Petualangan Ke Tahura Bunder, Gunungkidul, DIY: Aku Mau Birdwatching, Bisa Pinjam Seratus?

Petualangan Ke Tahura Bunder, Gunungkidul, DIY: Aku Mau Birdwatching, Bisa Pinjam Seratus?
info gambar utama

Beberapa kali melihat iklan film yang saat ini sedang booming, rasanya ingin juga pergi berpetualang. Tapi kemana? Cuaca Jogja yang cenderung lebih panas dari pada sebelumnya membuat ‘mager’ untuk bepergian keluar; ditambah akhir bulan, terlintas juga dipikiran 'bisa pinjam seratus?' kalimat yang sedang viral saat ini dan membuat perasaan semakin galau. Akhirnya, muncullah ingatan tentang lokasi yang mempunyai kenangan indah; tempatnya nyaman, asri, tenang, pepohonan hijau, dan terdengar suara burung berkicau. Tahukah Kawan GNFI dimana itu? Tepatnya ada di pinggiran kota Yogyakarta, suatu area rekreasi bernama Tahura Bunder yang terletak di Kabupaten Gunungkidul.

‘Pinjam Seratus’ Untuk Bisa Birdwatching Dan Mengapa Tahura Bunder?

Kenapa indah? Hal itu karena selain adem dan asri, kita bisa berpetualangan sambil belajar di alam, tidak ada tembok, papan tulis, meja, kursi, proyektor, air conditioner, yang menandakan kita sedang belajar di ruang kelas. Kita bisa bebas meng-explore apa yang mau kita pelajari, termasuk kegiatan birdwatching. Kawan GNFI juga tidak perlu ‘pinjam seratus’ seperti ucapan pembalap Francesco Bagnaia dalam kumparan.com untuk bisa berkunjung kesana karena harga yang terjangkau, misal untuk parkir motor hanya dua ribu rupiah saja.

Lalu, Apa Itu Birdwatching Dan Mengapa Tahura Bunder?

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dalam www.dpr.go.id, Taman Hutan Raya adalah Kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budaya, budidaya, pariwisata dan rekreasi. Tahura Bunder sendiri memiliki luas 634,1 ha dan termasuk dalam Kawasan Karst Gunungsewu yang oleh UNESCO digunakan untuk dikembangkan sebagai Konservasi Paleo Ekosistem. Hal inilah yang menjadi pembeda dengan Tahura lainnya yang berada di Indonesia.

Dikutip dari id.wikipedia.org, selain rekreasi yang ramah anak, flora yang terdapat di Tahura Bunder berupa spesies asli (Native) kawasan karst Gunungsewu dan faunanya berupa Rusa Jawa (Cervus timorensis); berbagai burung seperti Burung Madu Srigati (Neclarinia jugularis), Elang Ular Bido (Spezaetus cheela), Alap - Alap Sapi (Falco sylvatica), Elang Alpacina (Accipter soloensis), Raja Udang Meninting (Alcade meninting), Burung Madu Kelapa (Anthreptes malaccensis), Cucak Kutilang (Picnonotus aurigaster) dan Kepodang Kuduk Hitam (Oriolus chinensis); beberapa serangga; Ular dan Tupai/Bajing.

Petualangan Ke Tahura Bunder, Menyenangkan?

Hari itu, kami sudah mempersiapkan peralatan seperti binokuler, GPS dan kamera, tidak lupa juga makan dan minumnya. Perlahan kami menyusuri jalan menggunakan GPS, kami disambut dengan suara serangga, hamparan warna hijau dari jalan yang sedikit berlumut dan juga bambu yang berada di kanan kiri kami, dan pepohonan hijau yang menari-nari. Kami juga beberapa kali berhenti untuk mencoba mendengar suara burung dan juga melihat menggunakan binokuler, di awal memang sedikit sulit karena begitu kami berjalan dan bersuara, suara burung itu akan menghilang. Yah, itulah ciri khas burung yang hidup di alam liar. Ada burung yang warnanya sangat indah, terlihat mencolok seperti merah atau kuning bersama kelompoknya tapi hanya bisa kami lihat dengan binokuler karena bentuknya yang mungil dan berada di dahan paling atas dari pohon yang tentu saja tinggi menjulang. Ada juga yang warnanya tidak mencolok, berukuran besar dan tidak bergerombol terbang mengitari langit yang sangat biru, burung itu menari-nari sendiri di angkasa dengan suara khasnya di siang hari. Tidak terasa kami sudah menjumpai beberapa jenis burung lainnya seperti Gagak Hutan, Gelatik Batu Kelabu, Gemak Tegalan, Perenjak Padi, Sikatan Cacing, Sikatan Kepala Abu, Kehicap Ranting, Kapasan Kemiri, Pijantung Kecil, Ayam Hutan Hijau, Bondol Jawa, Caladi Tilik, Kucica Kampung, Kacamata Biasa, Bentet Kelabu, Cipoh Kacat, Cekakak Jawa, Cinenen Pisang, Cekakak Sungai, Wiwik Kelabu, Tekukur Biasa, Cinenen Kelabu, Cabai Jawa, Sepah Kecil, dan Walet Linchi.

Rasanya capek kami setelah berjalan dan mengamati burung-burung itu terbayarkan dengan banyaknya jenis yang kami temui dengan beragam aktivitas yang burung lakukan. Meskipun tidak semua dapat kami dokumentasikan karena keterbatasan kamera yang kami bawa, tetap saja pengalaman untuk dapat secara langsung mencari, merasakan, mendengar, melihat, menemukan, mengamati dan mempelajari burung-burung tersebut dari kejauhan adalah hal yang sangat berharga dan tidak terlupakan karena tidak setiap saat dapat dilakukan. Selain pengetahuan kami yang juga bertambah terkait jenis-jenis burung, juga memberikan kesadaran kepada kami tentang pentingnya Tahura Bunder sebagai kawasan tempat hidup dan berkembangbiaknya berbagai jenis burung liar untuk tetap lestari dan berkelanjutan, sesuai visi Tahura Bunder yaitu “terwujudnya Taman Hutan Raya Bunder sebagai Pusat Edukasi Konservasi Alam yang berbasis Budaya Yogyakarta.”

Birdwatching di Tahura Bunder vs Interpretasi Alam

Pada tahun 2000 juga sudah dijelaskan oleh Rahayu dan Hermawan mengenai tujuan dari kegiatan interpretasi alam yang ternyata juga sejalan dengan visi Tahura Bunder. Kegiatan interpretasi alam bertujuan untuk membantu pengembangan kesadaran, apresiasi dan pemahaman pengunjung terhadap kawasan yang dikunjungi, mendukung tujuan pengelolaan kawasan dan mendorong masyarakat untuk memahami maksud dan tujuan lembaga yang mengelola kawasan. Sehingga di dalam Tahura Bunder, kegiatan birdwatching ini termasuk dalam kegiatan dari interpretasi alam.

Wah hanya dari kegiatan birdwatching saja Kawan GNFI sudah mempunyai banyak insight ya? Jadi, pertanyaannya, maukah dan sudahkan kamu ikut berpartisipasi dalam kegiatan pelestarian alam yang berkelanjutan? Yuk kita cintai bumi untuk generasi selanjutnya Kawan GNFI.

#kabarbaiksatuindonesia

Sumber:

https://kumparan.com/kabar-harian/arti-boleh-pinjam-seratus-yang-viral-di-media-sosial-21N1wDMSWUZ/full

https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/birdwatching-serunya-memantau-burung-endemik-indonesia

https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/602.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Hutan_Raya_Gunung_Bunder

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

AP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini