Mengenal Bambu yang Baru Ditemukan di Flores, Mengapa Dinamakan Jokowi?

Mengenal Bambu yang Baru Ditemukan di Flores, Mengapa Dinamakan Jokowi?
info gambar utama

Flores, Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah yang paling banyak ditemukan populasi bambu. Hingga kini telah ditemukan sebanyak 18 jenis bambu. Bahkan pada 2022 lalu telah ditemukan dua jenis bambu di wilayah itu.

Ahli taksonomi bambu, Prof Dr Elizabeth Anita Widjaja menjelaskan dari dua jenis bambu itu ada satu jenis yang sudah diberikan nama ilmiah yakni Fimbribambusa jokowii Widjaja (Poaceae: Bambusoideae).

Nama ini terbagi menjadi tiga kata, yakni Bambusa sebagai marganya, Jokowi yang menandakan spesiesnya, dan Widjaja untuk menandai nama Elizabeth sebagai penemunya. Penemuan bambu itu juga bertepatan dengan kunjungan Presiden Jokowi ke NTT.

Saung Kasep, Kerajinan Bambu Olahan Tangan di Kampung Kreatif Cigadung Bandung

“Itu yang ketemu pada waktu sehari sebelum Pak Jokowi mendarat, jadi tanggal 31 Mei 2022. Saya berikan nama Bambusa Jokowii,” kata Elizabeth yang dimuat CNN Indonesia.

Alasan pemberian nama Jokowi?

Elizabeth mengungkapkan bahwa alasan pemberian nama Jokowi kepada bambu yang ditemukannya di Sikka ini karena rasa bangga warga Flores. Pasalnya setelah Presiden Soekarno, belum ada lagi yang berkunjung ke Flores.

“Jadi mereka benar-benar bangga Pak Jokowi mau datang ke situ,” tuturnya.

Dia sebenarnya ingin mengumumkan temuan barunya ini sebelum gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Tetapi ketika itu proses review publikasi masih belum selesai. Sehingga perlu ditunda.

Bambu, Tanaman Serbaguna dan Bermanfaat untuk Mitigasi Perubahan Iklim

Di sisi lain Kepala Program Yayasan Bambu Lestari (YBL), Nurul Firmansyah menjelaskan bahwa nama ilmiah sangat penting untuk melindungi keanekaragaman bambu sehingga diakui sebagai spesies baru.

Pihaknya menyatakan mendukung upaya untuk riset dan inovasi bambu dari hulu hingga hilir. Hal ini juga termasuk riset taksonomi bambu untuk lebih bisa melindungi dan memanfaatkannya di masa depan.

“Untuk spesies baru ini, akan dibudidayakan dan dilakukan penelitian pula terkait fungsi dan manfaat ekonominya,” jelasnya.

Belum banyak dilirik

Nurul mengakui hingga kini penelitian soal bambu belum banyak dilirik. Padahal selain digunakan untuk material kayu, bambu bisa juga menjadi komoditas masa depan. Hal ini ditambah Indonesia yang kaya akan bambu.

“Sebagai kekayaan alam kita. Perhatian dan pengembangan harus ditingkatkan.

Karena itulah, dirinya berinisiatif untuk membagi pengetahuan yang dipunyai oleh Prof Elizabeth kepada akademisi dan staf pemerintahan NTT. Salah satunya adalah melakukan kerjasama dengan Universitas Nusa Cendana (Undana) untuk pengembangan bambu.

Jenis Bambu Ini Umum Dipakai untuk Material Konstruksi di Indonesia

Kegiatan merdeka belajar pun sudah dilakukan oleh Kampus Bambu Turetogo yang melibatkan 15 mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan Undana. YBL berharap hasil dari penelitian itu bisa dipublikasikan.

“Sumber pengetahuan mengenai bambu paling banyak itu di NTT, sehingga semua riset dan inovasi yang dikembangkan diharapkan berpusat di sini,” pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini