Alat Musik Gondang yang Jadi Prantara Orang Batak dengan Dunia Roh

Alat Musik Gondang yang Jadi Prantara Orang Batak dengan Dunia Roh
info gambar utama

Ketika malam sudah larut, seorang pemimpin ritual di komunitas Parmalim, di Desa Samuaran, Toba Samosir telah berdiri dan menepukkan tangan memberikan aba-aba agar acara tersebut mulai.

Alunan diatonis gondang, seni musik tradisional Batak pengiring ritual suci pun membahana. Puluhan tamu yang ada di sebuah rumah panggung, terdiam takzim. Hanya suara ritmik tetabuhan gondang ditingkahi sayatan melodik sarune yang terdengar.

Sejam berselang, tempo musik kian cepat. Seorang perempuan tua, satu dari 12 orang yang manortor, kesurupan, tiba-tiba keluar dari barisan. Dirinya bergerak memutar, tak lagi jinjit namun sampai melompat kecil, raut wajahnya memerah sampai ingin menangis.

Saatnya Musik Etnik Indonesia Tampil di Depan Musisi Dunia dalam IMEX 2023

Tak beberapa lama, sejumlah anggota keluarga lainnya mendekatinya. Berpelukan, menangis bersama. Alunan gondang berhenti sejenak. Sang perempuan yang sudah dirasuki roh suci lalu berbicara dengan mata terpejam.

“Itulah pesan roh suci melalui perempuan tua itu kepada para anggota keluarga. Roh suci yang hadir oleh alunan gondang,” tulis M Burhanudin dan M Hilmi Faiq dalam Tanah Air: Gondang Batak, Kegeniusan Lokal yang (Nyaris) Terlupakan yang dimuat Kompas.

Gondang perantara roh

Hal itulah merupakan ritual suci Mardebata (puji syukur) warga pemeluk Parmalim. Penganut Parmalin meyakini roh suci berkuasa atas hidup mereka. Agar bisa berkomunikasi dengan roh suci, gondang pun dimainkan.

Raja Marnangkok Naipospos, pemimpin tertinggi Parmalin menegaskan gondang merupakan sarana manusia untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Doa dan pengharapan disampaikan manusia saat gondang dimainkan.

Melestarikan Budaya Angklung Bersama Komunitas Guriang

Anggapan sakral masyarakat tradisional Batak atas gondang membuat penghormatan mereka terhadap para pemusik gondang sangat tinggi. Bahkan para pemain gondang telah sejajar dengan para dewa.

“Pemain taganing disebut Batara Guru Hundul, sedangkan pemain sarune disebut Batara Guru Manguntar,” katanya.

Kesakralan yang luntur

Pengajar Etnomusikologi dari Universitas Sumatra Utara, Ben Pasaribu menjelaskan bahwa gondang awalnya berfungsi sebagai alat musik dalam ritual keagamaan, seperti yang sampai saat ini diterapkan oleh umat Parmalim.

Disebutkan oleh Ben, hampir dalam semua kegiatan tradisional Batak seperti pesta kelahiran, kematian, pernikahan, hingga hari besar, gondang hadir. Selain sebagai hiburan, gondang bermakna religius magis bagi mereka.

“Belakangan saya juga melihat perguruan tinggi mengajarkan gondang kepada mahasiswanya sebagai wawasan musik Nusantara,” kata Ben.

Mandiri Pekan Raya Indonesia 2017 Dukung Pertumbuhan Industri MICE Nasional

Tetapi pengaruh budaya ini malah membuat gondang kehilangan kesakralannya. Di sebagian besar pertunjukan gondang semata hanya menonjolkan aspek hiburan. Kesakralan gondang mulai luntur.

Bahkan di banyak momen perayaan tradisional, seperti pernikahan, kelahiran, dan kematian, sebagian masyarakat Batak tak lagi menggelar gondang. Mereka lebih memilih seni hiburan modern, seperti organ tunggal dan musik Eropa.

“Kondisi ini semestinya menjadi perhatian semua pihak. Gondang dengan segala kesakralan dan keunikannya adalah kekayaan lokal bangsa,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini