Melihat Keunggulan Garam Kusamba yang Telah Diakui Dunia

Melihat Keunggulan Garam Kusamba yang Telah Diakui Dunia
info gambar utama

Masyarakat di pesisir Pantai Kusamba sejak siang hari telah turun untuk mencari garam. Para petani garam Kusamba tak peduli matahari sudah di tengah ubun-ubun. Demi kebutuhan ekonomi, para petani garam rela membakar diri untuk memanen garam.

Masyarakat Desa Kusamba tidak mengetahui awal mula aktivitas pertanian garam. Tetapi ada kepercayaan bahwa Desa Kusamba sudah memanfaatkan air laut untuk dijadikan garam sebagai bumbu olahan sejak Kerajaan Klungkung.

Pada catatan sejarah, Kerajaan Klungkung telah ada sejak abad ke 17. Sementara kehidupan masyarakat garam disebut-sebut sudah terjadi sejak Kerajaan Klungkung masih berkuasa di sebelah tenggara Pulau Bali.

Mengenal 5 Stadion Piala Dunia U-17 di Indonesia, Ada Sejarahnya!

“Sejak saya kecil, orang tua saya sudah menjadi petani garam. Mereka membesarkan saya dengan biaya hasil pertanian garam. Jadi ini memang sudah turun temurun dari beberapa generasi sebelumnya,” ungkap Ketua Kelompok Petani Garam Sarining Segara, I Wayan Rena yang dimuat Kompas.

Garam terbaik

Garam Kusamba telah terkenal sebagai garam organik terbaik di Indonesia bahkan dunia. Berbeda dengan garam pada umumnya, garam Kusamba memiliki cita rasa yang kuat. Ditaburkan sedikit saja, sudah mampu menambah cita rasa hidangan.

Garam ini pun tak menggunakan bahan kimiawi, terutama pemutih yang belakangan dikhawatirkan ada dalam garam-garam kemasan di pasaran. Hal yang menarik, Garam Kusamba mengandung 80 mineral alami yang berbeda sehingga baik untuk kesehatan.

Turis Asing Masuk Bali Wajib Bayar Rp150 Ribu Mulai 2024, Ini Gunanya

Petani garam di pesisir pantai Kusamba memang mempunyai teknik pengolahan sendiri dalam mengolah air laut menjadi kristal garam. Mereka mempunyai cara tradisional yang diajarkan turun-temurun dari kakek-nenek mereka.

“Mula-mula kita ratakan dulu pasir pantai. Kemudian kita bawa air laut dan disiramkan ke pasir yang sudah diratakan,” kata I Wayan.

Hasil berkualitas

I Wayan menyebut proses penyiraman air laut ke pasir pantai itu diulang sebanyak 3 hingga 4 kali. Setelah itu harus menunggu hingga pasir kering dengan perkiraan waktu kurang lebih 4 jam jika panas matahari mendukung.

Para petani garam juga membuat bilik-bilik kecil yang berisi beberapa bak untuk proses penyaringan air laut menjadi air garam. Pasir yang sudah disiram air laut kemudian diangkut dan dimasukan ke dalam sebuah bak besar dengan nama belong bias.

Pasir yang berada di belong bias kemudian disiram lagi menggunakan air laut Kusamba dan tersaring menjadi air garam pertama. Proses penyaringan ini dilakukan 3-4 kali hingga menghasilkan air garam murni.

Mau ke Bali? Jangan Lupa untuk Mencicipi Rekomendasi Warung Nasi Campur Bali Ini

Sementara teknik tradisional khas para petani Kusamba, mereka menjemur di batang pohon kelapa yang dibelah dua dan dibentuk kubangan dangkal di bagian tengahnya. Disebutkan oleh I Wayan hasilnya sangat berbeda.

“Hasilnya tentu beda. Yang kita jemur di batang pohon kelapa itu yang kualitasnya bagus. Yang banyak dicari yang tradisional. Karena tidak ada kandungan apa-apa. Kalau garam tradisional walaupun kebanyakan garam tidak akan sampai pahit, tapi cuma keasinan saja,” paparnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini