Baduy Craft: Jembatan antara Kebudayaan Daerah dan Teknologi

Baduy Craft: Jembatan antara Kebudayaan Daerah dan Teknologi
info gambar utama

Di era modern ini, Kawan GNFI mungkin sulit membayangkan hidup tanpa teknologi. Namun, pada kenyataannya banyak suku-suku di Indonesia yang memilih berpegang teguh pada kepercayaan adat dan menolak menyentuh teknologi. Salah satunya adalah Suku Baduy.

Suku Baduy adalah sebuah suku etnis Sunda yang mendiami wilayah di pedalaman provinsi Banten. Suku ini sangat menjaga adat istiadat dan kepercayaan nenek moyang. Sayangnya, hal ini membuat perekonomian mereka menjadi rendah dikarenakan metode yang masih tradisional. Sumber penghasilan mereka berasal dari kerajinan tangan khas Suku Baduy.

Seorang pemuda Baduy bernama Narman menyadari kesulitan keluarga dan tetangganya dalam berjualan kerajinan tangan karena hanya bergantung pada wisatawan. Akhirnya, di tahun 2016 di mana media sosial sedang ramai, Narman berinisiatif membangun sebuah brand bernama Baduy Craft untuk memperkenalkan dan memasarkan produk Suku Baduy secara online.

Memulai Baduy Craft

Usaha Baduy Craft dimulai pada tahun 2016. Saat itu Narman mulai belajar menggunakan internet dan bereksperimen dengan fitur-fitur di telepon seluler yang dimilikinya. Akhirnya, dia memiliki ide untuk memperkenalkan produk khas Suku Baduy lewat media sosial.

Dari promosi yang dilakukan lewat media sosial, Narman berhasil mendapatkan perhatian. Untuk memperluas penjualan, Narman juga menggunakan online marketplace seperti Bukalapak dan Tokopedia.

Dari pengalamannya berjualan, Narman mendapati bahwa ada beberapa orang yang masih gemar membeli barang secara langsung. Untuk meraih para pembeli itu, Narman mencoba untuk mengikuti acara pameran di kota-kota besar untuk memperkenalkan kerajinan Suku Baduy.

Jejeran Candi Hindu yang Terhampar di Sekeliling Sungai Rokan

Kesulitan yang Dialami Narman

Perjalanan Narman tidak tanpa tantangan. Untuk merealisasikan Baduy Craft, bersentuhan dengan teknologi merupakan suatu keharusan. Namun, teknologi adalah hal yang dilarang dalam aturan adat setempat, sebagai warga Baduy, Narman harus melanggar peraturan ini.

Dirinya mengakui kalau aksinya ini tidak diterima masyarakat Baduy, bahkan tokoh adat sempat mendatangi Narman dan mengatakan padanya bahwa hal yang dilakukan Narman itu dilarang walaupun memiliki niat yang baik.

Saya sampaikan waktu itu bahwa, iya, saya menyadari betul bahwa memang nggak boleh. Saya juga merasa bahwa saya melanggar. Cuman tetap saya mengatakan bahwa ini ada sisi positifnya, saya mencoba memanfaatkan itu, itu saja,” ucap Narman dalam acara webinar Good Movement yang digelar oleh GNFI Academy, Senin (2/10/2023)

Pada akhirnya, Narman berhasil meyakinkan warga Baduy bahwa apa yang dilakukannya hanya untuk membantu perekonomian warga, bukan untuk bersenang-senang.

Masalah lain yang dimiliki Narman adalah kesediaan jaringan internet. Kawasan tempat tinggal Narman tidak terjangkau sinyal sehingga Narman harus berjalan ke perbatasan hanya untuk mendapat akses internet.

“Mau nggak mau saya harus jalan kaki, turun ke perbatasan, di situ baru saya bisa update konten, posting beberapa barang di marketplace,” kata Narman.

Banyaknya barang yang diproduksi juga beberapa kali menghambat penjualan. Produk di Baduy Craft sepenuhnya dibuat oleh tangan, jadi jika menginginkan produk dengan motif sama dalam jumlah banyak akan membuat tim produksi kesulitan dalam memenuhinya.

Selain itu, karena peraturan yang melarang teknologi, tidak banyak masyarakat Suku Baduy yang mengetahui bagaimana menggunakan internet. Hal ini membuat Narman harus mengoperasikan hal yang berkaitan dengan teknologi seorang diri.

Indonesia Ajak Negara ASEAN Bersatu Kurangi Sampah Plastik di Lautan

Dampak Pandemi

Begitu pandemi COVID-19 muncul di Indonesia, banyak aspek kehidupan terkena dampaknya. Baduy Craft, tidak terkecuali, juga mendapat dampak negatif dari pandemi ini.

Narman mengakui bahwa penjualan produk Baduy Craft menurun jauh selama dua tahun pandemi. Baik penjualan offline maupun online tidak mendapatkan profit sehingga mereka terpaksa menghentikan produksi selama pandemi.

Meskipun pandemi berakhir dan produksi berlanjut, Baduy Craft tetap kesulitan mendapatkan perhatian karena perubahan teknologi yang terjadi. Untuk kembali meraih perhatian publik, Baduy Craft harus bisa mengikuti tren media sosial, tetapi banyak tren itu yang tidak sesuai adat istiadat Suku Baduy sehingga membuat Narman memiliki dilema.

Walaupun begitu, Narman tetap berusaha membuat Baduy Craft terus berlanjut dan membuat program-program baru.

Penghargaan SATU Indonesia Awards 2018

Perjalanan Narman untuk memulai bisnisnya memang tidak mudah, tetapi keteguhannya dalam berbisnis membuatnya menjadi sosok yang inspiratif. Sebagai bentuk apresiasi, Narman berhasil meraih penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2018 di Bidang Kewirausahaan.

Dari kisah Narman, banyak hal yang dapat dipelajari. Memulai bisnis bukanlah hal yang mudah, banyak langkah yang harus dilakukan untuk menuju kesuksesan. Kepercayaan pada nenek moyang mungkin terlihat kuno dan tidak sejalan dengan perkembangan teknologi, tetapi Narman berhasil membuktikan bahwa keduanya bisa berada bersamaan. Selama garis pembeda antara baik dan buruk selalu ada, teknologi dan kepercayaan adat bisa hidup beriringan.

#kabarbaiksatuindonesia

Referensi:

Talk Show Good Movement: Inspirasi dari Kisah Sukses Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NM
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini