Kisah Perang Batak, Ketika Rakyat Tapanuli Melawan Kompeni Selama 29 Tahun

Kisah Perang Batak, Ketika Rakyat Tapanuli Melawan Kompeni Selama 29 Tahun
info gambar utama

Masyarakat Tapanuli pernah cukup panjang berjuang melawan kolonial Belanda selama 29 tahun (1878-1907). Pertempuran yang dikenal dengan nama Perang Batak ini menimbulkan kerugian yang tak sedikit bagi Belanda.

Dimuat dari Kompas, perlawanan rakyat Tapanuli melawan Belanda disebabkan karena agama Batak kuno yang dianut oleh masyarakat sekitar terancam oleh kehadiran penyebar agama Kristen (misionaris).

Pemerintah Belanda Minta Maaf ke Indonesia atas Kekerasan Ekstrem 1945-1949

Raja Batak saat itu Sisingamaraja XII menolak adanya upaya penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh misionaris Belanda di wilayah Batak. Sehingga melakukan tindakan keras kepada para misionaris.

“Upaya penolakan Kristenisasi di Batak dilakukan Sisingamaraja dengan cara mengusir zending (organisasi penyebar agama Kristen) yang memaksakan agama Kristen kepada rakyat Batak pada 1877,” tulis O.L Napitupulu dalam Perang Batak: Perang Sisingamangaradja.

Pertempuran

Karena aksi Sisingamaraja tersebut membuat misionaris meminta perlindungan dari pemerintah Kolonial Belanda. Pada 6 Februari 1878, pasukan Belanda mulai hadir di Pearaja dan bergabung dengan kaum misionaris Belanda.

Sisingamaraja yang melihat kehadiran pasukan tentara Belanda ini dianggap memprovokasi. Karena itulah dia mengumumkan perang pada 16 Februari 1878 dengan melakukan penyerangan ke pos-pos Belanda di Bahal Batu.

Rekam Kekejaman Westerling, Belanda-Indonesia Produksi Film De Oost

Marwati Djoened Poesponegoro dalam Sejarah Nasional Jilid IV (1984) menulis bahwa pasukan Sisingamaraja bergabung dengan pejuang Aceh pada Desember 1878 untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda.

“Aliansi Sisingamaraja dan Aceh mampu menduduki wilayah pedalaman Sumatra Utara, namun saat masuk wilayah kota pasukan ini dapat dipukul mundur oleh Belanda,” paparnya.

Akhir perang Batak

Perang Batak antara pasukan Sisingamangaraja dan Belanda berjalan seimbang selama tahun-tahun 1880-am. Serangan Sisingamangaraja pada Agustus 1889 mampu menduduki daerah Lobu Talu dan membunuh beberapa tentara Belanda.

Tetapi pendudukan wilayah itu tak berlangsung lama, hal ini karena Belanda kembali mendatangkan bantuan dari Padang. Hal ini membuat Belanda berhasil merebut kembali Lobu Talu dari tangan Sisingamangaraja.

Selain Sukarno-Hatta, Deretan Tokoh Ini Juga Berperan Penting dalam Proklamasi Kemerdekaan

Perlawanan Sisingamangaraja dalam Perang Batak mulai melemah setelah wilayah Huta Paung diduduki oleh Belanda pada September 1889. Pasca pendudukan tersebut, Belanda kemudian memburu Sisingamangaraja dan pasukannya.

Pada pertempuran di daerah Tamba, Pasukan Batak mengalami kekalahan dan melarikan diri menuju daerah Horion. Belanda terus melacak arah pelarian Sisingamangaraja hingga akhirnya mengepung di daerah Dairi pada 1907.

“Namun dia tak mau menyerahkan diri. Sisingamangaraja beserta pasukannya bertarung hingga titik darah penghabisan dan meninggal pada pengepungan tersebut,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini