Global Climate Strike Yogyakarta 2023 Ingin Menyadarkan Publik akan Bahaya Krisis Iklim

Global Climate Strike Yogyakarta 2023 Ingin Menyadarkan Publik akan Bahaya Krisis Iklim
info gambar utama

Sudah menjadi rahasia umum krisis iklim tidak kunjung selesai dari waktu ke waktu. Sudah beberapa dekade ini panas bumi meningkat drastis dan bencana iklim menjadi momok yang semakin nyata sosoknya.

Bahkan, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mulai memperkenalkan istilah Global Boiling sebagai tahap lanjut Global Warming. Istilah itu ia cetuskan untuk menyebut proses pemanasan global yang semakin parah.

Menghadapi krisis iklim, manusia berbondong-bondong menghadapi berbagai bencana di masa depan. Negara-negara sudah berjanji akan mengatasi krisis itu, pun juga para perusahaan. Namun naas, janji itu bagai kabar burung yang tidak ada benarnya belaka.

Sampai sekarang, krisis iklim masih terus berlanjut dan proses transisi energi plus konservasi lingkungan harus disegerakan. Oleh sebab itu, kelompok-kelompok masyarakat terus menuntut pemerintah dan semua pihak untuk lekas-lekas menyegerakan transisi energi. Berilham tujuan itulah Global Climate Strike (GCS) diinisiasi di berbagai daerah Indonesia.

Yogyakarta menjadi salah satu daerah GCS diadakan. Aksi GCS Yogyakarta diinisiasi oleh Climate Rangers Jogja (CRJ) yang merangkul berbagai komunitas lain dan masyarakat untuk meramaikan GCS tahun ini.

Aksi GCS Yogyakarta kali ini diadakan pada Jumat, 15 September 2023, pukul 19.00 di Malioboro. Dalam aksi kali ini, para peserta GCS akan melakukan pawai sepanjang Malioboro dari Abu Bakar Ali sampai ke Titik Nol Kilometer.

Baca juga :3 Kabar Baik Tentang Krisis Iklim untuk Tingkatkan Optimisme

Aksi Bernuansa Kesenian

Aksi yang diikuti oleh puluhan orang dari berbagai komunitas maupun individu ini membawa nuansa kesenian yang khas sebagai metode kampanye nya. Hal itu tidak lepas dari peran pimpinan CRJ, Arami Kasih dan Bio Andaru, yang keduanya memiliki latar belakang kesenian di ISI Yogyakarta.

Di pawai tersebut, terlihat umbul-umbul berbentul alien yang diangkat sepanjang jalan. Umbul-umbul tersebut bertuliskan, “Apa perlu alien untuk mengurus bumi?”. Menurut Arami, sosok alien itu terinspirasi dari berita penemuan dua mumi yang diklaim sebagai alien di Meksiko yang viral belakangan ini.

Alien dalam umbul-umbul tersebut membawa pesan kegagalan manusia dalam mengurus bumi yang ia tinggali, sehingga apa sampai perlu alien yang mengurus bumi menggantikan manusia?

Di sisi lain, aksi memanfaatkan permainan cahaya untuk mengundang perhatian para pengunjung Malioboro yang sedang ramai waktu itu. Sebagian peserta aksi memakai jubah hitam dengan pita hijau neon glow in the dark.

Masing-masing pita membentuk pola huruf yang ketika digabung menjadi “GCS JOGJA 2023." Karena glow in the dark, peserta aksi terlihat remang-remang memantulkan cahaya di tengah terangnya Malioboro.

Di sisi lain, senter-senter juga ikut dimainkan agar pawai seamkin semarak dengan permainan cahaya. Senter-senter itu diarahkan ke leher para pembawanya masing-masing. Para peserta aksi juga tidak lupa membentangkan poster-poster berisi keresahan mereka tentang masalah iklim. Poster-poster itu tidak hanya soal krisis iklim atau transisi energi saja, melainkan juga masalah lingkungan lainnya.

Baca juga: Dua Ilmuwan RI Duduki Posisi Penting di Panel Perubahan Iklim PBB

Membangun Kesadaran Publik

Selain krisis iklim, aksi tersebut juga mengangkat isu-isu lain yang menjadi penyebab terjadinya krisis iklim, seperti pengelolaan sampah, transportasi publik, kebutuhan akan ruang terbuka hijau, hingga isu yang bersifat nasional seperti tuntutan kepada pemerintah tentang urgensi pemberhentian PLTU,” tulis akun Instagram resmi @climaterangersjogja.

CRJ mengharapkan aksi tersebut dapat menarik perhatian publik untuk lebih peduli dengan isu krisis iklim dan isu-isu lingkungan lainnya.

Publik juga diharapkan tersadar bahwa isu ini bukan hal yang sepele, dan perlu penanganan khusus demi keberlangsungan hidup di muka bumi ini,” tambah @climaterangersjogja.

Aksi diakhiri di Titik Nol Kilometer. Para peserta aksi melakukan foto bersama dan mulai berberes-beres menjelang pukul 21.00. Berbeda dengan aksi-aksi biasanya, tidak ada pengawalan sama sekali dari pihak kepolisian.

Selain di Yogyakarta, GCS juga dilakasanakan di berbagai daerah di Indonesia. Di Jakarta, GCS baru dilaksanakan pada Minggu, 17 September 2023, lalu.

Referensi:

  • https://www.instagram.com/p/CxR5JktSDMv/?img_index=1

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LG
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini