Asal Usul Bebegig Sukamantri

Asal Usul Bebegig Sukamantri
info gambar utama

#LombaArtikelPkn2023

#PekanKebudayaanNasional2023

#IndonesiaMelumbungUntukMelambung

CIAMIS- Nama Bebegig sukamantri tentu sudah tidak asing lagi terdegar ditelinga kita, eksistensinya telah dikenal oleh berbagai lapisan masyarakat kabupaten Ciamis khususnya, bahkan sampai ke mancanegara, tentu saja hal tersebut menjadi suatu kebanggaan tersendiri.

Oleh masyarakat kabupaten Ciamis, khususnya warga desa Sukamantri, tepatnya dusun cempaka, bebegig direpresentasikan sebagai penjaga lingkungan alam sekitar, dan perlu diketahui bahwa, Bebegig tersebut mulai dipopulerkan pada tahun seribu sembilan ratus lima puluh oleh warga setempat.

Dan setiap tanggal tujuh belas agustus bebegig tersebut akan memberi suasana kemeriahan nan sakral di kecamatan Sukamantri, kepopuleran nya pun tentu saja tak lepas dari adanya para seniman serta budyawan ciamis. Untuk diketahui saja, Sukamantri adalah sebuah desa dengan mayoritas masyarakat nya sebagai petani kesenian bebegig sendiri sudah ada sejak lama dan turun temurun. Maka jangan heran, apabila pada setiap rumah rumah warga disana akan terdapat topeng menyeramkan bebegig beserta semua aksesories nya. Mereka akan memainkannya pada saat perayaan atau hari hari besar.

Mitos Orang Bunian, Makhluk tak Kasat Mata yang Diwaspadai Masyarakat Minang dan Melayu

Kesenian Bebegig terlahir di dusun cempaka, konon, penciptanya adalah seorang sesepuh karang gantungan yang bernama prabu sampulur, sang prabu sendiri adalah sosok hebat yang mampu dan berhasil memusnahkan kejahatan, sehingga hal tersebut diapresiasi dengan terus dilestarikan nya topeng bebegig itu.

Sementara itu, bebegig Sukamantri akan selalu ditampilkan pada saat pawai atau karnaval hari hari besar, seperti peryaan tujuh belas agustus, acara adat nyiar lumar, pekan olahraga, dan lain sebagainya. Bobot atau berat topeng bebegig itu sendiri mencapai enampuluh kilogram untuk dipakai orang dewasa, sedangkan untuk anak anak remaja lima belas tahun topeng yang dipakai seberat tigapuluh kilogram, bagi yang tak biasa mungkin akan terasa begitu berat ketika memakainya, namun bagi mereka yang terbiasa tidak terasa berat sama sekali.

Penampilan bebegig biasanya berjalan beriringan, ada sepuluh sampai duapuluh bebegig yang diiringi musik tradisional seperti gamelan dan juga tari tarian, serta atraksi-atraksi menghibur lain nya, sebelum memulai aksi atau tampil, para pelaku bebegig akan selalu mengadakan tawasulan, atau berdo'a memohon kepada sang pencipta untuk keselamatan serta kelancaran semua, selama acara berlangsung.

Dikatakan bahwa, pada jaman dahulu kala bebegig biasa digunakan pada saat ritual pengusiran roh roh jahat, akan tetapi setelah masyarakat Ciamis mengenal agama islam, seni Bebegig tersebut diubah, dari kesenian mistis menjadi kesenian yang menghibur, di desa Sukamantri setidaknya ada sekitar lima padepokan bebegig, yang pertama padepokan prabu sampulur, padepokan baladewa, padepokan bragajati, padepokan Batara dan margadati.

Sedangkan aksesories untuk bebegig adalah, bunga bubuay, bunga hahapaan, daun waregu, serta ijuk sebagai kostum, dan untuk mengambil atau memetik semua itu ternyata sangat tidak mudah, warga Sukamantri harus melakukan perjalanan lima jam ke bukit karang gantungan, dengan menggunakan kendaraan, dan setelah sampai disana mereka pun harus kembali mendaki untuk mendapatkan semua keperluan aksesories itu, Medan yang ditempuh juga tidak mudah, apalagi jika sedang musim hujan. Salah satu warga mengatakan, bahwa, saat yang tepat untuk memetik bunga bubuay adalah menjelang tujuh belas agustus, namun diwaktu tersebut bukit itu akan selalu dipenuhi oleh kabut yang cukup tebal.

Kisah Keangkeran Wisma Erni dari Malang yang Diubah Jadi Pesantren

Kini bebgig Sukamantri telah menjadi satu kesenian identitas kabupaten ciamis, maka sudah sewajarnya kawan GNFI yang berasal dari Ciamis termasuk saya pribadi, untuk terus ikut melestarikan atau ngamumule kesenian itu.

Dan hal paling menarik adalah, filosofi dari kembang bubuay, yaitu (Harus runtut raut sauyunan). sedangkan untuk daun waregu ternyata bisa juga disebut daun pancasona.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LY
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini