3 Kabar Baik Tentang Krisis Iklim untuk Tingkatkan Optimisme

3 Kabar Baik Tentang Krisis Iklim untuk Tingkatkan Optimisme
info gambar utama

Krisis iklim semakin lama memang mengkhawatirkan. Apalagi bagi mereka yang masih muda dan generasi selanjutnya yang harus hidup di tengah krisis iklim yang semakin parah. Pendeknya, mereka adalah generasi yang harus menghadapi “kiamat iklim”.

Berita krisis iklim yang terus datang dari sana dan sini membikin pesimisme di kalangan kaum muda meningkat. Belum lagi, sebagian kaum muda memahami lingkungan sekitarnya mengalami penurunan kualitas, mulai dari cuaca yang semakin panas, alih fungsi lahan subur menjadi tambang, sampai mereka yang kehilangan rumah entah karena pemukimannya kekeringan atau bahkan tenggelam. Selain karena situasi lingkungan yang semakin memburuk, terancam punahnya keberagaman fauna menjadi perhatian tersendiri pada banyak orang.

Bagaimana tidak? Terus-menerus memahami kondisi hidup yang semakin tidak layak dan bumi tidak memiliki harapan untuk hijau kembali adalah penanda bahwa kehidupan tidak layak berada di depan mata. Apalagi, visi ngeri ini juga diproduksi dalam budaya massa, seperti film Interstellar yang memperlihatkan kekeringan parah sebagai konsekuensi krisis iklim.

Dampak pesimisme ini tidak main-main. Bagi sebagian kaum muda, rasa keputusasaan terhadap krisis iklim menyebabkan masalah mental, seperti depresi yang tingkatannya beraneka ragam, Oleh sebab itu, menjaga kewarasan di tengah krisis iklim menjadi hal yang penting. Karenanya, yuk, tengok tiga kabar baik tentang krisis iklim untuk menumbuhkan optimisme yang sempat hilang!

1. Sektor Bisnis Mulai Tergerak Mengatasi Krisis Iklim

Dilansir dari World Wide Fund for Nature (WWF), hampir setengah perusahaan di Amerika Serikat menyadari tanggung jawab mengatasi perubahan iklim adalah tanggung jawab setiap orang. Sebagai sektor yang banyak menggunakan energi, sektor bisnis menjadi salah satu sektor yang mulai bergerak untuk memimpin aksi menghadapi krisis perubahan iklim.

Perubahan ini tentu bukan sekadar pekerjaan sektor bisnis saja. WWF, sebagai salah satu organisasi non-profit terbesar di dunia yang bergerak di bidang lingkungan, mengadakan kerja sama antara sektor bisnis dan kota untuk tidak hanya menyesuaikan model bisnis mereka dengan menuntut pemerintah mengatasi iklim dengan produk kebijakan dan langkah nyata.

Baca juga: Urgensi RUU Keadilan Iklim sebagai Payung Hukum untuk Generasi Milenial

2. Harga Energi Baru Terbarukan Lebih Murah Daripada Bahan Bakar Fosil di AS

Dikutip dari Sourgum Waste, dalam 10 tahun terakhir, harga energi baru terbarukan di AS. Menurut studi yang dikutip Guardian, membangun panel surya atau kincir angin 99% lebih murah daripada membangun fasilitas pembangkit listrik tenaga batu bara yang terkenal tidak ramah lingkungan dan menjadi penyebab pemanasan global sebanyak 60%.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa penggunaan energi baru terbarukan seirng mendapatkan hambatan yang besar karena biaya yang tidak sedikit untuk mengimplementasikannya. Nah, dengan momentum ini, energi baru terbarukan dapat mengalami pengarusutamaan karena lebih efisien dalam menyuplai kebutuhan listrik masyarakat daripada pembangkit listrik tenaga batu bara.

Baca juga: Menanggapi Perubahan Iklim Melalui Paris Agreement

3. Populasi Paus Bungkuk Meningkat Drastis

Kabar baik juga datang di dunia satwa lautan, Populasi paus bungkuk, yang sempat dinyatakan sebagai spesies terancam, meningkat dari 10.000 - 15.000 ekor menjadi 80.000 ekor pada 2022 lalu. Jumlah tersebut meningkat sebanyak 93% dan kini memiliki status spesies berisiko rendah.

Perlu diingat, krisis populasi yang sempat dialami paus bungkuk disebabkan oleh industri perburuan paus dan insiden-insiden seperti tabrakan dengan kapal sampai terjerat jaring. Akibatnya, populasi paus bungkuk berkurang sampai 95% banyaknya.

Karena krisis populasi tersebut, perburuan paus dilarang pada tahun 1985. Di sisi lain, kebijakan dibuat untuk menciptakan zona konservasi paus bungkuk di berbagai negara yang berperan besar dalam menciptakan habitat aman paus bungkuk untuk berkembang biak.

Praktik-praktik mengendarai kapal dengan aman juga terus disosialisasikan untuk menghindari tabrakan dengan paus bungkuk. Upaya konservasi itu pada akhirnya berbuah manis dengan lonjakan hebat populasi paus bungkuk.

Itulah tiga kabar baik seputar krisis iklim yang datang dari sektor bisnis, energi, dan keberagaman satwa. Selain tiga kabar baik itu, masih ada banyak kabar baik lainnya yang patut Kawan jelajahi. Yuk, sudah saatnya mulai membangun optimisme kembali dalam menghadapi krisis iklim!

Referensi:

  • https://www.sourgum.com/the-sour-scoop/12-good-environmental-stories/
  • https://thebottomline.as.ucsb.edu/2022/10/humpback-whale-no-longer-on-the-endangered-species-list
  • https://www.theguardian.com/us-news/2023/jan/30/us-coal-more-expensive-than-renewable-energy-study
  • https://www.fisheries.noaa.gov/species/humpback-whale#:~:text=Regulatory%20History-,Commercial%20whaling%20severely%20reduced%20humpback%20whale%20numbers%20from%20historical%20levels,apply%20protections%20for%20humpback%20whales.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LG
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini