Kisah Soebronto Laras, Tokoh Otomotif yang Bawa Suzuki Laris Manis

Kisah Soebronto Laras, Tokoh Otomotif yang Bawa Suzuki Laris Manis
info gambar utama

Pendiri PT Indomobil Sukses Internasional Tbk Soebronto Laras meninggal dunia di RS Medistra, pada Rabu pukul 20.00 WIB. Hal ini dikonfirmasi oleh Jusak Kertowidjojo selaku presiden direktur perusahaan tersebut.

“Inna lilahi wa inna ilaihi raji’un. Telah meninggal dunia Bp Soebronto Laras jam 20.00 malam ini di RS Medistra. Semoga Bapak Soebronto diterima di sisi Allah dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kekuatan,” katanya yang dimuat CNN Indonesia.

Sosok Soebronto yang lahir pada 5 Oktober 1943 ini terkenal sebagai salah satu bapak otomotif nasional. Dirinya dikenal sebagai sosok heroik yang dapat membawa bran (merek) Suzuki mencapai puncak kejayaan pada 1970-an.

Mengenal 24 Mobil Nasional yang Sebagian Orang Jarang Tahu

Padahal ketika itu, Suzuki merupakan merek otomotif yang tak diperhitungkan keberadaanya. Kenangan inilah yang diungkap oleh Presiden Direktur Suzuki, Shingo Sezaki yang turut mengantarkan almarhum Soebronto ke peristirahatan terakhir.

“Suzuki mulai berdiri tahun 1970. Dari 1970 hingga sekarang sudah 50 tahun dan Suzuki menjadi seperti ini adalah berkat dari jasa pak Soebronto,” ujar Sezaki yang dimuat Bangkapos.

Tangan emas Soebronto

Sezaki menceritakan perjuangan Soebronto Laras dimulai saat memulai impor kendaraan roda dua pada tahun 1986. Kemudian berhasil membawa merek Suzuki bisa bersaing dengan perusahaan otomotif Jepang lainnya.

“Sezaki masuk ke Suzuki Jepang tahun 1986 dan pada saat itu walau beliau tidak langsung dengan Indonesia, tapi beliau tahu bahwa pak Soebronto itu adalah nama yang sangat terkenal di affiliate Suzuki seluruh dunia,” jelasnya.

Deretan Mobil & Motor yang Ikonik di Film Indonesia

Ketika itu Soebronto Laras bekerja untuk bos kasino Lauw Tjin Ho atau Atang Latief. Sosok inilah yang membeli perusahaan distributor sepeda motor Suzuki, Indohero Steel & Engineering Company dan Soebronto disuruh mengurusnya.

“Pada perkembangan kemudian perusahaan First Chemical Industry milik pak Atang yang saya pegang sebelumnya. Saya upgrade dan lebur ke dalam Suzuki. Kami memproduksi sepeda motor, pelan-pelan lalu kami buat mobil,” kata Soebronto yang dimuat Historia.

Bom cengkeh

Di dalam perusahaan yang dibeli Atang Latief itu terdapat agen tunggal roda empat dan Suzuki Indonesia manufacturing yang memproduksi komponen sepeda motor. Ketika itu saingan dari Suzuki adalah Astra Internasional yang menjual Honda.

Soebronto harus memutar akal untuk menjual sepeda motor Suzuki, salah satunya dengan mengadakan balap motor cross di daerah-daerah. Suzuki juga menjual mobil yang harus bersaing dengan Mitsubishi dan Toyota.

Mobil Suzuki yang mula-mula dijual Soebronto ke pasaran adalah Carry ST-100. Walau sulit, Soebronto tak patah arang lantaran yakin ada celah yang bisa dimasuki. Peluang itu datang dari perniagaan cengkeh di Indonesia Timur.

Deretan Mobil & Motor yang Ikonik di Film Indonesia

“Pada 1978 awal, terjadi panen cengkeh di Manado. Ketika merek lain sibuk di Jakarta dan di Jawa, dan mereka tidak memikirkan daerah saya langsung masuk ke Sulawesi Utara,” kenang Soebronto.

Usahanya tak sia-sia, setidaknya 3.000 unit Carry ST 100 laris di tahun itu juga. Setelah sukses di Manado pamor Suzuki meningkat. Suzuki kemudian merilis Jimny-jip kecil dengan mesin 800 cc yang sukses pula.

Liem Sioe Liong yang sudah berjaya dengan Indomobil kemudian membeli perusahaan Atang Latief pada 1982. Soebronto kemudian dipercaya untuk mengurusnya hingga menguasai 20 persen pasaran mobil nasional.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini