Mengunjungi Kampung Adat Bukabhni yang Dikeramatkan Warga Sumbawa

Mengunjungi Kampung Adat Bukabhni yang Dikeramatkan Warga Sumbawa
info gambar utama

Kampung adat Bukabhani, Ndongu di Sumba diyakini sebagai kampung para leluhur yang diyakini mempunyai kekuatan supranatural. Kehadiran para leluhur ini ditandai dengan batu ceper asli (alamiah) menyerupai meja, dengan penopang tiga tiang batu.

Batu-batu untuk penguburan leluhur ini diambil dari batu alam asli. Batu-batu berbentuk ceper tak beraturan, berlumut dan kehitaman. Di atas batu tersebut diletakkan sirih, kapur, dan pinang untuk leluhur.

Ragam Kuliner Khas Sumbawa yang Menggugah Selera

Batu ini adalah kuburan leluhur yang meninggal ratusan tahun silam. Tidak semua orang boleh menginjakkan kaki atau berada di atas batu-batu ceper yang berukuran sedang di tengah kampung ini.

“Di dalam tanah, persis di bawah meja batu ini, terdapat tulang belulang berusia ratusan tahun. Tidak hanya itu, hampir seluruh bagian bawah tanah di kampung yang berukuran 100 meter x 200 meter ini terdapat tulang manusia. Tempat ini sangat keramat,” kata Kepala Kampung, Nggeru Ndongu dimuat Kompas.

Rumah sakral

Bukan hanya batu, semua jenis tumbuhan dalam kampung itu diyakini memiliki kemampuan menyembuhkan. Bila ada warga kampung sakit, terluka saat upacara pasola di lapangan, digosok dengan serat batang tumbuhan atau daun itu.

Biasanya warga akan disembuhkan di rumah rato atau disebut juga rumah nale. Rumah itu ibarat rumah sakit bagi warga kampung. Jika ada warga kampung yang sakit berat, ibu sulit melahirkan, warga kampung ingin bepergian jauh, pembahasan upacara pernikahan, dll.

Agar bisa membangun rumah ini, setiap bahan bangunan dari kampung adat diambil dari hutan. Tidak boleh menggunakan paku, seng, besi atau semen. Tiap bahan bangunan yang diambil mendapat izin dari leluhur agar rumah itu tak mendatangkan bencana.

“Meski memiliki ketinggian sampai 30 menit, rumah-rumah itu tidak ambruk diterjang angin kencang,” ucapnya.

Pelesiran ke Teluk Saleh di Sumbawa dan Melihat Hiu Paus

Rumah rato memiliki tiga tiang utama yang disebut tiang payanu, simbol norma dan hukum (keadilan), mataku simbol keadilan, matangu uhu weimanu, simbol kesejahteraan di bidang pertanian dan peternakan.

Kepemimpinan rato harus mencerminkan norma hukum, nilai-nilai kemanusiaan-keadilan, perlindungan, dan kesejahteraan warga. Menara rumah disebut kawaku uma atau hindi marapu, tempat tinggal para arwah leluhur, anggota keluarga leluhur yang telah meninggal.

“Di puncak ini disimpan arca-arca leluhur, harta benda, dan benda purbakala yang memiliki nilai mistis magis,” jelasnya.

Berangsur sirna

Tetapi bayangan kampung adat Bukabhani yang diyakini sebagai kampung keramat, sejak zaman modern perlahan bergeser. Ngdongu menyebut anak muda sekarang sulit untuk diatur terutama setelah pergi ke kota besar.

“Mereka tidak peduli terhadap segala kepercayaan yang dianut orang tua di kampung,” papar Ndongu.

Terminal Baru Bandara Sumbawa Ini Siap Diresmikan!

Moses Wakar, warga kampung Bukabhani menuturkan, kekuatan gaib yang diperlihatkan para leluhur makin sirna tahun demi tahun. Itu dikarenakan perkembangan zaman dan sikap generasi muda yang kurang perhatian terhadap adat.

“Upacara pasola, pemerintah sudah mengambil alih dengan alasan demi pariwisata. Sejumlah nilai budaya dan tradisi lokal diabaikan, seperti penentuan hari dan tanggal pelaksanaan pasola. Di Wanokaka, misalnya, pasola biasanya diselenggarakan bulan Maret, tetapi kini malah diselenggarakan pada bulan Februari,” kata Wakar.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini