Gelandangan di Negeri Adikuasa

Ahmad Cholis Hamzah

Seorang mantan staf ahli bidang ekonomi kedutaan yang kini mengajar sebagai dosen dan aktif menjadi kolumnis di beberapa media nasional.

Gelandangan di Negeri Adikuasa
info gambar utama

Penulis Senior GNFI

Sebagai orang asli Surabaya saya melihat perkembangan positif di kota terbesar kedua di Indonesia ini disamping kebersihan dan banyaknya taman juga bisa dikatakan tidak ada gelandangan atau tunawisma dan pengemis.

Sebelumnya kota Surabaya ini banyak dijumpai gelandangan di mana-mana, tidur di emperan toko, dipinggir sungai dsb sehingga menimbulkan pemandangan yang kumuh. Pengemis di persimpangan jalan juga banyak ditemui.

Pemandangan bersih dan tidak kumuh serta tidak ada gelandangan bis akita jumpai di kota-kota besar negara maju baik di Eropa, Jepang, Australia, Amerika Serikat dsb. Pemandangan yang bersih itu menarik jutaan wisatawan untuk berkunjung. Itu dulu.

Namun saya terkejut pemandangan Surabaya yang kumuh karena banyaknya tunawisma dulu itu sekarang saya temui di Amerika Serikat. Ketika berkunjung kesekian kalinya di Amerika Serikat yaitu pada bulan Oktober-November 2016 bertepatan dengan pemilihan presiden Amerika Serikat saya menjumpai banyaknya gelandangan di Los Angeles dan Hollywood.

Dan sekarang jumlah gelandangan itu semakin banyak. Ada sekitar 582.000 orang Amerika mengalami menjadi tunawisma pada tahun 2022 menurut data dari Department of Housing and Urban Development (HUD). Dari 48 kota terbesar di AS, Los Angeles dan New York memiliki populasi tunawisma terbesar. Yaitu masing-masing 65.111 dan 61.840. Dan pada tahun 2022, 44 dari 48 kota mengidentifikasi setidaknya 1.000 orang tunawisma.

Namun, orang yang menjadi tunawisma di AS kondisinya berbeda di setiap daerah. Misalnya, sekitar 70% tunawisma Los Angeles tidak memiliki tempat tinggal, tetapi 6% tunawisma New York tidak memiliki tempat tinggal.

San Jose/Santa Clara, CA, Raleigh/Wake County, NC, dan Tucson/Pima County, AZ memiliki proporsi tertinggi tunawisma yang tidak memiliki tempat berlindung, sekitar 75%. Milwaukee, Boston, dan New York City memiliki proporsi tertinggi tunawisma yang terlindung.

Memang orang akan terheran-heran melihat negara Adidaya, paling kaya, makmur dan kuat didunia ini mempunyai ribuan tunawisma diberbagai kota besarnya dimana mereka tidur di pinggir-pinggir jalan, di emperan toko dsb dengan kondisi yang menyedihkan. Di dekat are Walk of Fame di Hollywood banyak kita jumpai gelandangan atau tunawisma ini.

Ketika saya di Washington DC di dekat gedung-gedung Musium, saya sempat makan di Sate di Food Truck nya mas Benny orang Malang yang menjual Indonesian Sate, saya menyaksikan sendiri dia didatangi beberapa gelandangan yang minta-minta makanan.

Mas Benny mengatakan “sudah menjadi kebiasaan Pak, setiap hari mereka minta-minta makanan. Saya selalu kasih disamping karena kasihan juga demi keselamatan jualan saya”.

Jadi jangan heran kondisi perekonomian di Amerika Serikat tidak seperti jaman kejayaannya dulu. Tingkat inflasi yang tinggi, naiknya cost of living atau biaya hidup, banyaknya PHK dsb menyebabkan Amerika Serikat dipenuhi tunawisma, hal ini juga menyebabkan tingkat kriminal juga semakin meningkat.

Kalahkan Belanda, Indonesia Lolos 8 Besar Piala Dunia Tunawisma

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ahmad Cholis Hamzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ahmad Cholis Hamzah.

Tertarik menjadi Kolumnis GNFI?
Gabung Sekarang

AH
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini