Ereveld, Makam Belanda Berbalut Nostalgia di Penjuru Indonesia

Ereveld, Makam Belanda Berbalut Nostalgia di Penjuru Indonesia
info gambar utama

Dalam pelajaran Sejarah di sekolah, seringkali pertempuran antara pejuang Indonesia dan penjajah Belanda menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Namun, nasib para tokoh Belanda kerap dilupakan setelah perang berakhir. Terkadang, terbersit pertanyaan tentang kuburan mereka yang berperang pada masa kemerdekaan Indonesia.

Kita sering menyebut taman makam pahlawan sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi para pejuang. Namun, bagaimana dengan tokoh-tokoh Belanda? Di mana mereka dikuburkan? Apakah mereka dikubur bersama warga pribumi, dipulangkan ke Belanda, atau bahkan dibuang ke laut?

Ternyata, banyak warga Belanda yang dikubur di kerkhof (pemakaman) di Indonesia, tetapi untuk tokoh-tokoh Belanda yang berperang di Indonesia, tempat mereka beristirahat terakhir adalah Ereveld.

Baca Juga: Perdagangan Dimulai September Mengapa Bursa Karbon Penting

Makam Kehormatan Belanda

Ereveld adalah kompleks kuburan yang dikelola oleh yayasan makam kehormatan Belanda, Oorlogs Graven Stichting (OGS). OGS memiliki tanggung jawab memelihara lebih dari 50.000 makam korban perang dari periode Mei 1940 di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, terdapat hampir 25.000 makam korban perang dari pihak Belanda. Selain itu, ada sekitar 130.000 korban perang lain yang tidak memiliki makam.

Dari jumlah 25.000 makam tersebut, 80% adalah warga sipil, termasuk pria, wanita, dan anak-anak, yang dimakamkan di tujuh lokasi Ereveld. Ketujuh Ereveld tersebut berada di Ereveld Menteng Pulo dan Ancol (Jakarta), Kalibanteng dan Candi (Semarang), Pandu (Bandung), Leuwigajah (Cimahi), dan Kembang Kuning (Surabaya).

Sebelum terdapat tujuh Ereveld tersebut, korban-korban perang tersebut awalnya dikuburkan di 22 makam kehormatan Belanda yang tersebar di berbagai wilayah dan dibangun oleh dinas pemakaman tentara Kerajaan Hindia Belanda pada periode 1946-1959.

Kemudian, pada tahun 1960-an, dilakukan pengumpulan makam ke tujuh Ereveld yang berpusat di pulau Jawa. Setelah Ereveld dibangun, pihak Belanda fokus pada perawatannya. Ketujuh Ereveld ini tampak rapi dan terawat dengan baik, tidak menciptakan kesan angker, tetapi malah memancarkan kesan asri, sejuk, dan indah.

Makam-makam di Ereveld umumnya ditandai dengan patok salib putih yang menampilkan nama dan tanggal lahir serta kematian almarhum. Ada berbagai bentuk patok salib, seperti yang berhiaskan hiasan untuk makam Katolik, berbentuk mirip kubah masjid untuk makam Islam, dan bintang segi enam untuk makam Yahudi. Makam yang identitasnya tidak diketahui ditandai dengan tulisan "Onbekend" yang berarti "tidak dikenal" dalam Bahasa Belanda.

Baca Juga: Mengenal Pabrik Semen Indarung I yang Diusulkan Jadi Warisan Dunia

Pengelolaan Ereveld berada di bawah yayasan OGS yang berkantor pusat di Den Haag, Belanda. Di Indonesia, terdapat kantor cabang yang berada di Kebayoran Baru. Perawatan lapangan Ereveld diawasi oleh seorang pengawas yang bertanggung jawab agar kondisi makam tetap terjaga dan terawat.

Ereveld juga tidak hanya memakamkan orang Belanda, tetapi juga warga Indonesia. Contohnya Achmad Mochtar, seorang ilmuwan yang menjadi direktur Lembaga Eijkman. Ia tewas di tangan tentara Jepang. Ada satu lagi warga lokal yang tergabung dalam pasukan KNIL.

Terbuka untuk Publik

Ereveld terbuka untuk dikunjungi masyarakat umum, baik untuk berziarah maupun untuk mempelajari sejarah. Setiap tahun, pada tanggal 27 Februari, Ereveld Menteng Pulo dan Kembang Kuning mengadakan peringatan Pertempuran Laut Jawa yang dihadiri oleh diplomat dan keluarga korban perang.

Keberadaan Ereveld yang juga menjadi bagian dari cagar budaya mengajak kita untuk merenungkan peristiwa sejarah bangsa dan mengambil hikmahnya di masa kini. Ereveld menjadi penanda bahwa pertempuran sejatinya tidak membawa dampak positif bagi kedua pihak yang berseteru, dan perdamaian dunia adalah dambaan semua orang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

CH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini