Tradisi Urak: Sebuah Sistem Komunikasi Ritual

Tradisi Urak: Sebuah Sistem Komunikasi Ritual
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbungUntukMelambung

Bali menjadi salah satu pulau yang diselimuti oleh kebudayaan yang sangat adiluhung, sudah barang tentu yang kita warisi dan kita rasakan sampai detik ini perjuangan untuk terus lanjutkan agar angin pelestarian budaya tetap terjaga. Sebagai pulau yang majemuk akan kebudayaan, Bali memiliki segudang tradisi lisan yang merupakan salah satu faktor lahirnya sebuah budaya. Tradisi lisan adalah pengetahuan dan adat istiadat yang disampaikan secara turun-temurun dengan lisan atau oral. Salah satu objek yang termasuk tradisi lisan adalah "Urak"


Urak merupakan unsur upakara dan upakara dalam jenis pengelompokan tradisi lisan. Dalam keberlangsungan tradisi lisan itu sendiri, masing-masing desa memiliki keunikan, salah satunya di Desa Adat Tonja, khususnya di Banjar Tegeh Kuri yang memiliki sistem komunikasi bernama "Urak"

Dalam kamus bahasa Jawa Kuna, kata "Urak" memiliki arti gilliran. Dalam hal ini, Urak yang ada di Desa Adat Tonja, tepatnya di Banjar Tegeh Kuri memiliki fungsi sebagai sistem Komunikasi. Dengan hadirnya Urak di tengah-tengah masyarakat, linear dengan keberadaan sasuhunan atau junjungan yang di puja berupa Barong dan Rangda. Telah diketahui bersama, bahwasannya barong adalah simbol dharma dan Rangda adalah simbol adharma tau keburukan. Terlepas dari baik dan buruk, konsep Rwa Bhineda atau perbedaan memang tidak dapat dihindari.


Upacara dan Upakara

Urak di Gantung di Rumah Warga
info gambar

Salah satu objek yang termasuk dalam tradisi lisan adalah Upacara dan Upakara. Upacara adalah persembahan suci yang berasal dari kreativitas tangan.Urak tergolong dalam hal ini termasuk bagian dari upakara. Fungsinya sebagai alat komunikasi memberikan tanda bahwa siapa yang mendapatkan giliran untuk menghaturkan atau mempersembahkan sesajen berupan hiyunan berbentuk sodan.

Urak berbahan 2 bilah bambu, yang dimana bilah yang lebih besar berisikan aksara Bali bertuliskan "Urak Giliran Makaryya Yunan Ring Ratu Nglurah" yang artinya "giliran untuk membuat suguhan berupa sodan yang dihaturkan kepada Ida Ratu Nglurah" dan yang kecil terletak pada bagian bilah bambu yang lebih kecil berikan sebuah penanda berupa angka yaitu "1990" yang merujuk kepada tahun pembuatan dari bambu tersebut, pasti saja sebelumnya sudah pernah diganti dan bambu yang sekarang merupakan pembaharuan dari yang sebelumnya .

Kedua bilah bambu tersebut diikat sehingga membentu satu-kesatuan yang dinamakan Urak. Hiyunan dan Urak sebagai upakara dan diupacarakan pada sore hari untuk dapat memohon kesejahteraan.

Canang
info gambar

Hiyunan berarti; makanan; suguhan; dalam hal ini arti dari hiyunan adalah suguhan yang diaturkan warga dengan tujuan memohon kesejahteraan. Dalam hiyunan yang berbentuk sodan berisikan buah; sampian; canang; tipat dampul: dan tidak jarang berisikan roti kekinian.

Isian yang termuat di dalam hiyunan menjadikan simbol bahwasannya masyarakat yang menghaturkan tersebut mengalami sebuah angurah yang cukup besar, karena dilimpahkan karunia, baik material maupun hal yang tak terduga. Adanya buah; canang; tipat dampul dan roti merupakan simbol dari sebuah kemakmuran dari warga.

Dihaturkan di Hadapan Sasuhunan

Foto ini saya ambil pada saat upcara pangrebongan
info gambar

setelah warga mendapatkan urak mencirikan bahwasannya ia mendapatkan giliran (sesuai dengan arti urak itu sendiri) untuk membuat sodan. Pada pukul 17:00 sampai 18:00 Wita dua orang warga yang terbagi dari tempek kelod dan tempek kaja atau bagian utara dan selatan banjar menghaturkan sasajen di tempat tersimpannya sasuhunan berupa barong dan rangda. Mengingat 17:00 - 18 :00 dipercayai sebagai waktu para Bhuta Kala. Jam-jam tersebut adalah waktu untuk mempersembahkan sesajen yang dinamakan "Hiyunan". Dengan harapan agar dapat menetralisir keberadaan Butha Kala.

Mitos-Logos

Tradisi Lisan Urak telah berjalan mulai dari lampau, entah dari abad ke berapa kurang diketahui dari keturunan warga yang sekarang masih mewarisi tradisi ini. Tahun ke-tahun, mungkin abad ke-abad tidak jelas kapan tradisi ini dimulai, sekarang sudah dirwarisi melalui petuah dan cerita dari sepuh-sepuh, maka dari itu Urak menjadi tradisi lisan yang masih lestari.

Dengan mengahturkan sasajen, dipercaya dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat di Desa Tonja, tepatnya di Banjar Tegeh Kuri. Tradisi ini berlangsung dengan keikhlasan warga, yang rela meluangkan waktunya untuk dapat menghaturkan sasajen.

Bukan tanpa alasan, telah lama dipercaya bahwa ketika menghaturkan hiyunan dapat memberikan kesejahteraan bagi warga. Bukan tradisi lagi namanya juga tidak terwarisi, Urak sendiri masih berlangsung sampai sekarang.

Malancaran ka Subak (Berjalan ke Sawah)

Adanya urak juga berkaitan dengan adanya sasuhunan yang ada dan disunggsung oleh masyarakat Banjar Tegeh Kuri, Desa Adat Tonja. Konon katanya pada zaman dahulu, jika terjadi padi, tanaman, dan tumbuhan yang lainnya rusak termakan hama atau mati secara tidak wajar Sasuhunan akan berjalan diusung oleh warga menuju sebuah Subak atau sawah. Hal ini terjadi pada sasih kaenem atau kurang lebih akhir bulan November sampai bulan Desember.

Di tilik dari segih bulan, sudah diketahui bahwasannya pada bulan-bulan November dan Desember dalam hitungan Bali merupakan sasih atau bulan yang mencirikan lingkungan sedang kotor. Hal itu menjadikan ontologi atau alasan mengapa bisa terjadi hal Melancaran ka Subak.

Mitos-mitos yang terjadi pasti memiliki logos atau ilmiah di balik kata "konon", percaya tidak percaya niscaya akan terjadi. Kesakralan tradisi-tradisi yang ada khususnya pada Tradisi Urak masih kita rasakan manfaat dan unsur magis di balik itu. Toh kehidupan masyarakat masih sejahtera, tan kirang pangan-inum (tidak kekurangan makan dan minum). Semoga tradisi-tradisi baik lisan maupun yang masih tercatat sejarah berupa tulisan masih tetap lestari.

Salam Budaya, Lestarikan!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IH
KO
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini