Mengenal PLTT, Pembangkit Listrik di Pulau Gelasa yang Bisa Kurangi Emisi Karbon

Mengenal PLTT, Pembangkit Listrik di Pulau Gelasa yang Bisa Kurangi Emisi Karbon
info gambar utama

PLTT atau pembangkit listrik tenaga torium akan segera dibangun di Pulau Gelasa, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung. Menurut KBBI, torium sendiri merupakan logam berwarna abu tua yang mengandung unsur radioaktif. Logam satu ini sudah lama digadang-gadang menjadi sumber daya alternatif bagi pembangkit listrik di Indonesia.

Wacana tersebut makin sering terdengar, khususnya ketika Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) berencana membangun Reaktor Daya Eksperimental (RDE) untuk melaksanakan uji coba bahan bakar torium. Pulau Bangka menjadi salah satu lokasi pilihan, sebab memiliki potensi cadangan torium hingga kurang lebih 121.500 ton.

Adapun pembangunan PLTT tentu memakan waktu dan investasi dana yang tak sedikit. Lantas, apa sih, yang begitu menarik dari PLTT sehingga pemerintah bersedia membangunnya di Indonesia?

PLTT Bisa Kurangi Emisi Karbon

Reaktor nuklir berbasis torium | Foto: Interesting Engineering
info gambar

Menurut Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) seperti yang dikutip Republika, pembangunan PLTT ternyata sejalan dengan program pemerintah pusat untuk mencapai nol emisi karbon (net zero emission) pada tahun 2060 mendatang. Ya, penggunaan torium sebagai bahan bakar pembangkit listrik memiliki potensi emisi karbon yang lebih rendah dari bahan bakar tak terbarukan lain, khususnya nuklir.

Hal tersebut disebabkan karena torium tidak perlu melalui proses pembakaran untuk menghasilkan energi. Secara praktis, torium juga menjadi sumber energi pembangkit listrik yang murah setelah tenaga angin, matahari, dan air.

Logam torium sendiri merupakan elemen yang secara natural menghasilkan radioaktif. Limbah radioaktif yang torium hasilkan juga jauh lebih kecil daripada uranium, karena 90% torium mampu berekasi menghasilkan listrik daripada uranium yang hanya 3–5%.

Selain itu, selama ini banyak ahli mengidentifikasi logam dengan nomor atom 90 tersebut sebagai bahan bakar alternatif untuk menghasilkan nuklir. Reaktor nuklir berbasis torium memiliki fitur-fitur keselamatan bawaan yang mampu mengurangi risiko kecelakaan maupun proliferasi nuklir.

Baca juga: Mengenal Thorium, Nuklir Hijau Asal Bangka Belitung yang Diincar Perusahaan AS

Pengembangan Bahan Bakar Torium di Dunia

Torium | Foto: Polytechnique Insights
info gambar

Keunggulan-keunggulan dari torium tersebut membuat minat terhadap pengembangannya semakin meningkat. Adapun PLTT sendiri sudah mulai dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun 1965. Glen Seaborg sebagai peneliti menggunakan torium berbentuk cair atau yang disebut molten salt reactor (MSR).

Selama 4 tahun, PLTT tersebut beroperasi tanpa masalah. Namun, akhirnya pemerintah Amerika Serikat menghentikan penggunaan torium dan kembali kepada uranium. Fisi uranium yang menghasilkan plutonium lebih dibutuhkan negeri Paman Sam tersebut untuk mengembangkan senjata nuklir.

Selain Amerika Serikat, negara lain yang turut mengembangkan torium adalah Jerman, India, Cina, dan Jepang.

Rencana Pembangunan PLTT di Pulau Gelasa

Kajian lingkungan terkait PLTT oleh PT Thorcon. | Foto: Negeri Laskar Pelangi
info gambar

Menurut kabar terakhir, proyek pembangunan PLTT di Indonesia tepatnya di Pulau Gelasa pun masih menunggu berbagai persetujuan, khususnya dari masyarakat setempat. Proyek tersebut nantinya akan dikerjakan oleh Thorcon International. Pihaknya akan mengembangkan PLTT MSR dengan kapasitas 500 megawatt dengan nilai mencapai Rp17 triliun.

Sehubungan dengan rencana pengembangan PLTT tersebut, Thorcon sebelumnya telah melakukan kerja sama penelitian dengan tiga perguruan tinggi di Indonesia. Ketiganya adalah Universitas Sebelas Maret, Universitas Bangka Belitung, dan Institut Teknologi Bandung. Salah satu kajian yang disiapkan adalah survei penerimaan masyarakat serta program sosialisasi.

Baca juga: 40 PLTU Diklaim Berhasil Turunkan 429 Ribu Ton Emisi Karbon Selama 2023

Adanya gagasan untuk mengembangkan torium sebagai bahan bakar pembangkit listrik di Indonesia, khususnya di Bangka Belitung, merupakan kabar baik bagi lingkungan kita. Semoga gagasan ini mampu membantu pengurangan emisi karbon di Indonesia agar bumi pertiwi senantiasa sehat dan lestari.

Sumber referensi:

  • https://babel.antaranews.com/berita/361554/bapetan-pastikan-pltt-di-pulau-gelasa-tidak-menganggu-aktivitas-nelayan
  • https://www.batan.go.id/index.php/id/publikasi-2/pressreleases/2026-prospek-thorium-sebagai-sumber-energi-masa-depan
  • https://www.dunia-energi.com/dibangun-di-pulau-tak-berpenghuni-di-babel-pltt-thorcon-cegah-krisis-energi/
  • https://ekonomi.republika.co.id/berita/rykf5y457/bapeten-pltt-pulau-gelasa-kurangi-emisi-karbon-di-indonesia
  • https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fenrg.2023.1132611/full

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini