Maliogoro, Taman yang Menyiasati Panas Kota Bojonegoro

Maliogoro, Taman yang Menyiasati Panas Kota Bojonegoro
info gambar utama

Maliogoro, dengan suhunya yang panas saat siang hari, mampu memberi kesejukan hati saat malam hari. Sebab, ada perputaran ekonomi.

Bojonegoro Jawa Timur tak hanya identik Kota Minyak, tapi juga kota bercuaca sangat panas. Lebih panas dibanding Gresik atau Surabaya sekalipun.
Bahkan, sejak 1-6 Oktober, suhu panas Bojonegoro mendapat predikat tertinggi di Provinsi Jawa Timur. Mencapai 40 hingga 43 derajat celcius.

Berdasar data Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), suhu maksimum harian di Bojonegoro menjadi yang tertinggi di Jawa Timur.
Fenomena panas di Bojonegoro tak hanya dipicu tingginya suhu, namun juga minimnya pepohonan.

Meski tak benar-benar mengobati kondisi cuaca panas di Bojonegoro, keberadaan Taman MH Thamrin (Maliogoro) cukup mampu membuat masyarakat Kota Bojonegoro menyiasati tingginya suhu panas. Sebab, ruang terbuka itu menawarkan kenyamanan jelang sore dan malam hari.

Maliogoro merupakan akronim dari “Malioborone wong Bojonegoro”. Sebab, konsep desainnya sangat mirip Jalan Malioboro Jogjakarta. Ruang terbuka ini terletak di Jl. MH Thamrin Bojonegoro. Karena itu, dikenal dengan dua nama: Maliogoro atau Taman MH Thamrin.

Bojonegoro memang gencar membangun trotoar sejak 2019. Pada akhir 2021, hampir semua jalan protokol di Kota Bojonegoro sudah berparas cantik. Hampir tak ada lagi jalan yang terkesan kumuh nan menakutkan. Kalaupun ada, tak sebanyak sebelumnya.

Sejak setahun belakangan, taman MH Thamrin jadi lokasi yang cukup ramai dipadati pengunjung. Sebab, jalan protokol kota yang semula sepi dan tak terawat itu, kini mulai dipenuhi bermacam spot hiburan dan tempat jajanan kuliner. Lokasinya yang tepat berada di tengah kota, membuatnya jadi istimewa.

Menyiasati Panas Bojonegoro

Maliogoro jadi salah satu tempat wisata alternatif di Bojonegoro. Ia disebut alternatif karena memang banyak pilihan lokasi wisata di Bojonegoro. Bedanya, Maliogoro tepat berada di pusat kota. Sementara alternatif lain banyak di luar pusat kota. Tentu ini saking luasnya demografi kota Bojonegoro.

Maliogoro, Bojonegoro © Dokumentasi Pribadi
info gambar



Tiap temaram jelang malam, bermacam kendaraan terpakir rapi di pinggir trotoar jalan MH Thamrin Bojonegoro. Selain motor dan mobil pribadi, bahkan banyak juga angkutan ber-plat kuning yang ikut menata diri di wilayah itu. Artinya, banyak rombongan dari berbagai daerah berbondong ke jalan MH Thamrin.

Keberadaan Taman Maliogoro sebagai destinasi wisata urban, tentu menarik. Ini bisa dimaknai sebagai langkah cerdas dalam menyiasati panasnya Kota Bojonegoro. Untuk dimengerti, menyiasati panas bukan berarti menghilangkan panas. Cuaca panas tetap ada, tapi setidaknya sedikit dilupakan.

Harus diakui, Maliogoro dan Bojonegoro pada umumnya, tetap saja bercuaca panas. Apalagi saat siang hari, sangat panas bahkan. Tapi, jelang temaram dan malam hari, panas Kota Bojonegoro seperti tak terasa. Sebab, ada sisi lain yang tampak dari Maliogoro. Yakni sebuah keramaian dan giat usaha.

Maliogoro sebagai representasi destinasi wisata, memang jadi wahana praktis bagi khalayak pekerja yang minim berwisata. Selain lokasinya tak jauh-jauh dari pusat kota, juga tersedia bermacam jajanan yang membuat pengunjung bisa dengan mudah berbelanja.

Terlebih, beberapa kali pemerintah setempat mengadakan acara karnaval di lokasi tersebut. Ini tentu memberi dampak sangat besar. Tentu, bukan dampak sejuknya cuaca, tapi dampak perputaran ekonomi yang cukup besar.



Keberadaan keramaian selalu berbanding lurus dengan perputaran ekonomi. Ini terbukti dengan banyaknya para pedagang yang berada di Maliogoro. Dan ramainya Maliogoro, tentu jadi ajang berputarnya uang dan pendapatan. Menjadi ajang cari nafkah bagi banyak masyarakat.

Kawasan MH Thamrin yang sebelumnya gelap sepi dan jarang dilintasi peminat wisata, sekira setahun ini, mulai dipadati banyak pengunjung dari berbagai daerah. Bahkan, jumlah pedagang di kawasan itu pun meningkat tajam. Tak hanya itu, harga sewa ruko dan tanah di wilayah itu juga naik. Tentu ini dampak positif keberadaan wisata urban.

Maliogoro, dengan suhunya yang panas saat siang hari, mampu memberi kesejukan hati saat malam hari. Sebab, ada perputaran ekonomi. Ada pendapatan. Bagi masyarakat Bojonegoro, panas matahari tetap terasa nyaman, jika panas tekanan ekonomi bisa dikendalikan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini