Kisah Tari Suanggi dari Papua Barat yang Kental dengan Nuansa Magis

Kisah Tari Suanggi dari Papua Barat yang Kental dengan Nuansa Magis
info gambar utama

Tari Suanggi merupakan kesenian yang berasal dari Papua Barat. Tarian ini begitu kental dengan nuansa magis mulai dari gerakan ritual dan juga upacara. Sehingga menjadi salah satu bagian dari tradisi penting masyarakat.

Dimuat dari buku 70 Tradisi Unik Suku Bangsa di Indonesia (2019) oleh Fitri Haryani menyebutkan tari Suanggi merupakan bentuk ekspresi masyarakat Papua Barat yang masih meyakini adanya nuansa magis.

Tari Remo dari Jombang yang Menjadi Tradisi dalam Budaya Penyambutan Tamu

Tari Suanggi memiliki makna yang dalam berawal dari kisah seorang suami yang ditinggal mati oleh istrinya karena korban makhluk jadi-jadian. Menurut kepercayaan masyarakat, Suanggi merupakan roh jahat yang belum mendapatkan kenyamanan di alam baka.

“Roh jahat tersebut akan merasuki tubuh seorang wanita,” ucap Fitri yang dimuat Kompas.

Kentalnya nuansa magis tersebut kemudian dirangkum menjadi tarian Suanggi yang dikenal sampai sekarang. Sebelum penari mulai menarikan Suanggi harus diawali dengan ritual yang dipimpin tetua suku.

Gerak tari Suanggi

Dinukil dari Situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, fungsi tari Suanggi adalah untuk mengusir roh jahat. Bedanya dengan tarian mengusir roh jahat tari Suanggi untuk mengusir arwah yang masih memiliki janji namun belum dipenuhi.

Setiap gerakan yang dilakukan pada tari Suanggi lebih menyerupai aktivitas dukun atau orang dengan kekuatan magis yang akan menyembuhkan suatu penyakit. Busana tari Suanggi menggunakan pakaian tradisional Papua Barat.

“Tarian ini hanya ditampilkan ketika ada seorang warga yang meninggal. Tidak untuk pertunjukan umum atau pentas seni,” katanya.

Tari Gending Sriwijaya, Tari Penyambutan Dari Palembang

Bila diperhatikan secara seksama, setiap gerakan dari Tari Suanggi ini tidak seperti gerakan tarian pada umumnya. Tetapi lebih menyerupai aktivitas seorang dukun yang hendak menyembuhkan penyakit.

“Tarian Suanggi biasanya dilakukan oleh 16 penari laki-laki dan 2 penari perempuan dengan menggunakan pakaian adat khas Papua Barat,” ucapnya.

Muncul acara khusus

Tari Suanggi ini biasanya tidak bisa ditampilkan setiap waktu, dan hanya muncul ketika terdapat warga setempat yang meninggal secara tidak normal. Oleh karena itu, tarian ini sangat susah dijumpai dan jarang ditampilkan di pentas budaya atau acara umum.

Dalam kepercayaan masyarakat setempat, Suanggi adalah sebutan untuk orang yang meninggal karena masih memiliki janji yang belum ditepati, sehingga belum mendapat kenyamanan di alam baka.

Tim Penari Indonesia Boyong Emas dan Perak dalam Asia Arts Festival ke-10 2023 Singapura

Arwah dari orang tersebut tidak akan tenang, bahkan bergentayangan di dunia. Menurut kepercayaan masyarakat Papua Barat, bahkan arwah orang yang masih memiliki janji ini dapat merasuki orang lain.

“Sehingga kemudian, arwah ini disebut juga dengan roh jahat atau kapes,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini