemakaman Batu Ampar sebagai Jejak Dakwah Islam di Madura

Tahapan Proses Ritual Tabot

Prosesi Ritual Tabot terdiri dari beberapa tahapan, berdasarkan data dari Bengkulu Interaktif:

Prosesi Mengambil Tanah (01 – 04 Muharram)

Upacara ini berlangsung pada malam tanggal 01 Muharram, sekitar pukul 22.00 WIB. Tanah yang diambil dianggap memiliki nilai magis, sehingga harus dilakukan pada lokasi keramat menurut kepercayaan mereka. Di Kota Bengkulu, ada dua lokasi untuk melakukan pengambilan tanah, yaitu Keramat Tapak Paderi, yang terletak di tepi laut sekitar 100 meter ke arah utara dari Benteng Marlborough, dan Keramat Anggut.

Upacara ini diartikan sebagai tanda persiapan menghadapi peperangan, dan dilengkapi dengan sesajen seperti bubur merah putih, gula merah, sirih 7 subang, rokok 7 batang, air kopi pahit, air serabot (jahe), air susu sapi murni, air cendana, dan air selasih.

Setelah sesajen dido'akan dan ditinggalkan di lokasi pengambilan tanah, dilakukan pengambilan dua kepala tanah, di mana satu kepala tanah diletakkan di Gerga yang diibaratkan sebagai Benteng.

Prosesi Duduk Penja (05 Muharram)

Duduk Penja merupakan upacara mencuci benda keramat bernama Penja, yang berbentuk telapak tangan manusia lengkap dengan jari-jarinya. Setiap kelompok keturunan Tabot memiliki sepasang Penja, yang terbuat dari kuningan atau tembaga, dan kadang-kadang dari perak. Penja dianggap memiliki kekuatan magis oleh keluarga Sipai, sehingga harus dirawat dan dicuci dengan air bunga dan air limau (jeruk) setiap tahunnya.

Upacara mencuci Penja ini disebut "Duduk Penja" dan dilakukan di rumah sesepuh keluarga Tabot, dipimpin oleh kepala kelompok keluarga Tabot pada sore hari tanggal 05 Muharram. Setelah dicuci, Penja diletakkan di atas pelepah rembio yang ditutup dengan kelambu dan ditempatkan di dalam Gerga. Selama upacara ini, diiringi oleh bunyi-bunyian alat musik tamburin dan tassa.

Prosesi Menjara (06 Muharram)

Menjara adalah kunjungan kelompok keluarga Tabot ke kelompok keluarga lain untuk beruji Dol (lomba membunyikan Dol). Dol adalah alat musik tradisional masyarakat Melayu Bengkulu. Pada acara Tabot, prosesi menjara dilakukan dua kali pada dua tempat, yaitu pada tanggal 06 Muharram, kelompok Tabot Bangsal mendatangi kelompok Tabot Berkas, dan pada tanggal 07 Muharram, sebaliknya kelompok Tabot Berkas mendatangi kelompok Tabot Bangsal.

Acara ini berlangsung di lapangan terbuka yang telah disiapkan oleh masing-masing kelompok, pada pukul 20.00 hingga 23.00 WIB. Menjara diibaratkan sebagai saat-saat terjadinya peperangan antara Husein dan Kaum Yazid, dan ritual menjara (saling menyerang) dilakukan di lapangan terbuka dengan diiringi bunyi-bunyian Dol dan Tassa yang bertalu-talu pada malam hari sekitar pukul 20.00 hingga 24.00 WIB.

Mahasiswa UM Ciptakan Soundbook Bertema Edukasi Seksual untuk Anak di Indonesia

Prosesi Meradai (06 Muharram)

Acara meradai dilakukan pada tanggal 06 Muharram, yang juga dikenal sebagai Jola. Jola adalah acara di mana sekelompok anak-anak berusia antara 10 hingga 12 tahun turun ke lapangan untuk melaksanakan tugasnya. Acara meradai dilakukan di Kota Bengkulu pada siang hari.

Sebelum para Jola turun ke lapangan, mereka mendapatkan pengarahan dari pimpinan kelompok yang menugaskan mereka. Selama menjalankan tugasnya, para Jola harus mengikuti aturan dan petunjuk yang telah ditetapkan.

Prosesi Arak Penja (08 Muharram)

Arak Penja, atau juga disebut Arak Jari-jari, dilaksanakan pada malam ke delapan dari bulan Muharram, mulai pukul 19.00 hingga 21.00 WIB. Acara ini melibatkan sekitar 10-15 orang regu dari setiap kelompok Tabot, yang sebagian besar terdiri dari anak-anak dan remaja. Arak Penja dimulai dan berakhir di depan Rumah Kediaman Jabatan Gubernur Bengkulu.

Prosesi Arak Serban (09 Muharram)

Arak Serban, atau Sorban, berlangsung pada malam ke Sembilan bulan Muharram, dimulai sekitar pukul 19.00 hingga 21.00 WIB, dengan waktu dan tempat ditentukan oleh kelompok keluarga Tabot bersama dengan pemerintah daerah.

Selain Penja, juga ada Serban putih yang diletakkan pada Tabot Coki (Tabot Kecil), dilengkapi dengan bendera atau panji-panji berwarna putih dan hijau atau biru yang bertuliskan "Hasan dan Husein" dengan huruf kaligrafi yang indah.

Masa Tenang / Berkabung (Gam) (10 Muharram)

Satu tahapan penting dalam Upacara Tabot adalah "Gam", suatu waktu yang telah ditentukan di mana tidak ada kegiatan aktifitas apapun. Gam berlangsung dari pukul 07.00 hingga sore hari sekitar pukul 16.00 WIB, di mana selama waktu tersebut semua aktifitas terkait upacara Tabot tidak boleh dilakukan, termasuk menyembunyikan Dol dan Tassa. Masa Gam ini dapat disebut juga sebagai masa tenang.

Prosesi Arak Gedang (10 Muharram)

Arak Gedang merupakan salah satu prosesi upacara Tabot yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Bengkulu. Arak Gedang dilaksanakan pada tanggal 09 Muharram atau malam ke-10 Muharram, dimulai sekitar pukul 19.00 WIB dengan acara ritual pelepasan Tabot bersanding di Gerga masing-masing.

Kemudian dilanjutkan dengan Arak Gedang, di mana kelompok Tabot bergerak dari markas masing-masing secara berombongan mengikuti rute yang telah ditentukan. Di jalan utama, semua Tabot bertemu sehingga membentuk Arak Gedang (Pawai Akbar) menuju lapangan utama.

Prosesi Tabot Terbuang (10 Muharram)

Acara terakhir dari rangkaian Upacara Ritual Tabot adalah acara Tabot terbuang. Pada pukul 09.00 WIB, seluruh Tabot berkumpul di Lapangan Merdeka di depan rumah jabatan Gubernur Bengkulu. Tabot-tabot disandingkan, yang diikuti oleh masing-masing personil kelompok Tabot.

Pukul 10.00 WIB, arak-arakan Tabot dilepas oleh Gubernur Bengkulu menuju komplek pemakaman umum Karabela. Lokasi ini dipilih sebagai lokasi acara ritual Tabot terbuang karena di sinilah Imam Senggolo (Syeh Burhanuddin), pelopor upacara Tabot di Bengkulu, dimakamkan. Dengan berakhirnya acara Tabot terbuang, semua prosesi ritual upacara Tabot pun berakhir.

Indonesia Siap Pasok Listrik di Perbatasan Papua Nugini

Referensi:

  • https://www.bengkuluinteraktif.com/sejarah-dan-prosesi-upacara-tradisional-tabut
  • https://repositori.kemdikbud.go.id/11269/1/Tabut%20Bengkulu.pdf

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

TH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini