Mengenal Basa Rinengga, Bahasa dengan Kalimat yang Indah dan Penuh Perasaan

Mengenal Basa Rinengga, Bahasa dengan Kalimat yang Indah dan Penuh Perasaan
info gambar utama

Dalam bahasa Jawa, terdapat berbagai istilah penggunaan bahasa berdasarkan konteks dan subjek tertentu. Adapun salah satunya adalah basa rinengga. Basa rinengga sendiri merupakan istilah kebahasaan dalam bahasa Jawa, dimana bahasa ini bisa membuat suatu kalimat jadi lebih indah dan penuh perasaan.

Basa rinengga sendiri memiliki jenis-jenisnya tersendiri. Lantas, apa sebetulnya basa rinengga itu dan apa saja jenis-jenisnya?

Apa Itu Basa Rinengga?

Basa Rinengga
info gambar

Secara bahasa, basa rinengga terdiri atas dua kata, yaitu “basa” dan “rinengga”. “Basa” sendiri memiliki arti “bahasa”, sedangkan “rinengga” memiliki arti “dihias”. Berdasarkan pengertian dua kata itu, basa rinengga bisa diartikan sebagai “bahasa yang dihias”.

Sementara itu, masyarakat Jawa lazim mengartikan basa rinengga sebagai basa sing dirangkai kanthi cara tembunge digabung karo tembung liya saengga dadi basa sing endah lan ngresepake ati. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, kalimat tersebut kurang lebih berarti “bahasa yang tersusun dengan cara kata-kata digabungkan dengan kata lain sehingga menjadi bahasa yang indah dan menyenangkan.”

Basa rinengga biasanya digunakan untuk memperindah suatu kalimat yang akan diucapkan. Sehingga kalimat itu pun enak didengar dan terkesan penuh perasaan. Pemakaian basa rinengga bisa Kawan temukan pada dialog wayang kulit atau wayang wong. Bisa juga ditemukan pada acara sambutan pengantin atau tokoh penting.

Jenis-Jenis Basa Rinengga dan Contohnya

Basa Rinengga
info gambar

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, basa rinengga memiliki berbagai macam jenis. Berikut ini adalah jenis-jenis dari basa rinengga tersebut beserta contohnya:

  • Entar

Merupakan jenis basa rinengga berbentuk kata kiasan. Entar biasanya terdiri atas dua kata dan memiliki makna tertentu di dalamnya. Misalnya saja dawa tangane yang berarti panjang tangan alias suka mencuri.

Merupakan penggabungan dua kata dengan makna hampir sama. Kedua kata itu digabungkan supaya maknanya lebih kuat. Misalnya ayem tentrem yang artinya damai tenteram. Kedua kata tersebut sama-sama memiliki makna damai atau sejahtera. Keduanya lantas digabungkan supaya memperkuat makna damai pada kedua kata tersebut.

  • Kawi

Merupakan kata yang berasal dari bahasa Jawa Tengah atau Jawa Kuno, di mana kata tersebut jarang sekali digunakan dalam bahasa pergaulan. Ini mengapa kawi tidak terlalu populer di kalangan masyarakat Jawa generasi muda. Beberapa contoh kawi adalah: dite yang berarti hari Minggu dan seta yang artinya putih.

  • Purwakanthi

Adalah kalimat yang beberapa katanya memiliki akhiran yang sama. Sehingga kalimatnya begitu berirama saat diucapkan. Misalnya saja pada kalimat Ana bungah, ana susah iku wis lumrah. Pada kalimat itu, terdapat tiga kata yang sama-sama berakhiran -ah, yakni bungah, susah, dan lumrah.

  • Saloka

Adalah ungkapan yang memiliki makna kiasan, bersifat tetap, serta menggunakan perumpamaan hewan atau barang. Contohnya: gajah ngidak rapah yang secara makna literal adalah “gajah menginjak tanaman”. Adapun makna kiasan dari kalimat tersebut adalah”seseorang yang melanggar aturannya sendiri”.

  • Paribasan

Seperti halnya saloka, paribasan juga memiliki makna kiasan di dalamnya. Namun, paribasan tidak atau jarang menggunakan perumpamaan dari hewan atau barang. Contohnya kalimat alon-alon waton kelakon yang berarti “pelan-pelan yang penting terlaksana”.

  • Bebasan

Selain saloka dan paribasan, basa rinengga juga memiliki bebasan yang memiliki makna kiasan. Adapun ciri khas dari bebasan sendiri adalah memiliki ungkapan pengandaian dengan menggunakan berbagai macam objek.

Misalnya saja pada kalimat ngubak-ngubak banyu bening. Pada kalimat itu, mereka memakai pengandaian banyu alias air. Secara literal, kalimat itu memiliki makna “mengobok-ngobok ari bening”. Adapun makna kiasannya adalah “membuat permasalahan di tempat yang seharusnya aman”.

  • Pepindhan

Merupakan peribahasa yang menggunakan kata hubung pengandaian. Contohnya Kalimat ayune kaya Dewi Ratih yang menggunakan kata hubung kaya. Secara literal, kata itu memiliki arti “cantiknya seperti Dewi Ratih”.

  • Wangsalan

Basa rinengga ini berbentuk kalimat teka-teki di mana jawabannya memiliki akhiran yang sama dengan kalimat teka-tekinya. Misalnya pada kalimat teka-teki sarung jagung, abot entheng ayo ditanggung yang memiliki jawaban klobot (kulit jagung). Jawaban tersebut memiliki akhiran -ot yang juga dimiliki pada salah satu kata kalimat teka-teki, yakni kata abot.

Itulah penjelasan basa rinengga mulai dari definisi sampai jenis dan contohnya. Semoga bisa membantu Kawan lebih mengenal basa rinengga yang terkenal indah.

Referensi:

https://haloedukasi.com/bahasa-rinengga

https://kumparan.com/berita-terkini/basa-rinengga-pengertian-tujuan-dan-jenis-jenisnya-1x6WtXKmxY2/3

https://www.mingseli.id/2020/08/basa-rinengga.html

https://jendelailmubasajawi.wordpress.com/2014/01/12/tembung-kawi-lan-basa-rinengga/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Anggie Warsito lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Anggie Warsito.

AW
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini