Angkringan: Rumah Penyelamat Perut dan Kantong Mahasiswa Jogja

Angkringan: Rumah Penyelamat Perut dan Kantong Mahasiswa Jogja
info gambar utama

Angkringan adalah tempat menjual beragam jenis makanan dan minuman sederhana di pinggir jalan dengan sebuah gerobak dorong. Angkringan sangat terkenal dan mudah ditemui di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Kata ‘Angkringan’ sendiri berasal dari bahasa Jawa, Angkring, yang artinya alat dan lokasi untuk berjualan makanan keliling, dengan pikulan. Gerobak angkringan sendiri biasanya hanya muat sekitar 6-7 orang. Lalu, saat ingin menambah kapasitas, penjual angkringan menambahkan tikar agar pembeli dapat duduk lesehan dan lebih merasakan kehangatan saat berkumpul dengan teman ataupun keluarga di angkringan.

Kepopuleran angkringan di Yogyakarta tidak perlu diragukan lagi. Konsepnya yang unik serta harganya yang terjangkau selalu memikat para wisatawan lokal maupun asing untuk datang ke angkringan jika sedang berkunjung ke Yogyakarta. Tidak hanya itu, angkringan juga menjadi salah satu pilihan makanan bagi mahasiswa di sini yang ingin makan murah, tetapi dapat mengenyangkan perut.

Sejarah Angkringan

Angkringan pertama kali dicetuskan oleh Eyang Karso Dikromo yang berasal dari Desa Ngerangan, Klaten. Pada usia 15 tahun, Eyang Karso merantau ke Solo untuk menghidupi ibu dan adik-adiknya karena ayahnya telah meninggal dunia. Saat di Solo, Eyang Karso bertemu dengan Mbah Wiryo dan memutuskan untuk membuat bisnis makanan yang menjadi awal dari adanya angkringan.

Awalnya, Eyang Karso dan Mbah Wiryo menjual makanan terikan, yaitu makanan khas Jawa Tengah dengan lauk tempe atau daging disertai dengan kuah kental. Beberapa saat kemudian, Eyang Karso memiliki ide untuk menjual minuman hangat karena banyak pembeli yang datang hanya ingin melepaskan dahaga saja. Selanjutnya, Eyang Karso dan Mbah Wiryo menambah menu cemilan seperti ketan bakar, getuk, kacang, singkong, dan sate-satean.

Angkringan di Yogyakarta

Pada tahun 1950-an, angkringan mulai merambah ke berbagai daerah di Jawa Tengah, termasuk Yogyakarta. Nama angkringan di Yogyakarta juga bermacam-macam, ada yang menyebut sebagai wedangan, sego kucing, dan warung koboi. Pedagang angkringan sedang jaya-jayanya di kala itu, karena angkringan menjadi tempat perhentian bagi mahasiswa untuk makan di malam hari. Saat ini, angkringan tidak hanya ada pada malam hari, tetapi juga tersedia pada pagi hari untuk sarapan.

Nasi Kucing dan Sate | Foto: Dokumentasi pribadi
info gambar

Menu yang populer di angkringan yaitu nasi kucing. Nasi kucing merupakan nasi bungkus daun pisang yang berukuran kecil, beserta lauk di dalamnya, seperti orek tempe, sambal teri, telur, sambal bakso, dan sebagainya. Nasi kucing biasanya hanya dihargai sekitar Rp2.000-Rp2.500. Untuk porsi orang dewasa, biasanya diperlukan 2-3 nasi kucing agar kenyang. Oleh karena harganya yang murah tersebut, angkringan menjadi alternatif pilihan bagi para mahasiswa yang sedang berhemat atau di akhir bulan.

Terdapat pula sate-satean, seperti sate telur puyuh, sate ati ampela, sate usus, sate paru dan gorengan, seperti bakwan, tahu, tempe mendoan sebagai menu pelengkap nasi kucing. Untuk harga sate, biasanya dimulai dari Rp2.000 per tusuk, sedangkan harga gorengan hanya Rp500-Rp1.000 saja satuannya.

Selain itu, angkringan juga menyediakan lauk lain, seperti kepala ayam, ceker ayam, tempe dan tahu bacem untuk menambah cita rasa dan pilihan lauk bagi para pembeli.

Untuk minuman, di angkringan tersedia minuman panas maupun dingin, seperti teh, kopi, jeruk, minuman-minuman kemasan, serta yang paling sering dicari adalah wedang jahe untuk menghangatkan tubuh.

Kehangatan dan keakraban suasana dalam angkringan biasanya membuat para mahasiswa terasa seperti pulang ke rumah. Terlebih jika mengobrol dengan pedagang angkringan sambil menyantap makanan di angkringan terasa seperti mengobrol dengan orang tua sendiri. Dengan suasana hangat penuh kekeluargaan inilah yang membuat angkringan menjadi tempat singgah bagi para mahasiswa untuk melepas rasa lelah akibat padatnya kegiatan perkuliahan dan menghilangkan rasa lapar tanpa takut merogoh kantong dalam-dalam.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

GW
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini