Nordianto, Pahlawan Edukasi Pernikahan Dini Asal Kalimantan

Nordianto, Pahlawan Edukasi Pernikahan Dini Asal Kalimantan
info gambar utama

Umumnya, pernikahan identik dengan definisi perpaduan rasa kasih dan sayang di antara dua makhluk berlainan jenis yang berlanjut untuk menyebarkan kasih sayang keibuan dan keayahan terhadap seluruh anggota keluarga (anak keturunan) nantinya. Namun, bagaimana dengan istilah pernikahan dini yang semakin didengar kasusnya di Indonesia?

Melansir dari journal.unnes.ac.id, pernikahan dini diartikan sebagai pernikahan yang terjadi ketika salah satu atau kedua pasangan berusia di bawah 18 tahun. Alih-alih disambut dengan positif, berita pernikahan dini kerap dikonotasikan negatif oleh banyak pihak masyarakat. Hal ini antara lain disebabkan oleh beberapa dampak yang disebabkan dari pernikahan dini itu sendiri terhadap pasangannya, seperti dampak terhadap pendidikan, kehidupan sosial, kesehatan, hingga psikologis. Dampak pendidikan, misalnya, perempuan yang melakukan pernikahan di bawah umur rentan kehilangan kesempatan untuk menempuh pendidikan selanjutnya. Di sisi lain, dampak psikologis yang timbul akibat pernikahan dini juga disangkutpautkan dengan pasangan yang belum memiliki emosi stabil. Hal ini dikhawatirkan akan memicu resiko masalah rumah tangga yang lebih kompleks ke depannya.

Dilansir dari journal.unnes.ac.id, berdasarkan data UNICEF, Indonesia sendiri menduduki peringkat ke-10 sebagai negara dengan angka absolut perkawinan anak tertinggi di dunia. Menurut data UNICEF tahun 2018, terdapat sekitar 650 juta anak perempuan menikah sebelum usia 18 tahun. Mendukung data UNICEF tersebut, Statistik Pemuda Indonesia Tahun 2018 juga mencatat presentase pemuda menurut provinsi & status perkawinan, dengan status kawin presentase tertinggi yaitu Nusa Tenggara Barat (44,85%) di posisi pertama dan Kalimantan Barat (44,68%) di posisi kedua.

Berangkat dari fakta tersebut, Nordianto hadir sebagai sosok pahlawan yang membingkai persoalan pernikahan dini ke dalam sebuah gerakan perjuangan. Dibekali dengan mimpi masa kecilnya untuk menjadi superhero, Nordianto percaya bahwa dirinya pun bisa mengambil peran untuk mengubah kebiasaan kecil di lingkungan sekitarnya. Untuk memenuhi angannya tersebut, Nordianto memetik satu persoalan penting, yaitu pernikahan dini. Jiwa kepahlawanan dan persoalan yang ingin dibawanya pun diwujudkan dalam terbentuknya kegiatan GenRengers Educamp yang ia gagas pada tahun 2016.

GenRengers Educamp. Sumber: https://jayakartanews.com/selamatkan-indonesia-genrengers-educamp-nordianto-stop-perkawinan-usia-anak/
info gambar

GenRengers Educamp dibentuk dengan tujuan aktivitas tersebut nantinya akan melahirkan relawan yang peduli terhadap persoalan isu-isu kesehatan, khususnya pernikahan dini dan pola pergaulan remaja. Dimulai sejak 2016, GenRengers Educamp ini pun sudah melibatkan 14 kabupaten kota dan lima provinsi selain Kalimantan Barat dalam seluruh aktivitasnya. Hingga kini, ada sekitar 20 tenaga relawan inti yang tergabung dalam tim inti GenRengers Educamp.

Lewat gerakan GenRengers Educamp ini, secercah harapan yang didambakan Nordianto kian menemui titik terangnya. Nordianto sukses dalam menggaungkan bentuk pendidikan alternatif terkait isu-isu yang selama ini dianggap tabu bagi anak-anak seusianya. Nordianto juga berhasil merancang kegiatan yang dapat meningkatkan kepekaan masalah tingginya angka perkawinan usia dini serta pergaulan bebas di kalangan remaja. Sebagai ganti kerja kerasnya, Nordianto pun juga meraih penerima apresiasi Satu Indonesia Awards pada tahun 2018.

Yang menarik dan penting diingat dari kisah Nordianto, sang penerima apresiasi Satu Indonesia Awards tahun 2018, ini adalah keberaniannya untuk ingin memulai perubahan sejak dini. Semangat dan keyakinannya dalam isu pernikahan dini bukanlah hal yang mudah dilakukan. Kesadaran Nordianto untuk terus membantu anak-anak di sekitarnya juga bukan hal yang biasa dapat terpikirkan oleh pemuda sebayanya. Namun, Nordianto, dengan segenggam harapan, mampu membuktikkan bahwa perannya dapat signifikan dalam berkontribusi menekan angka pernikahan dini di daerah asalnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SC
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini