Kilauan Serat dan Benang: Lintasan Menanjak Tekstil Asia Tenggara

Kilauan Serat dan Benang: Lintasan Menanjak Tekstil Asia Tenggara
info gambar utama

Kawasan ASEAN telah menjadi magnet global untuk industri tekstil, sebuah sektor yang sebelumnya didominasi oleh Cina daratan dan kompetitor lainnya. Industri tekstil telah menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi global. Selain itu, meningkatnya pendapatan konsumen akan meningkatkan permintaan untuk pakaian dan aksesori.

Menurut sebuah analisis dari ARC Industries, sebuah konsultan riset pasar terkemuka, permintaan tekstil akan melonjak karena populasi dunia diperkirakan akan mencapai 8,1 miliar pada tahun 2025. Pada pertengahan abad ini, jumlah tersebut diperkirakan akan mencapai 9,5 miliar, dan pada tahun 2100, jumlahnya akan melebihi 11 miliar. Dengan tren yang terus berkembang ini, pasar pakaian jadi global diperkirakan akan mencapai $2,1 triliun pada tahun 2025.

Di Asia Tenggara, pasar tekstil dan pakaian jadi diperkirakan akan tumbuh dengan laju pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 8,68% selama 2021-2026, mencapai total $124,5 juta pada tahun 2026.

Menurut laporan Statista, segmen pakaian jadi wanita akan menjadi segmen pasar terbesar pada tahun 2023 dengan volume pasar sebesar $23,91 miliar, yang mencerminkan tingginya minat terhadap gaya dan tren fesyen wanita.

Proyeksi pasar Pakaian jadi menunjukkan volume penjualan sekitar 7,99 miliar unit pada tahun 2027, yang menggambarkan permintaan yang terus meningkat di industri fesyen. Pada tahun 2024, pasar pakaian jadi diperkirakan akan mengalami pertumbuhan volume sebesar 0,4%, yang menunjukkan perkembangan yang stabil dan berkelanjutan.

Rata-rata, setiap individu di pasar Pakaian jadi diperkirakan akan membeli sekitar 11,45 potong pakaian pada tahun 2023, yang menunjukkan bagaimana fashion telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

Pada tahun 2023, sekitar 93% penjualan di pasar pakaian jadi akan berasal dari barang-barang yang tidak mewah, yang menunjukkan preferensi umum untuk pakaian sehari-hari yang praktis dan terjangkau.

Di Asia Tenggara sendiri, Vietnam menghasilkan pendapatan tertinggi dari industri tekstil. Berdasarkan statistik dari Trading Economics, Vietnam mencapai $15,73 miliar pada tahun 2021, melampaui Kamboja yang berada di peringkat kedua sebagai eksportir terbesar di ASEAN di sektor ini dengan nilai $5,82 miliar. Indonesia kemudian berada di peringkat ketiga dengan nilai $4,35 miliar. Sementara itu, China daratan mengekspor $86,46 miliar pada tahun yang sama.

Berkembang, Namun Bukan Tanpa Tantangan

Tantangan yang dihadapi industri tekstil termasuk kenaikan biaya tenaga kerja, otomatisasi produksi, reshoring dan nearshoring, dan tekanan untuk menerapkan model bisnis yang berkelanjutan dengan upah dan kondisi kerja yang lebih baik. Hal ini menciptakan ketidakpastian bagi masa depan industri dan para pekerjanya.

David Williams, Manajer Program Rantai Pasokan Garmen ILO untuk Pekerjaan Layak di Asia, menjelaskan bahwa hubungan antara upah dan produktivitas di sektor ini tidak selalu langsung, karena faktor eksternal dan kebijakan pemerintah juga berperan dalam membentuk hasil bagi pekerja dan perusahaan.

Selama bertahun-tahun, sektor ini mengandalkan biaya tenaga kerja yang rendah untuk dapat bersaing di pasar global. Meskipun upah riil telah meningkat di sebagian besar negara, kondisi kerja tetap menantang, termasuk jam kerja yang panjang dan intens, kesehatan dan keselamatan kerja yang buruk, dan pelanggaran hak-hak dasar di tempat kerja.

Meskipun sektor garmen Asia memiliki pangsa pekerjaan berupah yang tinggi dan didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar, sebagian besar pekerja tetap rentan karena kondisi informal dan pekerjaan sementara.

Kesenjangan upah berdasarkan gender masih ada di sektor garmen Asia, dengan proporsi pekerja perempuan yang tinggi dalam pekerjaan berupah rendah. Negara-negara dengan jumlah pekerja perempuan terendah juga memiliki kesenjangan upah gender tertinggi di sektor garmen.

Namun, masih ada hubungan positif antara pertumbuhan produktivitas tenaga kerja dan upah di sektor ini. Investasi dalam produktivitas tenaga kerja dapat membantu meningkatkan upah pekerja.

Referensi:

Magrini, Tommaso. (2023). Southeast Asian textile Soar. itasean.org

IndustryARC. (2023). South East Asia Textile TIC Market - Forecast (2023-2028). industryarc.com

Statista. Apparel - Southeast Asia. statista.com

ILO. (2022). Asia still ‘garment factory of the world yet faces numerous challenges as industry involves. ilo.org

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

Terima kasih telah membaca sampai di sini