Mengenal Aksara Bali dan Fungsi Spiritualnya

Mengenal Aksara Bali dan Fungsi Spiritualnya
info gambar utama

Indonesia punya banyak bahasa daerah, dan banyak pula ragam aksaranya. Tak terkecuali di Bali.

Ya, ada aksara Bali yang menjadi bagian dari budaya berbahasa masyarakat lokal di sana sejak dulu kala. Bagi masyarakat Bali, aksara Bali pun punya peran penting, lebih dari sekedar alat untuk komunikasi antarmanusia.

Aksara Bali ternyata tak lepas dari kehidupan spiritual masyarakat Pulau Dewata. Sebab, aksara Bali senantiasa digunakan dalam aktivitas budaya, khususnya yang terkait dengan agama.

Menurut I Made Surada dalam Basa Miwah Aksara Bali, keberadaan aksara Bali memberi makna verbal dan konseptual dalam upacara keagamaan (yajña), pengobatan (usada) serta aktivitas lain yang bertujuan
untuk memberi kekuatan magis spiritual pada benda-benda tertentu, bahkan tubuh manusia.

Masyarakat Bali menenpatkan aksara Bali sebagai lingga stana Sang Hyang Aji Saraswati. Dengan aksara Bali, masyarakat Bali mampu mendekatkan diri kepada Tuhan serta menjaga keselarasan hubungan antara
manusia dengan lingkungan, sesamanya, dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Mengenal Aksara Lampung dan Huruf-hurufnya

Mengenal Aksara Bali

Sekilas, aksara Bali mirip dengan aksara Jawa. Namun, ada perbedaan antara keduanya dalam hal lekukan huruf.

Aksara Bali terbagi menjadi tiga kelompok, yakni:

1. Aksara Wreastra

Aksara wreastra adalah aksara yang digunakan untuk menulis bahasa Bali lumrah, yakni Bahasa Bali modern seperti yang dikenal dan umum dipelajari saat ini. Aksara Wreastra berjumlah 18 karakter.

pasangan aksara bali

2. Aksara Swalalita

Aksara swalalita merupakan aksara yang digunakan untuk menulis Bahasa Kawi, yakni bahasa Bali yang dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa.

Dalam sejarah, kebudayaan Jawa ini dibawa oleh Majapahit. Bahasa Kawi-Bali kemudian digunakan terutama
di naskah-naskah lontar.

Aksara Swalalita berjumlah 47 karakter, di mana 14 di antaranya merupakan huruf vokal (aksara suara). Sementara huruf konsonannya (aksara wyañjana) adalah 33 karakter.

3. Aksara Modre

Aksara modre adalah aksara yang digunakan untuk keperluan ritual seperti upacara, doa-doa, dan mantra. Oleh karena itu, teksnya pun diyakini punya kekuatan magis, misalnya sebagai penolak bala.

Berbeda dengan dua jenis aksara Bali lainnya, aksara modre lebih mirip seperti lambang atau simbol yang bisa ditulis sebagai lukisan dan gambar.

Dalam laman resmi Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, dijelaskan juga bahwa aksara yang digunakan dalam menulis Aksara Bali dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Pangangge Suara, Pangangge Ardhasuara, dan Pangangge Tengenan

Pengangge Suara meliputi: Ulu, Ulu Sari, Pepet, Tedung/Tedong, Pepet Matedong, Taleng Tedong, Taleng Marepa, Taleng Marepa Tedong, Suku, Suku Ilut, Ulu Candra, dan Ulu Ricem. Lalu Pengangge Asrdhasuara meliputi: Nania, Guwung, Guwung Mecelek, Gantungan la, dan Suku Kembung. Sementara itu, Pangangge Tenganan meliputi Cecek, Surang, Bisah dan Adeg-adeg.

Lengkap, Sejarah dan Jenis Aksara Jawa atau Hanacaraka

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

AR
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini