Peradaban Kuno Kedah yang Penuh Teka-teki, Warisan Tertua di Asia Tenggara

Peradaban Kuno Kedah yang Penuh Teka-teki, Warisan Tertua di Asia Tenggara
info gambar utama

Para peneliti arkeologi yang dipimpin oleh Profesor Mokhtar Saidin dari Universiti Sains Malaysia telah menemukan penemuan yang mengejutkan. Para peneliti ini menemukan sebuah kompleks industri besi yang telah berkembang sejak tahun 788 SM di Sungai Batu, yang merupakan bagian penting dari kompleks Lembah Bujang.

Menurut Channel News Asia, kompleks monumen yang ditemukan pada tahun 1830 ini jauh lebih tua daripada monumen-monumen terkenal seperti Borobudur di Indonesia (abad ke-8) dan Angkor Wat di Kamboja (abad ke-12). Dengan demikian, Sungai Batu dan Kompleks Lembah Bujang merupakan bagian integral dari peradaban tertua di Asia Tenggara.

Pada tahun 2016, Sungai Batu mendapat pengakuan yang luar biasa dalam sebuah pertemuan tentang Kedah kuno. Dalam pertemuan tersebut, Profesor Mokhtar mengungkapkan bahwa deklarasi ini ditandatangani oleh lima arkeolog yang mewakili peradaban terkenal di dunia, termasuk Mesopotamia, Indus, Mesoamerika, Cina, dan Yunani-Romawi.

Lembah Bujang diyakini meliputi area seluas 1.000 kilometer persegi di pantai barat Malaysia, membentang dari Penang utara hingga Kedah dan mungkin sampai ke timur perbatasan Thailand. Selama lebih dari seratus tahun, para peneliti telah menemukan bukti kuil-kuil Hindu-Buddha, pabrik peleburan besi, dan artefak kuno di lembah tersebut. Mereka percaya bahwa wilayah ini merupakan pelabuhan perdagangan yang sibuk yang menghubungkan jalur laut dari Cina ke India dan bahkan Arab.

Mokhtar, seorang peneliti yang telah pensiun dua tahun lalu, mengatakan bahwa Lembah Bujang sangat penting bagi Asia Tenggara dan dunia karena peran strategisnya sebagai penghubung antara Timur dan Barat. Fitur geografis lembah ini menjadikannya pelabuhan yang "ideal", dengan teluk dan muara yang cocok untuk kapal berlabuh. Gunung Jerai di dekatnya berfungsi sebagai tengara bagi kapal-kapal yang melakukan pelayaran jauh.

Menurut Mokhtar, kapal-kapal pernah berlabuh di lembah ini selama berbulan-bulan untuk menunggu angin, dan selama periode inilah agama menyebar dan menyebabkan pembangunan kuil-kuil di wilayah tersebut. Situs Sungai Batu sendiri merupakan bukti dari sistem perdagangan yang sudah ada sejak 2.800 tahun yang lalu.

Yang lebih menarik lagi, para peneliti menemukan dokumen yang menyebutkan "Qalah", kata dalam bahasa Arab untuk Kedah kuno, yang berasal dari Mesopotamia pada tahun 1300 SM. Penemuan ini jauh lebih tua daripada penemuan peleburan besi pada tahun 788 SM. Mokhtar mengaitkan hal ini dengan kemungkinan adanya kontak antara Lembah Bujang dan Mesopotamia, salah satu peradaban tertua di dunia, yang sudah ada sejak 8.000 tahun yang lalu. Namun, belum ada bukti konkret yang ditemukan untuk mendukung hipotesis ini.

Sayangnya, terlepas dari nilai historis yang luar biasa dari lembah ini, pekerjaan arkeologi di sini terhenti karena tidak ada yang menggantikan Mokhtar untuk melanjutkan penjelajahan dan menemukan lebih banyak lagi tentang peradaban kuno yang menakjubkan ini.

Mokhtar berharap generasi arkeolog berikutnya dapat menambah data yang ada untuk mengungkap luasnya Lembah Bujang yang sebenarnya. Dia menekankan pentingnya melestarikan lembah ini sebagai warisan alam, identitas dan kebanggaan Malaysia. Mokhtar juga mengungkapkan harapannya bahwa pemerintah akan memperlakukan Lembah Bujang dengan tingkat penghormatan yang sama seperti Roma memperlakukan Pompeii, dan mengakui potensi arkeowisata yang dapat menghasilkan pendapatan yang signifikan, seperti yang terjadi pada Borobudur dan Angkor.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

Terima kasih telah membaca sampai di sini