Migrasi ke Mobilitas Publik: Transportasi untuk Masa Depan

Migrasi ke Mobilitas Publik: Transportasi untuk Masa Depan
info gambar utama

Pembahasan tentang buruknya kualitas udara di Jakarta semakin ramai diperbincangkan oleh berbagai kalangan. Sebagai salah satu kota terpadat di dunia, Jakarta telah menghadapi krisis polusi udara yang terus memburuk.

Salah satu langkah yang diperlukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan beralih ke transportasi publik.

Banyak dari kita yang terjebak dalam kemacetan lalu lintas membosankan setiap hari. Tetapi, selain dari kemacetan ada masalah yang lebih dalam yang mengintai setiap kali kita menghidupkan mesin kendaraan pribadi, yaitu penambahan jumlah polusi di udara.

Polusi udara adalah musuh tersembunyi yang mengancam kesehatan dan kualitas hidup kita. Dilansir dari Greenpeace, Indonesia menduduki peringkat pertama negara dengan polusi tertinggi se-Asia Tenggara berdasarkan laporan World Air Quality (IQAir) pada 2022. Ini merupakan ancaman serius bagi kesehatan penduduknya. Tidak hanya itu, dampaknya juga terasa pada lingkungan dan iklim global.

Salah satu solusi paling efektif dan kritis untuk mengurangi polusi udara adalah beralih ke transportasi publik sebagai langkah yang bisa kita lakukan untuk mengurangi jejak karbon secara signifikan.

Kendaraan pribadi adalah salah satu penyumbang terbesar polusi udara di Jakarta. Jika melihat Laporan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta terus meningkat dalam lima tahun terakhir.

Dalam Katadata juga tercatat, jumlah kendaraan bermotor di Ibu Kota mencapai 26,37 juta unit pada 2022. Jumlah ini meningkat 4,39% dari tahun sebelumnya, yakni sebanyak 25,26 juta unit.

Baca juga: Waste4Change Hadirkan Bank Sampah Mencrang untuk Kelola Sampah Warga Tirtasari

Mesin bensin dan diesel yang digunakan dalam kendaraan pribadi melepaskan berbagai zat berbahaya ke udara, seperti karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), serta partikulat yang merusak kualitas udara dan menyebabkan masalah kesehatan serius.

Di sisi lain, transportasi publik biasanya menggunakan bahan bakar lebih ramah lingkungan. Banyak dari trasportasi publik menggunakan energi yang lebih bersih, seperti listrik atau gas alam yang menghasilkan emisi lebih rendah.

Dalam Laporan Capaian Modal Share Angkutan Umum di DKI Jakarta pada 2022 disebutkan bahwa transportasi publik di Jakarta mampu menampung sekitar 3,6 juta penumpang per perjalanan/hari. Jika fasilitas ini dimaksimalkan, bukan tidak mungkin bisa menurunkan jumlah kendaraan pribadi yang beredar setiap harinya.

Ragam upaya telah dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta dalam memerangi polusi udara. Dikutip dari Kompas, Dinas Perhubungan DKI Jakarta melakukan penambahan 100 unit bus listrik yang dioperasikan sebagai transportasi publik di bawah naungan TransJakarta pada akhir tahun ini.

Kebijakan ini diterapkan sebagai bentuk dukungan komitmen penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 30% pada 2030 dan menuju Net Zero Emission di tahun 2050. Selain penambahan moda kendaraan, peningkatan kualitas pelayanan juga dilakukan, seperti revitalisasi halte busway, perbaikan, serta pembuatan infrastruktur yang ramah pejalan kaki dan pesepeda.

Semua upaya perbaikan pada transportasi publik pada akhirnya diharapkan dapat mengurangi produksi emisi karbon, sehingga tingkat polusi udara menurun.

Baca juga: Keindahan Paok Pancawarna, Si Pemalu Endemik Asal Pulau Sumba

Manfaat Transportasi Publik

Di era perkotaan yang padat dan seringkali macet, transportasi publik telah menjadi penyelamat bagi banyak orang. Penggunaan transportasi publik mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca dan perlindungan lingkungan. Berkurangnya jumlah kendaraan pribadi yang beroperasi bisa membantu menjaga kualitas udara yang lebih baik dan mengurangi kebisingan.

Ketika lebih banyak orang memilih untuk naik bus, kereta bawah tanah, trem, atau sistem transportasi publik lainnya, jumlah kendaraan pribadi di jalan berangsur akan berkurang. Hal ini bisa mengurangi waktu yang dihabiskan dalam kemacetan, menghemat bahan bakar, dan mengurangi emisi gas buang.

Selain itu, banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan ketika menggunakan transportasi publik, seperti membaca buku, mendengarkan musik, atau sekedar menamatkan episode drakor dalam perjalanan.

Dalam menghadapi masalah polusi udara, kita tidak bisa serta merta hanya mengandalkan pemerintah. Perubahan dimulai dari kita sendiri.

Jadi mari pertimbangkan kembali kebiasaan menggunakan kendaraan pribadi dan mulai beralih menggunakan transportasi publik.

Referensi:

  • https://www.greenpeace.org/indonesia/siaran-pers/56238/indonesia-ranking-satu-negara-paling-berpolusi-se-asia-tenggara/
  • https://databoks.katadata.co.id/tags/kendaraan-bermotor
  • https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/20/jumlah-kendaraan-bermotor-di-dki-jakarta-terus-meningkat-dalam-5-tahun-terakhir
  • https://otomotif.kompas.com/read/2023/09/20/112200715/pemprov-dki-jakarta-tambah-100-bus-listrik-tahun-ini

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini