Pulau Bali tercatat sebagai daerah yang penuh gejolak ketika perang kemerdekaan melawan penjajahan. Ketika itu para raja-raja Bali memiliki simpati pada Republik Indonesia karena pemerintahan kompeni melakukan penindasan.
Tetapi situasi mulai berubah setelah I Gusti Ngurah Rai gagal melucuti senjata pasukan Jepang pada 13 Desember 1945. Sebagian besar Raja Bali balik arah menentang Republik, hanya menyisakan seorang Raja Badung.
Restoran Bali Buka di Finlandia, Kuliner RI Siap Mendunia
Karena itulah Pasukan Gajah Merah Belanda memanfaatkanya untuk mendaratkan pasukan ke Pantai Sanur pada 2 Maret 1946. Van Beuge, mantan Residen Bali dan Lombok menjanjikan mengembalikan kekuasaan raja sebelum Jepang datang.
“Usahanya menuai hasil. Di Gianyar, Pemuda Pembela Negara (PPN) yang tadinya mendukung Republik putar haluan menyerang pejuang kemerdekaan,” tulis Wenri Wanhar dalam Merah Putih di Lembah Merdeka yang dimuat Historia.
Taktik gerilya
Karena terdesak, pejuang kemerdekaan pun meminta bantuan pasukan dari Jawa. Pada April 1946, pasukan dari Jawa yang dipimpin Kapten Laut Markadi datang dan menyerang konvoi-konvoi Belanda.
Mereka mendirikan markas di Peh Manistutu, Jembrana. Karena tercium Belanda, mereka memindahkan markas ke Desa Gelar di utara Palungan Batu pada 17 April 1947. Desa ini dianggap ideal untuk taktik perang gerilya.
10 Kreator Konten dari 6 Negara Promosikan Indonesia di Kancah Dunia
Disebutkan secara geografis, Desa Gelar seperti cerukan panci, lembah dikitari oleh bukit. Sementara itu di beberapa bukit ada gua-gua perlindungan. Sehingga sangat cocok untuk melawan Belanda.
“Setelah ditinjau oleh Markadi, Desa Gelar akhirnya dijadikan markas dengan membangun beberapa barak, dengan bantuan penduduk setempat,” kata Dwinda dalam Orang-Orang di Sekitar Pak Rai.
Lembah merdeka
Wakil Ketua BPRI, Ida Bagus Doster kemudian memerintahkan pasukannya untuk meratakan tanah di depan barak. Setelah rata, jelas Doster, di tengah-tengah dipancang sebuah tiang bambu.
Pada 18 April, semua pasukan berkumpul dan mengelilingi tiang bambu. Pagi itu, upacara pengibaran bendera Merah-Putih untuk pertama kalinya dilakukan di Bali. Dua pemuda menggeret bendera Merah-Putih diiringi lagu Indonesia Raya.
Peran Pecalang Segara dalam Menjaga Terumbu Karang di Bali
“Saya terharu dan mencucurkan air mata saat itu. Saya kira kawan-kawan yang lain juga begitu. Usai upacara, Kapten Laut Markadi menamakan Gelar sebagai Lembah Merdeka,” ujar Doster.
Kini untuk mengenang peristiwa upacara pengibaran bendera Merah-Putih pertama di Bali itu. Di Desa Gelar didirikan monumen Lembah Merdeka. Banyak warga Bali yang menyempatkan hadir untuk melihat tempoat itu.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News