Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang Memerangi Human Trafficking di Nusa Tenggara Timur

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang Memerangi Human Trafficking di Nusa Tenggara Timur
info gambar utama

Sumba, Nusa Tenggara Timur - Di tengah kemegahan alam Nusa Tenggara Timur (NTT) tersembunyi realita yang mengguncang hati. Hal ini adalah sebuah kisah inspiratif Ronaldus Asto Dadut seorang penerima "SATU Indonesia Awards" tahun 2017 yang dengan tekad bulat melawan maraknya human trafficking di tanah Kupang Nusa Tenggara Timur.

Nusa Tenggara Timur: Kantong Pekerja Migran dan Kendala Tersembunyi

Nusa Tenggara Timur dikenal sebagai destinasi pekerja migran ternyata juga menjadi saksi bisu tragedi kemanusiaan. Di tengah panorama alam yang indah terdapat kisah-kisah mencekam yang tidak banyak orang tahu. Ronaldus Asto Dadut atau yang lebih akrab dipanggil Asto, adalah seorang pemuda asli Nusa Tenggara Timur yang lahir dan besar di tengah realitas peristiwa bahaya ini. Cerita ini bermulai ketika beliau masih kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana, Kupang. Saat ini salah satu dosen meminta bantuan Asto untuk menjemput korban human trafficking yang telah disekap selama tiga bulan. Saat Asto sampai di tempat tersebut apa yang ia temui benar-benar mengguncang hatinya.

Misi Berawal dari Kejutan yang Mengejutkan

Di hadapannya pada tahun 2014 Asto tidak hanya menemukan korban human trafficking yang telah disekap selama tiga bulan dan ia menemukan kemanusiaan yang tercabik-cabik dari peristiwa tersebut. Keadaan 15 korban dihadapanya sebagian besar adalah seorang perempuan yang tenggelam dalam keadaan depresi dan terlantar. Kejadian tersebut menggambarkan betapa mengerikannya dampak yang dirasakan oleh para tawanan human trafficking.

Asto dengan hati yang penuh kasih tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa ia adalah satu-satunya harapan bagi para korban-korban saat itu. Pemandangan yang mengharukan itu menjadi cambuk semangatnya untuk membela hak asasi manusia dan melawan mara bahaya human trafficking. Asto tahu bahwa ia harus bertindak karena keheningan di hadapan penderitaan ini bukanlah pilihan. Itulah saat semangatnya untuk memberikan suara kepada yang tak memiliki suara mulai tumbuh. Dari saat itulah beliau berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi pelindung para korban dan memerangi human trafficking dengan segala daya yang dimilikinya.

Jaringan Relawan untuk Kemanusiaan (J-RUK) Sumba: Menyala Terang dalam Kegelapan

Tahun 2014 adalah awal dari perjalanan luar biasa Asto dalam memerangi human trafficking. Pada tahun itu, bersama teman-temannya, ia mendirikan Jaringan Relawan untuk Kemanusiaan atau disebut J-RUK Sumba. Misi utama terbentunya relawan ini untuk memberikan penyuluhan mengenai Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan sosialisasi pencegahan human trafficking.

Hingga saat ini J-RUK Sumba yang didirikan oleh Asto telah memberikan penyuluhan mengenai PHBS kepada 2.889 anak. Relawan ini juga memberikan pembekalan tentang kebersihan dan kesehatan yang sangat penting dalam lingkungan yang rentan terhadap penyakit. Selain itu lebih dari 5.307 orang dewasa telah mendapatkan penyuluhan mengenai pencegahan praktik human trafficking. Mereka telah menjangkau komunitas-komunitas yang paling membutuhkan penyuluhan ini dan mencoba memberikan perlindungan kepada mereka yang rentan mengalami kejadian tersebut akibat dari kurangnya sosialisasi terkait pencegahan informasi yang tidak benar.

Rumah Singgah untuk Anak-anak di Nusa Tenggara Timur Sebagai Mimpi yang Tak Pernah Padam

Saat itu Asto adalah seorang pria berusia 25 tahun yang penuh semangat dan tekad. Ia memiliki impian yang lebih besar lagi dalam mewujudkan kesejateraan bagi masyarakat dilingkungannya. Ia ingin mendirikan rumah singgah bagi anak-anak di Nusa Tenggara Timur yang rentan terhadap human trafficking. Impian ini tak pernah pudar dan ia bekerja keras untuk mewujudkannya. Impian ini mencerminkan tekadnya untuk memberikan perlindungan kepada mereka yang sangat membutuhkan khususnya anak-anak yang terlantar dan terpinggirkan di wilayah Sumba.

Asto adalah bukti hidup bahwa satu individu dengan tekad dan hati yang penuh kasih bisa membawa perubahan besar dalam masyarakat. Ia adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang telah membela mereka yang tak memiliki suara. Kisahnya mengingatkan kita akan kekuatan kebaikan dan semangat dalam menghadapi kenyataan yang keras.

Ayok bersama membantu perangi Human Trafficking!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

WH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini